Bola.com, Jakarta - Kurnia Meiga merupakan satu di antara kiper terbaik di Indonesia. Namun siapa sangka, saudara kandung Achmad Kurniawan yang juga seorang penjaga gawang itu pernah menolak main di hadapan puluhan ribu suporter Arema, Aremania, karena minder pada laga debut melawan PSM Makassar.
Sebelum menepi karena penyakit syaraf mata pada 2017, Kurnia Meiga Hermansyah adalah kiper nomor satu tim nasional Indonesia pada berbagai event internasional. Aksi impresifnya dalam mengawal gawang membuatnya praktis tak tergantikan.
Di level klub, Meiga menjadi pemain termuda yang menjadi starter reguler saat Arema Indonesia meraih trofi juara Liga Super Indonesia 2009-2010. Ketika itu, usianya belum genap 19.
Statusnya di Arema pada awal musim 2019-2010 adalah kiper ketiga. Dua kiper lainnya adalah Markus Horison yang juga berstatus pilar tim nasional senior dan Ahmad Kurniawan, kakak kandung Meiga.
Tapi, berkat disiplin dan kemamuan yang keras dalam latihan membuat Meiga menjelma jadi kiper nomor satu di klub kebanggaan kota Malang itu.
Pada channel youtube Bank Sulselbar FC, eks pelatih kiper Arema, Herman Kadiaman, mengungkapkan Kurnia Meiga pantas berstatus kiper nomor satu. Menurut Herman, sejak awal bertemu, ia sudah optimistis kiper mudanya akan menjadi bintang.
"Secara fisik, Kurnia Meiga memang agak ramping. Tapi, saya lihat, dia punya kemauan yang besar dan disiplin. Saya pun berpikir, soal fisik dia pasti akan berkembang di latihan," kenang Herman.
Video
Debut Kurnia Meiga Berujung Kemenangan
Pada berbagai partai awal kompetisi, nama Meiga belum masuk line-up. Markus dengan statusnya sebagai kiper timnnas Indonesia tetap jadi pilihan utama dibawah mistar Arema. Sementara Kurniawan jadi pelapis.
Hingga tiba satu momentum, kedua senior dinilai tidak bisa jadi pilihan utama.
"Markus saat itu sedang sakit. Sedang grafik penampilan AK (panggilan akrab Kurniawan) dalam latihan saya menilai agak turun. Saya pikir, ini kesempatan buat Meiga menunjukkan kemampuannya di depan Aremania. Setelah berkonsultasi dengan coach Robert Alberts, Meiga pun jadi pilihan utama," papar Herman.
Kala itu, Arema akan menjamu PSM Makassar di Stadion Kanjuruhan. Partai itu sangat vital bagi Arema, kalau menang atas PSM, mereka menjadi juara paruh musim.
Setelah berkoordinasi dengan Robert, Herman bergegas menemui Meiga di kamarnya untuk menyampaikan keputusan tim pelatih. Ternyata Meiga sempat memohon agar jangan dia yang dipasang.
Meiga beralasan tak biasa disaksikan puluhan ribu penonton. "Saya pun memegang dada Meiga dan berusaha menyakinkannya. Saya bilang, dia punya kemampuan jadi kiper utama dan teruslah berdoa agar diberi kekuatan."
Meiga pun akhirnya jadi kiper utama. Pada pertandingan itu, Arema berhasil mengalahkan PSM dengan skor 3-0. Arema pun memegang tampuk pimpinan klasemen putaran pertama. Seperti diketahui, bersama Meiga, Arema meraih trofi juara Liga Super Indonesia 2009-2010.
Choirul Huda
Pada kesempatan itu, Herman juga meceritakan pengalaman dirinya mengangkat performa mendiang Choirul Huda, kiper Persela Lamongan yang mampu menembus skuat tim nasional Indonesia pada pada usia 34.
"Seperti Meiga, Huda juga punya kemauan keras, mau belajar dan disiplin. Ketika saya ke Persela, Huda sudah 32 tahun," tutur Herman.
Di mata Herman, Huda punya satu kelemahan yakni tak terbiasa menendang bola. Padahal, seorang kiper juga diharapkan bisa jadi pembangun serangan.
"Huda memiliki mental yang baik dan mau menerima masukan. Kami pun bisa bekerjasama dengan baik."
Berkat aksi impresif Huda, Persela sempat bertengger di peringkat empat Liga Super Indonesia 2011-2012. Pencapaian terbaik Persela sepanjang kiprahnya di kompetisi tertinggi tanah air.