Bola.com, Makassar - Materi pemain dan kebersamaan tim yang solid jadi kunci sukses PSM Makassar meraih trofi juara Liga Indonesia 1999-2000. Hal itu diungkap lima pilar Juku Eja musim itu, yakni Hendro Kartiko, Yeyen Tumena, Bima Sakti, Aji Santoso dan Kurniawan Dwi Yulianto. Mereka hadir dalam channel youtube PSM Makassar pada program reuni virtual eks pemain Juku Eja.
Menurut Aji Santoso, yang mendapat kesempatan pertama mengungkap kenangannya, PSM Makassar saat itu memang kompak dan solid.
"Tidak ada sekat antara pemain asli Makassar dengan pemain lokal dari daerah lain. Begitu pun dengan pemain asing. Dukungan total dari manajemen yang dikelola Pak Nurdin Halid juga sangat menghargai pemain," ujar Aji.
Eks pemain yang kini menjadi pelatih Persebaya Surabaya itu mengaku pada awalnya ia tak menyangka PSM bisa sesolid itu. Apalagi sebelumnya, PSM dikenal sangat fanatik dengan pemain asli Makassar.
"Pemain Makassar dikenal dengan permainan militan, keras dan kadang menjurus kasar. Tapi, ternyata semua anggapan negatif itu sirna. Saya dan pemain luar Makassar lainnya diterima dengan baik," kenang Aji.
Hal senada dikatakan Bima yang menyimpan anggapan sama sebelum bergabung di PSM.
"Saya mendengar banyak cerita soal PSM. Satu di antaranya, kalau main lawan PSM di Makassar wajib memakai pelindung kaki depan dan belakang. Dulu mendengar nama Alibaba saja lawan sudah keder. Ternyata setelah ketemu langsung dengan orangnya, ternyata anggapan saya salah," kata Bima.
Alibaba yang meninggal pada Juli 2019 memang menjadi buah bibir pesepak bola tanah air karena permainan keras dan tanpa kompromi di lapangan.
"Sikap mendiang Alibaba sangat berbeda di luar lapangan. Ia ramah dan cepat akrab. Saking baiknya, kami sering mengusilinya dan ia tak pernah marah," ungkap Bima.
Suatu saat, Hendro mengajak Bima ngerjain Alibaba yang lupa menutup kunci mobilnya saat berlatih. Setelah latihan, Hendro bergegas mempreteli tape recorder mobil Alibaba. Melihat tape mobilnya hilang, Alibaba spontan teriak dan ngamuk di mes.
"Kami sempat membiarkannya. Tapi, setelah itu, kami mengembalikan tape itu dan Alibaba tak marah lagi," tutur Hendro.
Kurniawan juga punya cerita lucu dengan Alibaba. Suatu saat, Alibaba buru-buru mendatangani Kurniawan dan bertanya mengapa ada nama Veronica yang terus mengirim pesan ke telepon selulernya.
"Alibaba bilang, 'Kurus (panggilan akrab Kurniawan), istriku bisa marah kalau melihat ini, bagaimana caranya agar pesan itu tak ada lagi di hape'. Saya jawab saja, itu layanan Telkomsel, tidak akan mungkin hilang. Alibaba pun maklum dan tersenyum."
Selain Alibaba, ada satu pemain lokal Makassar lain yang sering jadi pembicaraan, yakni Rahman Usman. Seperti kata Bima yang memuji peran Rahman di Juku Eja.
"Status Rahman memang hanya pemain pengganti PSM. Tapi, saat Rahman masuk, PSM selalu mendapatkan gol," kata Bima.
Rahman memang termasuk striker yang ditakuti lawan. Selain berteknik tinggi, ia juga memilki banyak trik untuk mengelabui bek lawan plus wasit sehingga penalti kerap tercipta buat PSM.
Pada laga final Liga Indonesia 1999-2000 menghadapi PKT Bontang di Stadion Gelora Bung Karno, Jakarta, Rahman yang masuk menggantikan Miro Baldo Bento mencetak satu dari tiga gol PSM Makassar. Juku Eja pun meraih trofi juara setelah menekuk PKT Bontang 3-2.
Video
Cerita Lucu Tentang Kadir Halid
Bukan hanya antarpemain, hubungan dengan manajemen PSM Makassar juga tanpa sekat. Nurdin Halid sebagai pengelola tim dan adiknya, Kadir Halid yang bertindak sebagai manajer tim sangat memanjakan pemain.
"Semua kebutuhan pemain dipenuhi. Bisa dikatakan PSM saat itu adalah klub dengan megabintang. Saat bertanding, kita tidak lagi bisa soal kalah atau menang, tapi berapa gol yang dicetak pada pertandinngan nanti," ungkap Kurniawan.
Kurniawan mengungkap cerita lucunya dengan Kadir Halid. Ketika PSM akan menjalani pramusim menghadapi Pelita Jaya di Sawangan, Kadir berinsiatif mengajak pemainnya menggunakan kapal laut ke Jakarta.
"Saat di kapal laut, kami menikmati perjalanan sambil karaoke. Beliau pikir kapal Pelni sama dengan kapal pesiar. Ternyata tidak sesuai harapannya. Ketika mau kembali ke Makassar, anak-anak bercanda dengan mengajak naik kapal lagi. Pak Kadir merenggut dan bilang 'kita naik pesawat saja'," papar Kurniawan.
Aji juga menyimpan cerita bersama Kadir. Saat itu, PSM tengah bertanding. Melihat penampilan pemainnya belum berkembang, Syamsuddin Umar, pelatih PSM ke pinggir lapangan untuk memberi instruksi sambil meneriakkan kata move. Setelah itu, Syamsuddin kembali duduk di bench.
"Eh, tiba-tiba Pak Kadir juga ke pinggir lapangan dan meneriakkan kata sama. Saat kembali ke bench, ia bertanya kepada saya arti kata move. Saya jawab saja, nama sejenis sop konro (kuliner khas Makassar), " kenang Aji yang saat itu menjadi pemain pengganti.