Bola.com, Makassar - Achmad Jufriyanto termasuk bek papan atas yang masih beredar di Liga Indonesia. Sebagai pemain, ia pernah membawa Sriwijaya FC juara Liga Super Indonesia 2011-2012 dan juga bersama Persib Bandung pada musim 2014. Dua pencapaian ini merupakan buah kerja kerasnya menggeluti sepak bola sejak usia dini.
Pada channel Youtube ASIOP BSG TV, Jupe, panggilan akrab Achmad Jufriyanto, mengungkapkan kenangan masa kecilnya. Dari bermain sepak bola di lapangan belakang rumah, masuk SSB Pelita Jaya, dan kemudian bergabung dengan ASIOP.
"Saya sejak kecil menyukai sepak bola. Saat usia 9-10 tahun, saya malah kerap bermain dengan pemain yang usianya jauh lebih tua, berkisar 15-20 tahun," ujar Jupe.
Sebenarnya, Jupe dilarang ikut bermain karena dianggap masih kecil. Tapi, Jupe ngotot ikut main. Kebetulan Jupe yang memiliki bola, ia pun diikutkan untuk bermain.
Sejatinya, orang tua Jupe, terutama ayahnya, lebih ingin bermain bulutangkis. "Memang ayah tidak pernah terang-terangan meminta saya bermain bulutangkis. Tapi, saya sering diajak oleh ayah berlatih bulutangkis di kantornya. Pernah juga mendapatkan tawaran bergabung di klub. Hanya, saya bilang, mau main sepak bola saja," papar Jupe.
Tekad yang kuat jadi pesepak bola membuat Jupe pernah meminta orang tuanya masuk ke Diklat Ragunan selepas lulus sekolah dasar. Itu karena Jupe sering mendengar kabar Diklat Ragunan banyak melahirkan pemain. Ia pun ke Ragunan bersama orang tuanya.
"Tentu saja ditolak. Pertama, saya baru lulus SD. Kedua, pemain Diklat Ragunan adalah hasil pantauan dari seluruh Indonesia," ujarnya.
Jupe pun masuk ke SSB Pelita Jaya. Tak lama setelah itu, ia pun bergabung di ASIOP.
"Saya memilih ASIOP karena sudah menjadi akademi. Saya beruntung bisa mendapat ilmu dasar sepak bola dari mendiang om Ronny Pattinasarani. Cara melatih dan penyampaian om Ronny ke pemain sangat baik," kata Jupe yang awalnya berposisi sebagai striker.
Dulu ia lebih banyak bermain sebagai striker karena posturnya masih rata-rata pemain kebanyakan. "Saudara saya pernah meledek karena menilai saya sulit jadi pemain karena bertubuh kecil. Ternyata setelah duduk di bangku SMP, tinggi saya bertambah cepat," ucap Jupe.
Jupe juga mengungkap pengalaman lucu yang juga membuatnya sempat tegang. Kala itu, dari Lebak Bulus ia naik metro mini menuju kawasan Senayan, lokasi ASIOP berlatih. Saat naik bus, ada preman bersama dua orang temannya ikut naik. Modusnya, Jupe dituduh pernah menganiaya rekan mereka.
"Mereka pun meminta dompet. Tapi, saya memang tidak bawa. Isi tas saya hanya sepatu bola dan pakaian ganti plus uang Rp5 ribu untuk ongkos bus PP. Mungkin karena kasihan, preman itu tak mengambil uang saya," kenang Achmad Jufriyanto.
Video
Latihan Mental
Bersama ASIOP, Achmad Jufriyanto pernah meraih trofi juara U-15 Piala Pengda Jaksel.
"Karena SMA di Tangerang masuk siang, saya pun memutuskan berlatih di Tangerang. Tak lama setelah itu, Jupe akhirnya tergabung di Persita Tangerang yang dilatih Benny Dolo," ujar Jupe.
"Saya banyak belajar dari om Benny. Termasuk pembentukan mental. Beliau tak ingin pemain cepat puas diri dan terus berlatih meningkatkan kemampuannya," lanjutnya.
Bagi Jupe, Benny mampu mengontrol pemainnya. Tak peduli statusnya senior atau Junior.
"Saya juga sering dibentak om Benny meski saya merasa sudah benar melakukan pergerakan. Jadi, bisa dibayangkan bagaimana kalau salah. Tapi, setelah saya keluar dari Persita, latihan mental ala om Benny itu sangat berguna buat perjalanan karier saya di sepak bola," pungkas Jupe.
Baca Juga
5 Pelatih yang Layak Dapat Pujian Sepanjang 2024: Berperan Dongkrak Perkembangan Sepak Bola Indonesia
3 Fakta Miring Timnas Indonesia Selama Fase Grup yang Membuat Pasukan STY Limbung Lalu Hancur di Piala AFF 2024
Deretan Hal yang Membuat Rekam Jejak Timnas Indonesia Layak Dapat Pujian Meski Gagal di Piala AFF 2024