Ferguson Juga Pernah Blunder, Biarkan 11 Pemain Hebat Ini Pergi dari Manchester United

oleh Yus Mei Sawitri diperbarui 18 Jul 2020, 12:45 WIB
Manchester United - Sir Alex Ferguson (Bola.com/Adreanus Titus)

Bola.com, Jakarta - Manajer legendaris Manchester United, Sir Alex Ferguson, dikenal sebagai pelatih berinsting tajam dan bertangan dingin. Di bawah kendali kekuasaanya, Setan Merah menjelma menjadi tim yang disegani di Inggris dan juga Eropa. 

Total, Ferguson mempersembahkan 28 gelar untuk Manchester United, termasuk 13 titel Premier League dan dua trofi Liga Champions. 

Advertisement

Ferguson juga dikenal sebagai pelatih yang mampu menyulap pemain yang biasa-biasa saja menjadi andalan atau berkontribusi signifikan bagi tim. Sudah banyak contohnya. 

Namun, bukan berarti Ferguson sosok sempurna yang tidak pernah melakukan kesalahan. Pria asal Skotlandia itu tetap manusia biasa yang kadang salah mengambil keputusan.

Selama 27 tahun di Old Trafford, Ferguson juga pernah beberapa kali melakukan blunder terkait penjualan pemain. Dia pernah mengambil langkah salah dengan membiarkan beberapa pemain hebat pergi dari Manchester United. Berikut ini 11 di antaranya, seperti dilansir Planet Football

 

2 dari 12 halaman

1. Tim Howard

Tim Howard. (AFP/Katharine Lotze)

Tim Howard tak pernah benar-benar mapan sebagai kiper nomor satu di Manchester United. Dia pindah ke Everton pada 2006 untuk bisa bermain reguler. 

Howard membuktikan diri dengan mencatatkan 400 penampilan untuk The Toffees selama 10 tahun. Bahkan dia menyelamatkan dua penalti yang membantu Everton mengalahkan MU pada semifinal Piala FA 2009. 

 

3 dari 12 halaman

2. Phil Neville

Phil Neville (kiri) pindah ke Everton pada musim 2005 dan tampil sebanyak 242 kali bersama The Toffees. (AFP/ Paul Barker)

Tim Howard bukan pemain pertama yang pindah dari Old Trafford ke Goodison Park, markas Everton. Phil Neville lebih dulu melakukannya pada 2005.

Neville tampil konsisten di bawah besutan David Moyes, bahkan didaulat menjadi kapten. Setelah gantung sepatu, dia mengikuti Moyes yang didapuk menjadi pelatih MU pada 2013. Ia menjadi staf pelatih selama setahun di sana. 

 

4 dari 12 halaman

3. Jaap Stam

Bek Tengah - Jaap Stam, kehadirannya membuat Schmeichel merasa aman karena permainan yang disiplin. Bek asal Belanda itu disebut oleh Johan Cruyff sebagai salah satu pemain bertahan terbaik dunia. (AFP/Adrian Dennis)

Jaap Stam membantu MU memenangi tiga trofi Premier League secara beruntun dan meraih treble pada 1999. Namun, Ferguson tiba-tiba menjualnya ke Lazio pada 2001. 

Sang bek masih bisa bermain di level tertinggi selama lima tahun, dengan memenangi Coppa Italia di Lazio, kemudian mencapai final Liga Champions 2005 bersama AC Milan.  

"Ketika berpikir tentang kekecewaan, jelas menjual Stam adalah penyesalan bagi saya. Saya membuat keputusan buruk," kata Ferguson pada 2013. 

 

5 dari 12 halaman

4. Gerard Pique

Gerard Pique - Sejak bergabung dengan Barcelona, Gerard Pique menjelma menjadi bek papan atas dunia. Pique hijrah ke Barcelona pada 2008. Ini mungkin jadi salah satu kesalahan terbesar Alex Ferguson. (AFP/Filippo Monteforte)

Gerard Pique tidak bisa mengganggu duet Nemanja Vidic dan Rio Ferdinand, kemudian memutuskan kembali ke Barcelona pada 2008. 

Setelah itu, dia berkembang menjadi salah satu bek tengah terbaik di dunia, memenangi delapan gelar La Liga, enam Copa del Rey, dan tiga titel Liga Champions di Camp Nou. 

Pique juga memenangi trofi Piala Dunia dan Piala Eropa bersama Timnas Spanyol.  

6 dari 12 halaman

5. Gabriel Heinze

Gabriel Heinze - Heinze adalah pemain bertahan yang punya tampil bagus saat membela Manchester United pada 2004-2007. Karier cemerlangnya berakhir seiring gangguan cedera yang membuatnya terlempar dari tim inti The Red Devils. (AFP/Carl De Souza)

Heinze memenangi penghargaan Sir Matt Busby Player of the Year pada 2004-2005. Namun, ia membuat MU marah karena memaksa pindah ke Liverpool pada 2007. 

Sang bek kemudian dijual ke Real Madrid dan membantu tim tersebut memenangi La Liga pada musim debutnya. Ia kemudian bertualang ke Marseille dan AS Roma, sebelum menyudahi karier di  Newell’s Old Boys, Argentina.

 

7 dari 12 halaman

6. David Beckham

1. David Beckham (Manchester United) – Kekalahan dari Arsenal pada ajang Piala FA 2002-2003 membuat Sir Alex Ferguson mengamuk di ruang ganti. Mantan pemain Real Madrid ini menjadi korban salah sasaran dari amarah sang pelatih. (AFP/Odd Andersen)

David Beckham adalah idola fans Manchester United. Namun, hubungannya dengan Ferguson retak sehingga hengkang ke Real Madrid pada 2003. 

El Real gagal memenangi gelar bergengsi pada tiga musim pertama Beckham di sana. Namun, ia berperang penting saat Madrid menjuarai La Liga pada 2006-2007. 

Beckham kemudian hijrah ke LA Galaxy pada akhir musim itu. Namun, dia kemudian balik ke Eropa untuk bersama AC Milan dan PSG. 

 

8 dari 12 halaman

7. Paul Ince

Ince memenangi dua titel liga dan dua gelar Piala FA selama enam tahun di Old Trafford. Fans seolah tak percaya ketika dia dijual ke Inter Milan pada 1995. Tapi, Ince tak protes. 

Setelah mendulang kesuksesan di Italia, Ince kembali ke Inggris pada 1997 dan memancing kontroversi karena memilih Liverpool. Dia mencetak 17 gol selama dua tahun di Merseyside.  

 

 

9 dari 12 halaman

8. Juan Sebastian Veron

1. Juan Sebastian Veron - Veron menjadi pemain Argentina pertama yang diboyong Manchester United. Bergabung pada rentang 2001 hingga 2003, Veron tampil sebanyak 82 kali dan menyumbang 11 gol untuk skuat Setan Merah. (AFP/Paul Barker)

Veron diboyong MU pada 2001 dengan mahar 28,1 juta pounds. Tapi, sang gelandang gagal membuktikan layak dibeli mahal. Selama dua tahun di MU, ia malah melempem. 

Veron kemudian dijual ke Chelsea, tapi juga gagal tampil impresif. Pemain asal Argentina ini kemudian memenangi Serie A bersama Inter Milan dan juara Copa Libertadores di Estudiantes. 

Ferguson mengakui talenta apik Veron. Bahkan, ia pernah marah-marah kepada jurnalis yang mengkritik Veron pada 2002. 

 

10 dari 12 halaman

9. Cristiano Ronaldo

Cristiano Ronaldo (94 juta euro) - Cristiano Ronaldo menjadi penjualan termahal Manchester United hingga saat ini. Manchester United menjual Ronaldo ke Real Madrid dengan nilai tranfser 94 juta euro pada 2009. (AFP/Paul Ellis)

Ronaldo adalah salah satu pemain dalam daftar Ferguson yang sangat ingin dipertahankannya. Tak sulit menebak alasannya. 

Ronaldo menjelma menjadi salah satu pemain terbaik dunia di Old Trafford, tapi tak bisa menahan keinginan mengejar mimpi hijrah ke Real Madrid pada 2009. 

Di Spanyol, ia mencapai level baru dengan mencetak 438 gol dalam 450 laga, serta memenangi dua titel La Liga dan empat trofi Liga Champions selama sembilan tahun. 

Dia kemudian gabung Juventus pada 2018 dan melanjutkan performa briliannya. 

 

 

11 dari 12 halaman

10. Ruud van Nistelrooy

2. Ruud Van Nistelrooy - Bomber asal Belanda ini merupakan mesin gol mematikan dari Sir Alex Ferguson. Sebanyak 150 gol diciptakannya bersama Manchester United sebelum akhirnya hijrah ke Real Madrid. (AFP/Paul Barker)

Statusnya sebagai mesin gol tak membuat Nistelrooy aman dari sikap tanpa kompromi Ferguson. Sang striker dijual ke Real Madrid paad 2006. 

Dia langsung memberikan pengaruh besar. Nistelrooy menjadi top scorer di liga dengan 25 gol dan mengantar Los Blancos menjuarai La Liga pada 2006. Pada 2007, ia kembali membantu Madrid mempertahankan gelar La Liga. 

Nistelrooy kemudian melanjutkan petualangannya ke Hamburg dan Malaga sebelum pensiun pada 2012.  

 

 

12 dari 12 halaman

11. Diego Forlan

Diego Forlan - Pemain asal Uruguay ini bergabung dengan Manchester United pada 2002-2004. Namun, Forlan terlalu banyak jadi pemain cadangan dan bakat besarnya disia-siakan saat berada di Old Trafford. (AFP/Paul Barker)

Segalanya tak berjalan dengan baik bagi Forlan di Old Trafford. Dia kemudian pindah ke Spanyol pada 2004. Sang striker membangun kembali kaeiernya bersama Villarreal dan Atletico Madrid. 

Ia mencetak 128 gol dalam 240 penampilan di La Liga selama tujuh tahun. Dia juga tampil pada Piala Dunia 2010, menyumbangkan lima gol dan memenangi Sepatu Emas saat Uruguay mencapai semifinal. 

Sumber: Planet Football

Berita Terkait