Bola.com, Sleman - PSS Sleman melakukan perekrutan pemain yang cukup tepat pada Liga 1 2020, yakni I Gede Sukadana dari Kalteng Putra.
Pemain berdarah Bali ini merupakan gelandang jangkar yang kaya pengalaman. Sejumlah tim besar pernah dibela pemain berusia 32 tahun ini. Ia cukup lama merantau di luar Pulau Dewata.
Mulai dari tim Persekabpas Pasuruan pada 2007, Persela Lamongan, lalu empat musim berseragam Arema, hingga bemain untuk klub tanah kelahiran, Bali United. Ini menjadi beberapa bukti dirinya sebagai pemain senior.
Musim lalu, Sukadana menjadi pilar utama tim promosi Kalteng Putra di pentas Liga 1 2019. Ia didapuk sebagai kapten tim Lasksr Isen Mulang (julukan Kalteng Putra).
Menjadi motor lini tengah, perannya cukup besar membawa Kalteng Putra sebagai tim kuda hitam pada awal musim. Sayangnya kiprah Kalteng Putra hanya mampu bertahan semusim di Liga 1, dan kembali terdegradasi.
Gede Sukadana pun hijrah ke PSS Sleman. Namun, cedera memaksanya belum dapat bermain untuk tim Elang Jawa dalam tiga laga awal.
Kali ini Bola.com mengulas tentang sosok Gede Sukadana, seorang pemain yang dibutuhkan PSS Sleman dalam mengarungi kompetisi musim ini.
Video
Kaya Pengalaman
Gede Sukadana lahir dan besar di Denpasar, Bali. Namun, ia menghabiskan sebagian besar kariernya di luar Bali.
Persekabpas Pasuruan menjadi tim pertamanya pada tahun 2007. Hanya semusim di Pasuruan, Sukadana hijrah ke Persela Lamongan. Ia lalu gabung Arema sampai tahun 2015.
Sukadana memutuskan kembali pulang dengan bermain untuk Bali United hingga akhir musim 2018. Ia kembali berkarier di klub luar Bali, dan Kalteng Putra yang beruntung mendapatkannya.
Kiprahnya pada musim perdana Liga 1 bersama Kalteng Putra di tahun 2019 sebenarnya cukup apik. Ia menjadi pemain utama di lini tengah dan sebagai kapten tim.
Beruntung, PSS dapat merekrutnya setelah keluar dari Kalteng Putra. Rekannya di PSS, Dimas Galih Gumilang berpendapat tentang sosok I Gede Sukadana yang dianggapnya sebagai pemain yang kaya akan pengalaman.
"Gede Sukadana adalah pemain yang paling menjadi panutan di tim, karena senioritasnya. Jadi kalau ada hal yang mengganjal di tim, selalu meminta masukan dari dia," terang Dimas Galih kepada Bola.com, Jumat (14/8/2020).
"Kalau soal main, Gede Sukadana menang dari sisi ketenangan. Dia pembagi bola yang baik di lini tengah. Tenang sekali mainnya," ujarnya.
Jiwa Kepemimpinan
Prestasi menawan Kalteng Putra di awal musim 2019, sedikit banyak dipengaruhi oleh peran Gede Sukadana. Ia menjadi pemimpin di lapangan bagi anak asuh Gomes de Oliviera.
Kalteng Putra secara mengejutkan mampu menjadi kuda hitam sekaligus penjegal tim-tim besar. Terbukti tim asal Kalimantan Tengah mampu menjadi semifinalis Piala Presiden 2019.
Bahkan di beberapa pertandingan awal, Kalteng Putra dengan luar biasa mampu mempecundangi tim mapan seperti PSIS Semarang dan PersebayaSurabaya.
Sayangnya perjalanan Sukadana bersama Kalteng Putra seperti kehabisan bahan bakar. Tim yang ia bela terjerumus ke zona degradasi, dengan adanya sejumlah persoalan, termasuk tunggakan gaji pemain.
"Jiwa kepemimpinannya luar biasa, karena sebagai pemain senior dan pengalamannya segudang. Itu yang membuat tim ini begitu kompak karena ada sosok pemimpin idaman," kata Dimas Galih.
Pencair Suasana
Keunikan lain yang ada pada diri seorang Gede Sukadana adalah tingkah lakunya yang sangat akrab dengan banyak pemain. Ia tidak canggung untuk bercana dengan siapapun pemain, baik wajah lama atau pemain baru yang masih muda.
Sifatnya yang mudah bergaul dengan para pemain, membuat dirinya begitu akrab bagi rekan-rekan setim. Tidak jarang ia juga kerap menjahili teman-temannya di saat sesi latihan, sebagian bentuk keakraban.
Kejahilannya tersebut justru membuat suasana tim antar pemain di PSS mencair. Ketegangan yang dirasakan para pemain, bisa hilang dengan kehadiran sosoknya.
"Sosoknya juga sangat usil dan suka jahil. Tapi justru itu positif, dia bisa mencairkan suasana. Para pemain jadi tidak stres. Semua pemain sangat respek dengan Gede Sukadana," jelas Dimas Galih yang baru musim ini satu tim dengan Gede Sukadana.