Bola.com, Malang - Mundurnya Mario Gomez dari kursi pelatih Arema FC membuat struktur kepelatihan tim Singo Edan berubah.
Asisten pelatih Charis Yulianto kini menjabat sebagai pelatih sementara. Dari segi lisensi, dia sudah memegang A AFC. Sementara Kuncoro dan Singgih Pitono baru memegang B AFC. Ini merupakan pengalaman pertama Charis jadi seorang caretaker.
Sebelumnya, dia jadi asisten pelatih di Borneo FC. Pengalaman jadi pelatih kepala didapatkannya di ajang Elite Pro Accademy atau kelompok usia.
Meski demikian, Charis antusias dengan peran barunya ini. Dia berusaha mengerahkan semua pengalaman yang sudah didapat selama ini. Dia juga sudah menyerap ilmu yang diberikan oleh Mario Gomez sejak di Borneo FC musim 2019.
Seperti rencananya untuk Arema sekarang? Dan apa pesan yang diberikan Gomez untuknya? Berikut wawancara Bola.com dengan Charis Yulianto di Malang, Jumat (7/8/2020).
Video
Pelajaran dari Mario Gomez
Akhirnya Anda harus berpisah dengan Mario Gomez. Mentor sejak di Borneo FC musim lalu. Ada pesan yang disampaikan kepada Anda?
Pesannya kepada saya harus lanjut (bertahan) di Arema. Saya juga melanjutkan programnya dan dikombinasi program sendiri. Saat ini seperti memulai pre season kembai. Karena semua baru libur panjang sekitar 4 bulan. Tentunya kami semua harus bekerja keras.
Apa Anda dimintai pertimbangan oleh Mario Gomez sebelum dia mundur dari Arema?
Kalau pertimbangan tidak. Beliau Cuma pamit. Intinya sudah senang berada di Malang. Dan berterima kasih sudah membawa ke Arema. Pelatih fisik Marcos Gonzales juga cukup nyaman. Tapi mungkin ada hal yang membuat mereka tidak melanjutkan kontrak di sini. Mereka melakukan pertimbangan sendiri. Tentu kami merasa kehilangan. Apalagi saya juga intensif berkomunikasi dengan belau sejak di klub sebelumnya.
Selama mendampingi Mario Gomez, apa pelajaran yang didapatkan?
Banyak pelajaran tentunya dari seorang Mario Gomez. Pelatih yang sangat berkarakter dan sangat disiplin. Filosofi melatihnya saya rasa sangat cocok di Malang. Cara bermain yang diterapkan khas Arema. Sepakbola simpel, itu salah satu yang saya dapatkan.
Pembagian Tugas
Dari sisi lisensi kepelatihan, saat ini Anda yang paling tinggi, A AFC. Tapi justru paling muda secara usia. Bagaimana menempatkan diri dengan yang lebih senior seperti Kuncoro dan Singgih Pitono di staf kepelatihan?
Saya harus respek dengan Coach Singgih Pitono dan Kuncoro. Tapi ini sepak bola, harus tetap profesional di lapangan. Kami tetap komunikasi dan saling memberi masukan. Apalagi saya terhitung masih baru sebagai pelatih di Arema. Meskipun dulu lama sebagai pemain. Sedangkan mereka (Kuncoro dan Singgih Pitono) lebih dulu di tim kepelatihan Arema. Saya anggap mereka juga sudah seperti saudara.
Ada pembagian tugas di tim pelatih Arema sekarang? Kalau ada, bagaimana pembagiannya?
Untuk program latihan kami sama-sama koordinasi. Pembagian tugasnya juga ada. Contohnya Coach Singgih pimpin pemanasan. Sedangkan saya gentian dengan Coach Kuncoro untuk teknik dan taktiknya.
Anda merasakan ada tantangan baru saat jadi caretaker?
Tentu ada tantangannya. Tugas ini tidak ringan. Saya masih baru juga, sebatas pengalaman saya jadi asisten sebelumnya dan pelatih kepala di elite pro akademi. Ini pertama kali saya sebagai caretaker. Saya akan berikan kemampuan maksimal. Kemarin juga dapat bocoran manajemen akan mencari pelatih kepala yang lebih berpengalaman. Tidak ada masalah bagi saya. Siapapun pelatihnya di tim ini semua seperti keluarga.
Untuk saat ini apa kebutuhan yang paling urgen di Arema jelang lanjutan Liga 1?
Kebutuhan dari apa dulu. Kalau dari pemain, kami masih menunggu regulasinya. Apakah pemain yang mengundurkan diri bisa diganti atau tidak. Kalau bisa, kami akan cari. Playmaker mungkin yang dibutuhkan. Tapi kembali lagi keputusan nanti ada di pengurus. Kalau untuk kebutuhan persiapan secara umum, dua minggu ini akan latihan lebih berat. Untuk mengembalikan fisik pemain agar siap melanjutkan kompetisi.
Baca Juga