Bos Yamaha Tepis Konflik Politis Vs Valentino Rossi, Begini Sebenarnya yang Terjadi

oleh Yus Mei Sawitri diperbarui 01 Agu 2020, 13:30 WIB
Aksi pembalap Monster Energy Yamaha, Valentino Rossi, di Sirkuit Le Mans, Prancis, Sabtu (18/5/2019). (AFP/JEAN-FRANCOIS MONIER)

Bola.com, Jerez - Managing Director Yamaha, Lin Jarvis, membantah ada konflik politis antara tim dengan pembalap senior Monster Energy Yamaha, Valentino Rossi. Menurutnya, apa yang terjadi adalah perdebatan antara data melawan keinginan. 

Isu politis di internal Yamaha itu mencuat setelah balapan MotoGP Andalusia 2020, Minggu (26/7/2020). Pada balapan itu Valentino Rossi berhasil naik podium ketiga, sekaligus penebusan atas kegagalan finis pada MotoGP Jerez sepekan sebelumnya. 

Advertisement

Rossi terang-terangan mengaku terlibat ketegangan dengan teknisi Yamaha terkait settingan motor. The Doctor mengklaim ada isu politis di sana. Setelah berdebat selama empat hari, Rossi akhirnya boleh mengubah settingan motor dan finis di podium. 

Lin Jarvis mengakui setelah MotoGP Jerez tak menduga Rossi akan keluar dari kekacauan begitu cepat. Pembalap Italia itu hanya menempati posisi ke-13 pada latihan bebas hari pertama MotoGP Jerez, kemudian posisi ke-17 pada FP4 dan akhirnya mesin M1-nya jebol saat balapan. 

Rossi menunjukkan perkembangan signifikan pada MotoGP Andalusia, tujuh hari berselang. Ia menempati posisi kedua pada FP1, ke-8 pada F3, urutan ke-11 di FP4, dan keempat saat kualifikasi. Muaranya Rossi finis ketiga saat balapan.  Setelah podium itulah Rossi menyebut isu politik yang menjadi penyebab performa buruknya pada MotoGP Jerez, bahkan sejak 2018. 

Lin Jarvis hanya tersenyum mendengar komentar Rossi tersebut. 

"Valentino menggunakan kata politis. Tapi, sebenarnya kata ini kurang tepat. Kami punya empat motor, tiga di antaranya motor pabrikan 2020. Motor Franco Morbidelli kombinasi antara spek 2019 dan 2020. Ada perbedaan yang tipis. Namun, dari sisi setting hingga MotoGP Jerez, keempat pembalap secara umum mengikuti arah yang sama. Valentino kesulitan dengan setelannya,  bukan hanya di Jerez, tapi sejak lama," kata Lin Jarvis, seperti dilansir Speedweek, Sabtu (1/8/2020). 

"Dia kesulitan dari ban dan tidak merasa nyaman dengan motor. Keseimbangan motor tidak berjalan baik untuknya. Ia ingin perubahan untuk MotoGP Jerez. Tapi hasilnya mengecewakan juga. Untuk keluar dari situasi ini, Valentino Rossi ingin melalukan perubahan. Ia ingin mengembalikan feeling yang dulu di M1, ketika memakai settingan berbeda. Jadi ia harus meyakinkan teknisi balap kami dari Jepang yang punya pendapat berbeda," imbuh Lin Jarvis.   

 

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini

2 dari 2 halaman

Angkat Topi untuk Rossi

Pembalap Monster Yamaha, Valentino Rossi, merayakan kemenangan di atas podium usai menjuarai MotoGP Andalusia di Sirkuit Jerez, Minggu (26/7/2020). Fabio Quartararo berhasil finis pertama dengan catatan waktu 41 menit 22,666 detik. (AP Photo/David Clares)

Jadi, menurut Lin Jarvis tidak tepat jika yang terjadi digambarkan sebagai isu politis. 

"Paling tepat itu didiskripsikan dengan kalimat 'data versus keinginan'. Jadi topiknya tentang data melawan kerinduan. Pada akhirnya, Valentino menekan para teknisi, meyakinkan tentang tanggung jawab dan keunggulannya," tutur Jarvis. 

"Kami mengabulkan keinginannya karena tak ada yang dipertaruhkan. Dia tak nyaman dengan settingan lama, dan sangat mendesak butuh kebangkitan. Saay rasa sangat penting bagi Valentino bisa keluar dari situasi ini setelah balapan pertama." 

"Anda harus angkat topi karena dia melakukannya dengan penuh gaya dan bermartabat," sambung pria asal Inggris itu.  

Sumber: Speedweek