Bola.com, Jakarta - Maurizio Sarri sukses mengantar Juventus meraih juara scudetto 2019-2020 setelah mengalahkan Sampdoria 2-0. Gelar tersebut membuktikan bahwa ia masih layak menangani Si Nyonya Tua. Benarkah demikian?
Buat Maurizio Sarri, itu merupakan gelar Serie A pertamanya selama menjadi pelatih di Liga Italia. Sebelumnya bersama Napoli, pelatih yang doyan merokok itu urung memberikan gelar.
Setelah dari Napoli, Sarri mencoba peruntungan di Premier League bersama Chelsea. Jorginho, pemain kesayangannya, diboyong serta. Namun, ia dicap gagal dan akhirnya ditendang balik ke Italia.
Nasib mujur didapatnya bersama La Vecchia Signora. Sarri memberikan gelar buat Juventus, gelar kesembilan beruntun klub asal Turin tersebut. Sementara itu, Sarri didaulat menjadi pelatih tertua yang merengkuh titel di Serie A.
Satu hal yang ia lakukan untuk merayakan keberhasilan tersebut yakni berlari menuju ruang ganti, mengambil rokok dan menghisapnya seraya berkata, "Ini rokok buatmu, Wojciech Szczesny, kamu layak mendapatkannya."
Mungkin sebatang rokok yang ia hisap bisa sedikit menghilangkan kegelisahannya baru-baru ini. Ya, dalam beberapa pekan belakangan, sejumlah media melaporkan bahwa ia akan dilengserkan dari kursi kepelatihan Juventus.
Bagaimana Sarri menanggapi pemberitaan tersebut, hanya dia yang tahu. Menariknya, ia diketahui melontarkan candaan kepada anak asuhnya setelah memastikan gelar scudetto.
"Kalau kalian bisa juara scudetto bersama saya, berarti kalian adalah pemain yang sangat bagus," katanya dilansir dari The Guardian.
Kini, kabar mengenai masa depannya di Juventus terdengar samar. Namun, kegagalan di Coppa Italia dan Supercoppa mutlak adalah kekalahan telak buatnya. Liga Champions masih dalam genggaman. Kalau sampai kandas lagi, mungkin manajemen klub bakal menimbang kariernya di Allianz Arena.
Berikut ini Bola.com merangkum empat pelatih yang juga pantas menangani Juventus jika Maurizio Sarri didepak dari kursi kepelatihan.
Juventus
Frank Rijkaard
Pada Desember 2016, Frank Rijkaard memutuskan bahwa ia tidak berminat untuk meneruskan kariernya sebagai manajer atau pelatih. Namun, tidak ada yang bisa memprediksi masa depan, bukan?
Semasa aktif bermain, Frank Rijkaard dianggap sebagai satu di antara gelandang bertahan terbaik yang pernah dimiliki Belanda. Tak heran, setiap gelandang bertahan asal Belanda kini seringkali dibanding-bandingkan dengan pria berusia 57 tahun tersebut.
Selepas pensiun, Rijkaard dipercaya menangani Timnas Belanda pada 1998. Sebelumnya, ia menjadi asisten manajer Guus Hiddink. Ia dinilai 'tidak serius', namun nyatanya berhasil membawa Pasukan Oranje lolos ke semifinal Piala Eropa 2000.
Pada musim 2001-2002, ia didapuk sebagai pelatih kepala Sparta Rotterdam. Sayangnya, Rijkaard gagal total karena tim sepak bola profesional tertua di Belanda itu terdegradasi dari Eredivisie.
Menariknya, pada 2003, ia diangkat sebagai manajer Barcelona sesaat setelah Joan Laporta dipilih sebagai presiden klub. Rijkaard nyaris dipecat lantaran performa buruk pada awal musim. Akan tetapi, meski pada akhirnya hanya finis sebagai runner-up di bawah Real Madrid, manajemen klub tetap menaruh kepercayaan.
Hasilnya, Barcelona berhasil memutus dominasi Real Madrid di La Liga. Dua musim berikutnya, Rijkaard sanggup meraih gelar La Liga, masing-masing musim 2004-2005 dan 2005-2006, serta mengorbitkan nama-nama lokal seperti Victor Valdes dan Andres Iniesta.
Massimiliano Allegri
Melihat situasi tak menentu di Juventus terkait masa depan Maurizio Sarri, Massimiliano Allegri mungkin bakal berpikir dua kali sebelum memutuskan untuk melatih tim Premier League.
Mantan pelatih AC Milan ini dikabarkan menolak melatih Borussia Dortmund. Allegri disebut-sebut tertarik ke Inggris, namun tidak diketahui klub apa yang dimaksud.
Allegri saat ini menganggur dan siap kembali ke dunia sepak bola. Allegri memutuskan untuk beristirahat dari lapangan hijau setelah kontraknya habis bersama Juventus. Ia beralasan, ingin lebih dekat dengan keluarganya, yang mana jarang ia lakukan selama 12 tahun lamanya.
"Sudah cukup istirahatnya, baterai saya sudah penuh setelah tinggal bersama keluarga saya di Livorno. Selanjutnya, tidak penting di mana (melanjutkan karier lagi), yang jelas saya mencari klub yang memiliki proyek dan ambisi untuk menang," kata Allegri dilansir Marca.
Suporter Juventus pasti membuka pintu lebar-lebar jika Allegri ingin kembali lagi ke Turin. Pelatih berusia 52 tahun itu pernah lima musim melatih dan memenangi lima gelar Scudetto. Jelas ini membuktikan bahwa Juventus dan Allegri adalah pasangan cocok.
"Juventus itu diciptakan untuk menang. Saya rasa mereka bisa terus menang dari tahun ke tahun. Soal Milan, seperti ada yang hilang. Milan butuh konsistensi. Kalau dikit-dikit ganti skuat, ganti pelatih, ya tidak bakal berkembang," ujarnya.
"Saya punya komitmen moral bersama Juventus dan orang-orang di sana," katanya memungkasi.
Carlo Ancelotti
Karier Ancelotti bersama Everton tak bisa dibilang memuaskan, bahkan jauh dari kata layak mengingat pengalamannya di sepak bola Eropa. Bahkan pada laga pamungkas Premier League 2019-2020, ia gagal memberikan kemenangan melawan Bournemouth yang akhirnya turun kasta.
Kendati demikian, Carlo Ancelotti menunjukkan bahwa ia adalah manajer dengan mentalitas tinggi. Sempat terseok-seok di lubang degradasi pada awal musim ini, ia sanggup memperbaiki performa tim pada paruh kedua.
Namun tetap saja Don Carlo tak puas dengan apa yang anak asuhnya tampilkan sepanjang musim. Setelah laga menghadapi Bournemouth, ia meminta pemainnya untuk kembali dengan tambahan motivasi.
"Pemain-pemain yang memutuskan bertahan di sini, saya katakan pada mereka untuk kembali dengan motivasi dan ambisi yang jelas!" katanya menggebu-gebu.
Melihat komitmen kuat Ancelotti bersama Everton musim depan, tampaknya kans untuk kembali ke Juventus sangat sulit. Terlebih, ia punya memori kurang bagus bersama La Vecchia Signora.
Ia menangani Juventus pada 1999, namun gagal bersaing dengan Lazio yang pada akhir musim keluar sebagai juara Serie A. Musim berikutnya pun sama, finis kedua di bawah AS Roma.
Fabio Cannavaro
Semasa bermain, Fabio Cannavaro adalah andalan Juventus, klub yang ia bela pada 2006 hingga 2009. Sayangnya, suporter mungkin menganggapnya tak loyal karena memutuskan untuk pindah ke Real Madrid saat Juve terlibat skandal Calciopoli.
Fabio Cannavaro terjun ke dunia kepelatihan setelah pensiun sebagai pemain. Akan tetapi, sepak terjangnya dinilai masih kurang.
Pasalnya, ia hanya berkutat di Asia saja, mulai dari Qatar, Arab Saudi, hingga China. Curriculum Vitae-nya dianggap belum cukup untuk menangani tim Eropa, apalagi Juventus.
Kendati demikian, tak ada yang tak mungkin dalam sepak bola, kan? Gennaro Gattuso, Frank Lampard, dan Steven Gerrard saja membuktikan bahwa pelatih muda bisa memberikan dampak positif meski pengalamannya belum begitu banyak.
Sumber: Berbagai sumber