Bola.com, Jakarta - Kim Kurniawan mencoba untuk tidak mengikuti arus. Beda dibanding pemain-pemain yang lain, gelandang Persib Bandung itu tidak menilai Persija Jakarta, yang notabene rival abadi timnya, sebagai lawan terberat yang pernah dihadapinya.
Justru, Kim menunjuk Arema FC. Menurutnya, menantang tim berjulukan Singo Edan itu di markasnya plus melawan tekanan Aremania, menjadi pengalaman yang begitu luar biasa.
"Kalau berbicara tim, buat saya dengan atmosfer dan lain-lain, bisa dibilang yang paling berat itu menghadapi Arema FC," ujar Kim di channel YouTube Hanif & Rendy Show.
"Entah kenapa, padahal bukan rival. Memang saya juga tidak mengenal kata rival. Saya tidak suka itu. Makanya saya benar-benar respek dengan Aremania yang menurut saya luar biasa," imbuh Kim.
Belakangan, rivalitas antara Persib Bandung dengan Arema memang memanas. Pemicunya apalagi kalau bukan karena hubungan kedua kelompok suporter, Bobotoh dan Aremania yang memburuk.
Insiden beberapa kali terjadi ketika kedua tim saling sikut di atas lapangan. Yang paling diingat tentu terror yang dialami oleh Persib Bandung ketika menyambangi Malang pada Shopee Liga 1 musim lalu.
Malam hari sebelum bertanding, hotel tempat Kim dkk menginap diganggu dengan suara petasan oleh sejumlah orang yang diduga pendukung Arema FC.
Video
Pengalaman Kim di Malang
Kim merasa, ketika membela Persib Bandung di kandang Arema FC, situasinya selalu menegangkan. Dalam arti, Stadion Kanjuruhan kerap disesaki oleh Aremania dan tekanan dari suporter tuan rumah sering mengganggu konsentrasinya.
"Setiap kali Persib bermain di Malang, stadionnya selalu penuh. Benar-benar penuh. Dan mungkin, entah karena stadionnya lebih angker, atau tribune stadionnya lebih dekat, jadi intimidasi dari suporter tuan rumah lebih terasa," ucap Kim.
"Sehingga untuk mengembangkan permainan itu lebih susah dibandingkan melawan klub-klub yang lain. Ditambah pemain-pemain Arema FC saya tahu kualitasnya di atas rata-rata. Jadi untuk lawan paling berat itu menghadapi Arema FC di Malang," tutur pemain kelahiran Muhlacker, Jerman itu mengakhiri.