Kisah Nanang Supriadi: Sang Penguasa Jok Belakang Bus Arema, Pengoleksi Gelar Copa Indonesia 2005

oleh Abdi Satria diperbarui 17 Jul 2020, 09:15 WIB
Perjalanan Nanang Supriadi di Arema (Bola.com/Dok Pribadi)

Bola.com, Malang - Ketika masih aktif sebagai pemain, Nanang Supriadi dikenal sebagai gelandang lincah yang terlama berkostum Arema FC. Ia tercatat 11 tahun bersama klub kebangaan Kota Malang itu.

Dalam kurun waktu itu, ia pernah merasakan pengalaman pahit ketika Arema terdegradasi ke Divisi 1 (Liga 2) pada 2003. Tapi, hanya semusim di Divisi 1, Singo Edan kembali ke habitatnya di kompetisi tertinggi sepak bola Tanah Air.

Advertisement

Sebelum meninggalkan Arema, Nanang jadi bagian skuat asuhan Benny Dolo meraih trofi juara Copa Indonesia 2005.

Pada channel YouTube milik Dendi Santoso, penyerang sayap Arema, Nanang mengungkap sejumlah momen dan cerita menarik saat berkostum Singo Edan. Menurut Nanang, momen yang paling berkesan baginya adalah saat Arema menjamu lawan di Stadion Gajayana.

"Setiap masuk ke lapangan, bulu kuduk saya pasti merinding melihat antusiasme Aremania yang memadati Stadion Gajayana," kenang Nanang.

Bagi Nanang, selain dukungan Aremania sebagai pemain ke-12, ruh Arema sebagai klub kebanggaan daerah kelahiran seperti merasuk ke tubuhnya.

"Itulah mengapa, saya menganggap Arema adalah pemain ke-13 yang membuat saya selalu berusaha tampil baik di setiap partai," ujar Nanang yang mencetak gol pertamanya buat Arema saat menjebol gawang Petrokimia Putera.

Video

2 dari 3 halaman

Jok Paling Belakang

Arema FC Logo (Bola.com/Adreanus Titus)

Nanang juga membenarkan pertanyaan Dendi terkait dirinya sebagai penguasa jok bus paling belakang baik saat berangkat latihan atau bertanding. Seperti sudah menjadi kesekatan, tak ada satupun pemain yang berani mengambil 'jatah' itu.

"Saya juga tak tahu awalnya bagaimana. Mungkin, karena saya selalu menjadi orang terakhir yang naik bus," terang Nanang.

Sebagai putera asli Malang, tentu jadi kebanggaan tersendiri bila menjadi pemain reguler di posisi starter Arema. Itulah mengapa saat mendapat kesempatan itu, Nanang selalu berusaha menjaga statusnya itu dengan penampilan dan penjagaan kondisi yang prima. Ia rutin menambah porsi latihan sendiri saat pemain lain sedang istirahat.

"Biasanya saya bersama Aji Santoso dan Singgih Pitono melakukan latihan tambahan dengan joging untuk menambah stamina."

3 dari 3 halaman

Juara Copa Indonesia

Arema FC - Ilustrasi Logo (Bola.com/Adreanus Titus)

Saat membela Arema, Nanang lekat dengan jersey nomor punggung. Tapi, Nanang menampik nomor itu adalah favoritnya. Ia menjelaskan saat pertama kali membela Arema, ia memakai nomor punggung 11, lalu berganti jadi 12. Sebelum memakai nomor 8, ia sempat berkostum angka 7.

"Saat memakai nomor punggung 8, saya merasa lebih nyaman tampil di lapangan. Akhirnya nomor itu saya pakai terus," terang Nanang.

Selama 11 tahun membela Arema, Nanang mengaku tak merasakan kejenuhan. Padahal, sejumlah klub pernah mengajukan tawaran untuk memakai jasanya, termasuk Persebaya.

 

"Faktor suporter dan orang tua yang membuat saya tetap di Arema," jelas Nanang yang akhirnya hengkang dari Arema setelah berhasil mempersembahkan trofi juara Copa Indonesia 2005.

Kala itu, usianya sudah 32 tahun.Pada kesempatan itu, Nanang juga memberi saran kepada pemain muda untuk terus mengasah dan mengembangkan kemampuan.

"Jangan pernah merasa puas diri. Apalagi jadi pemain sepak bola saat ini terbilang menjanjikan," pungkas Nanang.

Berita Terkait