Bola.com, Makassar - Sebagai agen pemain dan pelatih, nama Eddy Syahputra termasuk populer di kalangan pelaku sepak bola Indonesia. Agen berlisensi FIFA ini mengawali kariernya sebagai agen pada 2002. Tercatat puluhan pemain dan pelatih dari berbagai benua sudah pernah didatangkan oleh Edy ke Indonesia.
Alhasil, Eddy Syahputra sempat menyandang status agen lokal tersukses di kompetisi tanah air. Tapi, layaknya sebuah karier atau usaha, ada saat pasang dan surut. Dia mengaku, dirinya seperti mulai dari nol lagi.
Pada Liga 1 2019, nama Eddy sempat memcuat ketika ia nyaris mendatangkan Alfred Riedl untuk menangani Persebaya Surabaya dan Sergei Dubrovin di Semen Padang. "Sebenarnya saya sudah deal dengan manajemen kedua klub itu. Tapi, kami akhirnya gagal melanjutkan dengan alasan berbeda," ujar Eddy kepada Bola.com, Senin (20/7/2020).
Selain Liga 1, Eddy juga bermain di Liga 2. Di mana ia sempat memasok tim pelatih dan pemain untuk Persis Solo. Saat kompetisi terhenti, Eddy mengaku praktis tidak ada kegiatan terkait dengan keagenan.
"Saya lebih banyak membantu kegiatan yang bertujuan untuk amal seperti menggalang donasi buat pelaku sepak bola yang terdampak COVID-19 untuk wilayah Jakarta dan Bekasi," ungkap Eddy, pemilik CV Ligina Sportindo ini.
Terakhir Eddy bersama rekan-rekannya di Gilbol Indonesia melakukan kegiatan laga silaturrahmi bertajuk 'Football is Back' di Lapangan Eks Mabes AU diPancoran, Jakarta Selatan pada 11 Juli 2020.
Kepada Bola.com, Eddy mengungkapkan keprihatinannya melihat kondisi kompetisi Indonesia yang terhenti akibat pandemi COVID-19 serta pandangan klien dan mitra kerjanya di luar negeri. Berikut petikan wawancaranya.
Saksikan Video Pilihan Kami:
Soal Pemotongan Gaji, Pemain Harus Ikhlas
Apa yang Anda lakukan untuk menyiasati kondisi saat ini?
Praktis tidak ada. Kompetisi terhenti membuat semuanya tertunda. Tapi, saya tetap menjalin komunikasi dengan klub dan pemain. Baik lewat media whatsapp atau telepon. Intinya, kita semua prihatin menghadapi musibah akibat pandemi COVID-19 ini.
Berberapa waktu lama sempat terjadi polemik terkait aturan pemotongan gaji pemain. Apa pandangan Anda sebagai agen?
Sebaiknya sebelum polemik, semua pihak duduk satu meja. Juga satu pemahaman, kompetisi terhenti karena musibah global yang sulit untuk dihindari. Jadi, semua pihak bisa saling mengerti. Khususnya buat pemain. Mereka harusnya ikhlas dan berbesar hati.
Apalagi, mereka sudah menerima uang muka dari nilai kontrak dan rata-rata klub baru memainkan tiga partai di Liga 1. Sementara di Liga 2, klub baru bermain 1-2 partai dan malah ada yang belum tampil sama sekali.
Tugas kami sebagai agen adalah memberi pengertian kepada pemain sekaligus membantu klub yang sudah mengeluarkan dana tapi minim pemasukan. Intinya ada komunikasi sehingga ada solusi yang bisa diterima semua pihak.
Sebagai agen yang lebih banyak memasok pemain asing ke Indonesia, apakah ada komplain atau pertanyaan dari mitra Anda di luar negeri terkait hal diatas?
Tentu ada. Tapi, secara umum mereka mengerti dan memahami kondisi kompetisi Indonesia. Karena mereka juga mengalami hal sama di negaranya.
Sebagai agen, apa harapan Anda buat Liga Indonesia ke depan?
Harapan saya tentu sama dengan para pelaku sepak bola di Indonesia. Kita semua ingin musibah akibat pandemi COVID-19 ini segera berakhir dan kompetisi berjalan dengan normal. Industri sepak bola kembali bergeliat dan suporter bisa menyaksikan langsung tim kesayangannya bermain di stadion.
Sebagai agen, saya juga memiliki impian membawa pemain-pemain Indonesia bermain di luar negeri. Sebenarnya pada awal 2020 ini, saya sudah menjalin kesepakatan dengan satu klub Liga 1 Korea Selatan yang sangat tertarik dengan kemampuan Saddil Ramdani.
Namun, ternyata Saddil tak boleh meninggalkan Indonesia karena tersangkut masalah. Padahal ini peluang bagus sekaligus pembuka jalan untuk pemain kita bermain di liga elite Asia