Bola.com, Jakarta - Politik adalah hak bagi setiap warga negara. Rahmad Darmawan berpegangan teguh terhadap ungkapan tersebut. Maka dari itu, ketika keputusannya bergabung dengan Partai Demokrat dipertanyakan, pelatih Madura United ini langsung meluruskan.
Tak ada petir, tak ada hujan, kabar mengagetkan datang dari Twitter. Ketua Partai Demokrat, Agus Yudhoyono, mengumumkan bahwa Rahmad Darmawan telah bergabung ke dalam keluarga besar pihaknya.
Keputusan itu tersebut dicuitkan Agus pada akun Twitternya, @AgusYudhoyono pada Rabu (14/7/2020). Foto-foto RD ketika dilantik pun bertebaran. Mulai saat itu, pria berusia 53 tahun ini telah sah menjadi kader Partai Demokrat.
"Selamat bergabung di Partai Demokrat coach Rahmad Darmawan. Seorang pelatih sepak bola nasional yang sangat peduli dengan cita-cita anak bangsa dalam bidang olahraga. Saya dan bung RD memiliki kesamaan visi untuk membangun bangsa ini. Satu di antaranya melalui olahraga, khususnya sepak bola," kata Agus.
Banyak pihak yang mengaitkan merapatnya Rahmad Darmawan ke Partai Demokrat sebagai bagian dari strateginya untuk bertarung di Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Lampung Tengah pada Desember 2020. Sebab, namanya pernah dicantumkan sebagai bakal wakil bupati (wabup) mendampingi Nessy Calvia Mustafa.
Lantas, apa kata pelatih Madura United itu? Bola.com berkesempatan melakukan wawancara dengan Rahmad Darmawan mengenai maksud dan tujuannya mencicipi dunia politik. Berikut petikannya:
Video
Bukan untuk Maju sebagai Cawabup Lampung Tengah
Apakah pilihan coach bergabung dengan Partai Demokrat merupakan jembatan untuk Pilkada Lampung Tengah?
Sama sekali tidak ada kaitannya dengan Pilkada Lampung Tengah. Sebab yang mengusulkan saya itu bukan dari Partai Demokrat, melainkan dari PKS, Nasdem, dan Perindo. Sementara, Demokrat punya jagoan lain di Pilkada itu. Justru, sama sekali tidak ada kaitannya. Sebab, saya juga belum ditawari. Tentu saya harus menghormati tawaran itu. Saya tidak bisa spontanitas untuk mengatakan hal-hal yang kurang pantas.
Karena kebetulan saja itu kemarin itu beriringan dari usulan, permintaan mereka, dan keinginan saya. Mungkin sekarang begini, mudahnya, yang mengusung saya ke Lampung Tengah itu Partai Nasdem, PKS, dan Perindo. Mereka sudah aman sebetulnya dengan 11 kursi. Jadi tak perlu tambahan dukungan partai lain. Sementara Partai Demokrat, sudah mencalonkan pasangan lain. Tidak hubungannya dengan Pilkada Lampung Tengah.
Tapi, saya tetap akan merespons perihal diajukannya saya sebagai bakal calon Wabup Lampung Tengah dan saya belum memberikan jawaban yang betul-betul pasti. Insyaallah saya akan jawab semuanya.
Apa maksud dan tujuan coach terjun ke dunia politik?
Jujur, saya punya cita-cita untuk membangun sepak bola Indonesia untuk lebih baik lagi. Karena mungkin banyak orang yang omong kosong. Itu keinginan kuat saya karena saya melihat penting rasanya, semua orang punya hak politik untuk lebih memperkuat komitmennya dalam melaksanakan tugas-tugasnya sebagai pelatih atau di profesi lain.
Tadinya, saya adalah orang yang sama sekali tidak mau berpolitik. Tapi setelah saya melihat bahwa banyak kebijakan dan keputusan yang memang semuanya dilandasi dari diskusi politik dan kebijakan politik. Sekali lagi bahwa saya memang sudah lama menginginkan bisa berperan serta dengan hak politik yang saya punya dan dimiliki setiap warga negara.
Bahwa saya ingin berpolitik sebagai pesepak bola. Bukan sepak bola untuk politik. Untuk sepak bola yang lebih baik.
Legislatif atau Pilkada?
Kelak, coach akan mencalonkan diri sebagai anggota legislatif atau maju di Pilkada?
Satu di antara syarat untuk masuk ke kebijakan PSSI, itu satu di antaranya. Mungkin semua orang tahu. Tentu saya tak bisa membuka semua, cita-cita pasti ada, tapi tak bisa saya buka semuanya di sini. Yang pasti tujuan saya itu. Tak ada niat lain. Bahkan saya sudah menyampaikan kepada Pak Agus. Apa motivasi saya? Karena saya ingin adanya satu peningkatan kualitas sepak bola Indonesia untuk lebih baik lagi.
Mulai dari banyak hal. Satu di antara contohnya, saya bilang bahwa sepak bola ini sekarang sudah harus bisa dijadikan satu alat komunikasi antargenerasi muda untuk mereka benar-benar bisa aktif dan berperan serta dalam permainan sepak bola, tidak hanya menjadi seorang pesepak bola. Tapi untuk memberikan contoh berkehidupan sosial yang baik seperti apa. Karena banyak contoh generasi anak-anak sekarang, dari SMP dan SMA sudah mulai mengenali hal-hal yang negatif. Terutama narkoba. Itu yang buat saya miris. Karena saya ingin mereka dihadapkan dengan kegiatan positif yaitu bermain sepak bola.
Karena bermain sepak bola itu bukan cuma bermain 11 melawan 11 langsung selesai. Tapi ada nilai-nilai bagaimana mereka harus menghormati satu sama lain, gotong-royong, dan menghilangkan sifat-sifat egois. Ada banyak nilai-nilai sosial yang menurut saya harus menjadi target utama dari negara dan semua elemen. Lebih ke sana. Maaf terlalu politis. Tapi ini cita-cita saya.
Respons Madura United
Bagaimana reaksi Madura United mengenai keputusan Coach?
Seharusnya tidak ada respons karena menyalurkan hak politik ke mana saja, itu bagian hak kita untuk berpolitik. Semua warga negara itu diberikan hak. Kita datang ke TPS, walau tidak menjadi kader itu, kita tetap berpolitik. Jadi sama. Di Madura United, mungkin ada beberapa pengurus yang memang anggota partai. Saya tak ada ikatan profesional dengan Partai Demokrat. Sehingga, hanya menjadi kader dan siap untuk membantu Partai Demokrat. Jadi itu di luar job desk saya sebagai pelatih.
Contoh, coach Nilmaizar tahun lalu juga maju sebagai calon anggota legislatif satu dari suatu partai, lalu melatih juga tidak ada masalah. Dulu almarhaum Soetjipto Soentoro, itu anggota PDI di era beliau aktif sebagai pemain dan pelatih. Tapi tak pernah punya masalah karena memang, sekali lagi kalau politik itu dicermati dengan baik, maka akan bisa mendapatkan kemaslahatan. Akan sangat membantu kita.
Walau telah terjun ke dunia politik, apakah coach masih akan melatih Madura United?
Masih. Setelah ini pun saya akan melatih Madura United. Jadi itu beriringan. Menambah wawasan saya juga. Contoh ketika saya berprofesi sebagai TNI, buktinya saya bisa melatih klub profesional. Ketika saya dulu menjatuhkan pilihan untuk bekerja di bank, saya toh masih bisa menjadi pesepak bola. Seperti itu gambarannya. Jadi ketika saya menjatuhkan pilihan kepada suatu organisasi partai politik, lalu apa dosa saya kok kemudian saya ditegur atau apa. Toh, itu sebuah pilihan. Itu sebuah hak warga negara. Saya rasa sangat mengerti semua yang ada di klub.