Pertahanan Juventus Rapuh dan Bapuk Musim Ini, Maurizio Sarri Punya Penjelasannya

oleh Yus Mei Sawitri diperbarui 24 Jul 2020, 19:15 WIB
Gelandang Juventus, Adrien Rabiot, berebut bola dengan gelandang Udinese, Rodrigo De Paul, pada laga lanjutan Serie A di Dacia Arena, Jumat (24/7/2020) dini hari WIB. Juventus kalah 1-2 atas Udinese. (AFP/Marco Bertorello)

Bola.com, Turin - Juventus merajai Serie A berkat berbagai faktor, satu di antaranya karena memiliki pertahanan solid. Namun, keuggulan di titik itu tidak muncul pada musim ini. 

Apa yang disuguhkan Juventus pada musim 2019/2020 adalah anomali. Hingga pekan ke-35, Juventus sudah 38 kali kebobolan.

Advertisement

Paling baru, dua gol bersarang di gawang Juventus pada duel melawan Udinese (24/7/2020). Juventus kalah dengan skor 1-2 pada laga di Dacia Arena.

Sejak meraih scudetto pada musim 2011/2012 -scudetto pertama sejak promosi ke Serie A pada 2008/2009- Juventus tidak pernah kebobolan di atas 30 gol. Paling buruk terjadi pada 2018/2019. Saat itu Si Nyonya Tua kebobolan 30 gol.

Dengan tiga laga tersisa, kini Juventus sudah kebobolan 38 gol. Tentu saja ini menjadi tanda bahwa lini belakang Juventus punya masalah. Lalu, apa penjelasan dari Maurizio Sarri?

Maurizio Sarri menilai banyaknya gol yang bersarang di gawang Juventus tidak lepas dari hukuman penalti dan tendangan bebas. Harusnya, hal-hal itu bisa dihindari pasukannya dan gawang Juventus kebobolan lebih sedikit.

"Kami juga mendapat 12 kali hukuman penalti, yang tidak biasa bagi klub-klub besar. Ada lebih banyak tendangan bebas secara umum, ini merupakan rekor sepanjang masa, bahkan jika persentase kami naik lebih banyak daripada yang lain," kata pelatih Juventus, Maurizio Sarri. 

 

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini

2 dari 2 halaman

Pemain yang Menua

Giorgio Chiellini - Bek berusia 35 tahun ini merupakan benteng kokoh Juventus. Di luar sepakbola ternyata pria asal Italia itu adalah lulusan terbaik di bidang studi Bisnis Ekonomi Universitas Manajemen dan Ekonomi Turin. (AFP/Marco Bertorello)

Maurizio Sarri juga menyinggung absennya sejumlah pemain kunci di pertahanan Juventus karena cedera dan faktor lain.

“Giorgio Chiellini praktis telah keluar sepanjang musim dan orang-orang tidak menyadari betapa pengalaman dan karakternya hilang. Leonardo Bonucci juga akumulasi hari ini," sambung mantan pelatih Napoli tersebut.

Maurizio Sarri memang pantas untuk mengeluhkan cedera yang acap kali dialami Giorgio Chiellini. Dia menjadi pilar penting di balik kesuksesan Juventus. Namun, apakah hanya Chiellini yang membuat Juventus rapuh?

Giorgio Chiellini tak lagi muda. Bulan depan, dia berusia 36 tahun. Faktor usia membuat permainan dan kebugaran Chiellini menurun. Leo Bonucci juga mengalami masalah yang sama. Usianya kini sudah 33 tahun.

Juventus sudah melakukan peremajaan dengan Matthijs de Ligth. Pemain 20 tahun bermain sangat bagus, tetapi dia tidak punya pendamping yang ideal. Daniele Rugani masih belum mampu menemukan potensi terbaiknya di Juventus.

Cedera Merih Demiral membuat situasi makin pelik.

Sumber: Football Italia

Disadur dari: Bola.net (Penulis Asad Arifin, published 24/7/2020)

Berita Terkait