Bola.com, Jakarta - Sosok M. Ridhuan pernah pujaan publik sepak bola Kota Malang ketika bersama Arema Indonesia meraih trofi juara Liga Super Indonesia 2009-2010.
Aksinya sebagai penyerang sayap dengan umpan terukur sangat memanjakan striker Noh Alam Shah, rekannya di tim nasional Singapura.
Dalam channel YouTube Dendi41 Santoso, Ridhuan mengaku selalu termotivasi untuk tampil optimal karena dukungan militan dari Aremania.
"Bagi saya, Aremania adalah sumber semangat. Kalau saya lagi merasa jenuh atau kehilangan motivasi, saya pasti ingat perjuangan Aremania mendukung tim baik di kandang maupun tandang. Biasanya, setelah itu, semangat saya kemhali," kenang Ridhuan.
Faktor Aremania pula yang membuat Ridhuan mau menerima tawaran manajemen Arema yang ingin memakai jasanya. Sejatinya, bukan Ridhuan yang lebih dulu mendapat tawaran. Tapi, rekannya di Timnas Singapura, Mustafic Fakhruddin.
"Mustafic enggan ke Malang. Dia pikir Malang adalah kota kecil sehingga memutuskan ke Persija," ungkap Ridhuan.
Saksikan video pilihan berikut ini:
Langsung Kepincut dengan Aremania
Ridhuan langsung tertarik setelah melihat aksi Aremania mendukung tim kesayangannya. "Saya lihat di tayangan televisi dan internet. Saya malah tidak banyak tahu soal Malang dan Arema.
"Bagi Ridhuan, bermain di Arema adalah pengalaman paling berharga karena bisa disaksikan oleh puluhan ribu suporter dalam satu partai. Situasi yang tak mungkin ia dapatkan bila bermain di Liga Singapura.
Sebelum ke Arema, Ridhuan pernah berkostum Young Lions pada 2003-2007 dan Tammpines Rovers 2007-2008. Pada kesempatan itu, Ridhuan juga mengungkap perjalanan kariernya yang terbilang cepat usai memutuskan menjadi pemain profesional.
Pada usia 19 tahun, ia bergabung di Young Lions. Tak lama setelah itu, ia sudah melakoni debut bersama timnas Singapura melawan timnas Qatar pada 19 November 2003. Bersama timnas Singapura, Ridhuan dua kali meraih trofi juara Asean (kini AFF) yakni pada 2004 dan 2007.
Sepekan Konvoi Juara
Ridhuan juga mengungkap kedekatannya dengan Noh Alam Shah. Itulah mengapa, ia sangat paham betul pergerakan rekannya itu sebelum melepakan umpan yang berbuah gol.
"Along (sapaan Noh Alam Shah) adalah stiker bagus. Dia juga bisa memotivasi pemain lain dengan karakternya yang kuat," kata Ridhuan.
Ridhuan mengaku sampai saat ini masih menjalin komunikasi yang baik dengan Along. Kebetulan jarak rumah keduanya tak jauh.
"Kalau naik kendaraan paling lama 30 menit."
Bersama Along, Ridhuan kerap mengenang kebersamaan mereka bersama Arema. Terutama sepulang dari Jakarta usai meraih trofi juara. Setiba di bandara, ribuan Aremania sudah menyambut dan mengantar pemain ke mes.
"Kami harus dua jam di jalanan karena macet menuju mes. Padahal, jaraknya tidak terlalu jauh. Besoknya, kami kembali berkonvoi berkeliling Kota Malang. Dan konvoi itu berlanjut sampai sepekan," tutur Ridhuan.
Selama membela Arema, Riduan juga memiliki satu nama yang sulit dihadapinya yakni bek Persiba Balikpapan, Edy Gunawan. Meski juara, Arema selalu kalah dari Persiba dalam dua kali pertemuan.
Ridhuan juga menyimpan keinginan melatih di Arema.
"Tapi, untuk saat ini saya belum pantas sebagai pelatih kepala. Saya masih perlu belajar dan menambah pengalaman dulu. Saya akan melatih level akademi dulu," kata Ridhuan yang kini mengantongi lisensi B-AFC ini.
Baca Juga
Mengulas Rapor Buruk Shin Tae-yong di Piala AFF: Belum Bisa Bawa Timnas Indonesia Juara, Edisi Terdekat Bagaimana Peluangnya?
Prediksi AC Milan Vs Juventus: Duel Raksasa yang Jauh dari Habitatnya
Timnas Indonesia Menatap Piala AFF 2024: Trofi Perdana Direbut atau Status Spesialis Runner-up Berlanjut?