Bola.com, Makassar - Sebagai klub profesional, PSM Makassar juga memanfaatkan peran media sosial untuk promosi kegiatan tim sekaligus mengintip peluang mendapatkan profit. Satu di antaranya adalah mengoptimalkan channel youtube PSM dengan berbagai konten menarik. Terbaru, mereka mengunggah reuni virtual eks pemain yang membawa Juku Eja meraih trofi juara Liga Indonesia 1999-2000.
Pemain yang dihadirkan adalah Aji Santoso, Hendro Kartiko, Yeyen Tumena, Kurniawan Dwi Yulianto dan Bima Sakti. Kebetulan, kelima sosok yang pernah membawa PSM Makassar menjadi juara ini sama-sama sudah berkarier sebagai pelatih selepas gantung sepatu.
Aji misalnya, kini menangani Persebaya Surabaya. Sedang Hendro menjadi pelatih kiper di PSM. Begitu juga dengan Bima Sakti yang dipercaya PSSI melatih Timnas Indonesia U-16 dan Kurniawan Dwi Yulianto jadi pelatih Sabah FA. Sementara Yeyen pernah menjadi Direktur Teknik Bhayangkara FC dan sempat menjadi carateker pelatih Timnas Indonesia.
Pada channel ini, kelimanya mengungkap berbagai kenangan saat membela klub. Di antara mereka, Kurniawan yang paling sering jadi obyek candaan.
Seperti diungkap Aji: "Kalau ditanya siapa pemain yang paling nakal di PSM saat itu, semua orang tahu. Tapi, bagi saya itu hal lumrah, karena Kurniawan membuktikan kapasitasnya di lapangan."
Kurniawan memang jadi tombak utama PSM musim itu. Duetnya bersama Miro Baldo Bento menjadi momok menakutkan lawan. Pada akhir kompetisi, koleksi gol Kurniawan hanya kalah satu gol dari Bambang Pamungkas dari Persija Jakarta yang menjadi top scorer dengan 24 gol. Menariknya, semua gol Kurniawan tercipta lewat open play bukan bola mati atau penalti.
Hendro pun menimpali. "Ketika saya kembali ke PSM untuk menjadi pelatih, perkembangan Makassar sudah sangat pesat. Kurniawan mungkin sudah lupa gang-gang kecil tempat dia dulu sering ngumpet," ungkap Hendro yang pernah menjadi kiper utama Timnas Indonesia di Piala Asia 1996, 2000 dan 2004 ini.
Yeyen pun mengungkap cerita Kurniawan yang ikut tersangkut kasus Kuncoro yang mengaku mengonsumsi sabu-sabu sebelum bertanding melawan Petrokimia di sebuah hotel di Surabaya. Saat itu, Kuncoro histeris dan bertingkah seperti orang hilang kesadaran. Kuncoro pun dirawat di RSU Dr. Soetomo, Surabaya.
"Kami semua saat itu prihatin. Sebagai bentuk dukungan moral kami mengenakan kaos bergambar Kuncoro saat melakukan pemanasan pada laga kandang PSM di Mattoangin. Itu atas insiatif Kurniawan," timpal Yeyen.
Kurniawan yang terus diserang, hanya bisa tertawa. Tapi, ia membenarkan cerita itu. Menurutnya, ia beruntung bisa bergabung di PSM.
"Bersama klub inilah saya mendapatkan segalanya. Selain trofi juara untuk kali pertama dalam karier sepak bola, saya juga bisa bangkit dari keterpurukan setelah terbuang dari Timnas Indonesia. Saya juga berterima kasih kepada Kuncoro yang membuat saya akhirnya bersih," papar Kurniawan yang pernah memperkuat klub Swiss, Luzern FC, ini.
Itulah mengapa Kuniawan tanpa sungkan mengaku menyimpan keinginan menjadi pelatih PSM Makassar. Pernyataan Kurniawan ini disambut Bima dan Aji. "Saya juga ingin (melatih PSM). Bisa satu paket kita," kata Bima yang diamini Aji.
Video
Yeyen Manajer 'Kecil'
Pada kesempatan itu, Hendro, Kurniawan, Aji dan Bima juga mengungkap peran penting Yeyen saat mereka membela PSM Makassar. Seperti diungkap Bima. "Bagi saya dan pemain luar Makasssar lainnya, Yeyen adalah pelayan dan jembatan kami dengan pemain lokal Makassar," kata Bima.
Hendro berpendapat senada. "Bukan hanya pemain, Yeyen juga mengurusi pelatih dan tim," timpal Hendro.
Yeyen memang adalah pemain luar Makassar terlama di PSM saat itu. Ia sudah menjadi kapten PSM pada Liga Indonesia 1995-1996. Hubungannya dengan Nurdin Halid yang menjadi pengelola PSM juga sangat dekat.
"Saya ibarat jadi manajer 'kecil' saat itu. Bagi saya tidak masalah, karena demi tim. Saat itu, saya juga tengah menyelesaikan pendidikan S1 di Makassar," terang Yeyen.
Kelimanya pun sepakat, menjadi bagian PSM musim itu adalah momen berkesan dalam karier mereka.
"Bermain di PSM adalah momen terindah dalam karier saya. Selain trofi juara dan penghargaan sebagai pemain terbaik, saya merasakan atmosfer Liga Champions Asia," pungkas Bima.