Bola.com, Jakarta - Saddil Ramdani termasuk pemain yang kerap menghibur penonton saat beraksi di lapangan hijau. Sebagai penyerang sayap, ia memiliki kecepatan, umpan dan penetrasi ke kotak lawan yang terbilang baik.
Kelebihan itulah yang membuatnya tak sulit mendapatkan klub sejak mengawali karier profesionalnya pada usia 17 tahun bersama Persela Lamongan. Dua tahun bersama Persela, Saddil sudah berkiprah di luar negeri usai menerima tawaran Pahang FA, klub Malaysia yang tertarik memakai jasanya pada musim 2019.
Semusim di Liga Malaysia, Saddil kembali berkiprah di kompetisi tertinggi Indonesia dengan berkostum Bhayangkara FC pada Liga 1 2020. Di level tim nasional, ia membawa skuat Garuda Muda meraih medali perak cabang sepak bola SEA Games 2019 di Filipina.
Bagi Saddil, medali perak itu merupakan peningkatan prestasi dibandingkan SEA Games sebelumnya. Dimana timnas U-23 hanya meraih medali perunggu.
Kepada channel youtube Domy Featuring Intan Official, Saddil tanpa sungkan mengakui peran penting dua pelatih yakni Aji Santoso dan Danurwindo dalam mengembangkan kemampuannya. Seperti diketahui, bakat dan talenta Saddil diasah pada ASIFA Malang, akademi sepak bola milik Aji.
"Sebelumnya, saya berlatih di SSB Galasiswa Kendari yang sarana dan fasilitasnya kalah jauh dari ASIFA," kenang Saddil Ramdani.
Video
Merantau Pilihan Tepat
Menurut Saddil Ramdani, keputusannya untuk merantau ke Malang merupakan pilihan yang tepat.
"Kalau saya masih di Kendari, mungkin saya tidak bisa berkarier di sepak bola seperti sekarang," tegas Saddil.
Saddil merujuk masa kecilnya di Pulau Muna yang hanya sekadar bermain sepak bola. Kala itu, setiap sore, ia bersama teman-temannya bermain sepak bola sampai jelang magrib tanpa pelatih.
Setelah pindah ke Kendari, kemampuan Saddil lebih terasah dengan bergabung di SSB Galasiswa. Kala itu ada Liga Pendidikan Indonesia yang merupakan program Kemendikbud untuk pemain bersatus pelajar.
"Saya membela sekolah dari tingkat kabupaten sampai regional."Pada momen itu, Saddil kemudian memutuskan merantau ke Malang di usia muda.
"Ibaratnya saya 'buang diri' keluar Kendari untuk mengembangkan kemampuan karena di Kendari perhatian dari pemerintah setempat memang kurang," terang Saddil.
Peran Aji Santoso
Kiprah awal Saddil sebagai pemain profesional tak bisa dilepaskan dari sosok Aji Santoso. Selain digembleng di ASIFA, Aji membuka jalan Saddil ke Persela pada 2016. Kebetulan Aji menjadi pelatih di Persela. Dua musim bersama Persela, nama Saddil mencuat.
"Coach Aji adalah sosok yang berperan penting dalam karier profesional saya," tegas Saddil yang justru memilih Ponaryo Astaman sebagai idola untuk pemain lokal.
Pada kesempatan itu, Saddil juga menceritakan pengalamannya ketika membela Pahang FA. Meski hanya semusim, Saddil mengaku banyak mendapatkan pengalaman berharga. Khususnya mendapatkan jam terbang bermain di luar negeri.
"Sebagai pemain, saya tentu menyimpan keinginan bermain kompetisi yang lebih baik seperti di Eropa. Kita lihat saja nanti, semoga bisa tercapai."
Pada musim ini, Saddil tergabung di Bhayangkara FC. Di klub ini, ia menunjuk sosok Indra Kahfi, kapten Bhayangkara FC sebagai panutan.
"Meski berstatus sebagai kapten dan senior, bang Indra pandai menempatkan diri dengan memberi nasehat untuk masukan kepada pemain muda seperti saya. Itulah mengapa ia tetap punya wibawa meski orangnya humoris," pungkas Saddil.
Baca Juga