Bola.com, Jakarta - Henk Wullems adalah satu sosok yang berjasa buat perkembangan sepak bola Tanah Air. Prestasinya gemilang, baik di level klub ketika menangani Bandung Raya, maupun saat dipercaya menangani Timnas Indonesia.
Pelatih asal Belanda ini menjadi pelatih asing pertama di era Liga Indonesia yang berhasil mempersembahkan juara buat klub yang dilatihnya. Kala itu, Henk Wullems membawa Bandung Raya jadi juara di Liga Indonesia II, tepatnya musim 1995/1996.
Tim yang bubar pada 1997 karena krisis moneter itu dihuni oleh sejumlah bintang sepak bola Tanah Air. Mulai dari Hermansyah di posisi penjaga gawang, Nuralim, Herry 'Herkis' Kiswanto, Ajat Sudrajat, hingga duet lini depan Dejan Gluscevic dan Peri Sandria membuat Bandung Raya sebagai tim yang disegani.
Polesan Henk Wullems yang cerdik soal taktik dan strategi serta kemampuannya yang baik dalam memotivasi para pemain membuat Mastrans Bandung Raya menjadi satu kesatuan yang nyaris sempurna.
"Henk pernah bilang, disiplin dan komitmen yang bisa membedakan seorang pemain besar dengan yang biasa saja. Kalau tidak disiplin, bersiaplah terdepak dari sepak bola," ujar Syamsuddin Umar, mantan pelatih PSM Makassar, dalam buku biografinya, "Bola itu Bundar'.
Berkat performa menawan Henk Wullems bersama Bandung Raya, termasuk runner-up semusim setelah juara, jabatan pelatih Timnas Indonesia pun diembannya.
Video
Medali Perak SEA Games 1997
Henk Wullems melatih Timnas Indonesia yang tampil di SEA Games 1997 di Jakarta dengan raihan prestasi medali perak serta pertandingan Pra Piala Dunia 1998, menggantikan Danurwindo yang dicopot dari jabatannya.
Di ajang terakhir, Indonesia hanya meraih perak setelah pada final yang berlangsung di Stadion Gelora Bung Karno. Fachri Husaini dan kawan-kawan kalah adu penalti 2-4 dari Thailand. Sebelumnya, sampai babak tambahan waktu berakhir, Indonesia dan Thailand bermain imbang 1-1.
Raihan perak ini terasa menyesakkan. Karena sebelum sampai ke final, timnas mengalahkan semua lawan yang dihadapinya secara meyakinkan. Dari lima partai, Indonesia melesakkan 15 gol ke gawang lawan dan hanya kemasukkan lima kali.
Henk tak lama menangani timnas. Dia tercatat bersama timnas pada dua ajang yakni Kualifikasi Piala Dunia 1998 dan SEA Games 1997.
Hanya setahun jadi pelatih Timnas Indonesia pada 1997-1998, pelatih kelahiran 21 Januari 1939 itu kembali ke level klub. Kali ini ia bergabung bersama PSM Makassar.
Bersama skuat Juku Eja, Wullems yang diduetkan dengan pelatih lokal, Syamsuddin Umar, sukses membawa PSM menjuarai Liga Indonesia VI 1999/2000. Setelah itu, mantan pelatih NAC Breda di Liga Belanda itu sempat melatih Persikota Tangerang dan Persegi Bali FC.
Ganti Hotel karena Colokan PlayStation
Syamsuddin Umar bercerita, Henk Wullems juga sosok pelatih yang sangat peduli dengan kondisi pemain dan tim. Ia merujuk pengalaman saat PSM bertandang ke markas Persma Manado.
Di mana PSM harus dua kali berpindah hotel atas permintaan Henk. Dua hotel pertama dinilainya tidak memiliki fasilitas yang dibutuhkan tim seperti wastafel kurang bersih sampai colokan listrik hotel yang tidak sesuai dengan colokan PlayStation pemain.
Alhasil, manajer PSM saat itu, Kadir Halid harus mengeluarkan dana besar karena sewa hotel terlanjur dibayar.
"Ketika saya tanya apa alasannya bersikap begitu, jawaban Henk enteng saja. Dia bilang begini, kondisi dan psikologis pemain sangat penting untuk memenangkan pertandingan," tutur Syamsuddin.
Ucapan Henk terbukti benar. PSM akhirnya memetik tiga poin laga itu. "Sebelum pertandingan, Henk mengumpulkan pemain. Dia bilang, pelayanan terbaik dari pengelola harus dibayar dengan kemenangan. Kalau tidak, mau disimpan di mana muka saya."
Tahan Pipis, Kehabisan Bensin, dan Borong Oleh-Oleh
Peristiwa lain, Henk pernah datang dengan muka jengkel ke sekretariat PSM di Jalan Sungai Saddang Makassar. Kala itu, Syamsuddin dan Kadir sudah menunggunya untuk memdiskusikan kondisi tim.
Dia datang dengan menggunakan taksi bukan mobil pribadinya. Ternyata, Henk meninggalkan begitu saja mobilnya dipinggir jalan karena kehabisan bensin.
"Henk pun protes ke Kadir. Menurutnya, mobil dan bensin adalah satu paket. Alhasil Henk pun meminta Kadir mengambil mobilnya itu plus membayar ongkos taksinya," kata Syamsuddin.
Di balik sikap disiplin dan tegas, Syamsuddin mengungkap sisi lain dari Henk. Di mata Syamsuddin, Henk tetap manusia biasa yang polos dan sedikit lugu.
Syamsuddin menceritakan pengalaman unik dan lucu saat bersama Henk dan Assegaf Razak (asisten pelatih) menempuh perjalanan darat menuju Polman (Sulawesi Barat). Kala itu, PSM menghadapi PKT Bontang pada partai usiran.
"Di perjalanan, Henk berkali-kali bertanya kapan sampai. Dia bilang kalau di Eropa, kita sudah melewati beberapa negara," kenang Syam.
Layaknya perjalanan jauh, Henk pun harus menahan ingin buang air kecil. Tapi, saat itu hanya terlihat hamparan sawah sepanjang jalan.
"Saya sempat memberhentikan mobil dan mempersilakanya turun untuk kencing. Ia spontan menolak dan terpaksa menahan kencing."
Henk juga menyukai benda atau apa saja yang menurutnya unik dan aneh. Usai pertandingan, dalam perjalanan pulang ke Makassar, Henk tertarik dengan gerabah (perkakas yang terbuat dari tanah) dan langsung memborongnya.
"Henk bahkan menyimpannya baik-baik dan membawanya pulang ke Belanda sebagai oleh-oleh," kata Syamsuddin.
Baca Juga
Mengulas Sosok Pemain yang Paling Layak Jadi Kapten Timnas Indonesia: Jay Idzes Ada Tandingan?
Lini Depan Timnas Indonesia Angin-anginan: Maksimalkan Eliano Reijnders dan Marselino Ferdinan atau Butuh Goal-getter Alami?
Calvin Verdonk dan 2 Pemain Timnas Indonesia Paling Konsisten Sepanjang Putaran 3 Kualifikasi Piala Dunia 2026