7 Pemain yang Pernah Mengecap Status Wonderkid Timnas Indonesia dengan Karier Profesional Melempem

oleh Muhammad Adi Yaksa diperbarui 20 Agu 2020, 08:15 WIB
Timnas Indonesia - Wonderkid Indonesia Melempem: Syamsir Alam, Paulo Sitanggang, Okto Maniani (Bola.com/Adreanus Titus)

Bola.com, Jakarta - Atribut wonderkid terkadang malah menjadi beban bagi para pemain muda. Mereka yang digadang-gadang akan bersinar justru sebaliknya. Kariernya meredup sebelum berkembang. Contoh terbesarnya; Syamsir Alam.

Satu dekade lalu, pencinta sepak bola nasional mana yang tidak mengenali Syamsir Alam. Dia disebut sebagai bakat muda paling menjanjikan saat itu.

Advertisement

Kecuali senior, Syamsir pernah mengenyam seluruh level Timnas Indonesia. Mulai dari U-11 hingga U-23. Penyerang kelahiran Kabupaten Agam, Sumatra Barat itu juga dianggap sebagai titisan Bambang Pamungkas.

Syamsir Alam hanya menjadi bintang di level junior. Dia melempem di level senior. Sempat berguru di Belgia bersama CS Vise pada 2011-2013 dan D.C. United di Amerika Serikat pada 2013, ia kembali ke Indonesia sebagai pemain gagal.

Malang bagi Syamsir. Kualitasnya kurang diakui di kompetisi domestik. Sempat membela Sriwijaya FC pada 2013, Pelita Bandung Raya pada 2014-2016, dan Persiba Balikpapan pada 2016, ia tidak pernah bermain sesuai ekspektasi publik.

Syamsir banting setir menjadi publik figur pada 2016 dan sempat membintangi beberapa acara televisi nasional.

Selain Syamsir, siapa lagi pemain yang pernah mengecap status wonderkid Indonesia yang kariernya melempem? Berikut enam di antaranya:

Video

2 dari 7 halaman

Oktovianus Maniani

Striker Perserang Serang, Oktovianus Maniani, tersenyum saat pertandingan melawan Persib Bandung pada laga persahabatan di Stadion Maulana Yusuf, Serang, Kamis (1/3/2018). Persib menang 6-0 atas Perserang. (Bola.com/M Iqbal Ichsan)

Nama Oktovianus Maniani dieluk-elukan publik Tanah Air setelah permainan impresifnya bersama Timnas Indonesia di Piala AFF 2010. Namun, belum juga mekar, penampilannya malah menurun sejak  itu.

Ketika itu, usia Okto, panggilannya, masih 20 tahun. Namun, pemain asal Jayapura, Papua ini seolah terkena star syndrome. Dia mulai berulah.

Pada 2013, Okto dipecat dari Timnas Indonesia oleh pelatih Luis Manuel Blanco. Mantan pemain Sriwijaya FC ini dianggap indisipliner mangkir dari latihan.

"Okto tidak disiplin dalam mengikuti latihan. Pemain Timnas Indonesia yang lain selalu mengikuti latihan dua kali sehari. Namun, dia tidak disiplin," ujar Blanco.

Didepak dari Timnas Indonesia, Okto mengakui kesalahannya. Dia memaklumi pencoretan tersebut. Hanya, sang pemain beralasan bahwa dia mengalami sakit perut.

"Kesalahan saya hanya tidak berkomunikasi saat tidak mengikuti latihan pagi karena sakit perut. Saya tidak masalah. Namun, tidak etis karena saya dikeluarkan oleh asisten pelatih Marcos Connena, seharusnya Blanco yang menyampaikan hal ini," jelas Okto.

Makin lama, karier Okto menurun. Gelandang berusia 30 tahun itu bahkan sempat beberapa kali bertindak ceroboh, seperti saat mundur dari Persiba Balikpapan pada 2016 karena ingin pensiun dan banting stir menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS). Padahal, ia malah membelot ke Arema FC.

3 dari 7 halaman

Yericho Christiantoko

Pemain jebolan SAD Indonesia, Yericho Christiantoko, kini membuka lembaran baru bersama Borneo FC. (Bola.com/Iwan Setiawan)

Yericho Christiantoko, yang dibina Akademi Arema FC digadang-gadang akan menjadi penerus bek kiri legendaris Indonesia, Aji Santoso. Dengan bakat alam mumpuni, Yericho selalu memperkuat Timnas Indonesia level junior interval 2005-2008.

Kariernya kian berkembang saat ikut pelatnas jangka panjang SAD Uruguay pada 2008. Tiga tahun berselang, pemain kelahiran 14 Januari 1992, dikontrak CS Vise pada 2011-2012. Ia juga masuk skuat Timnas Indonesia U-23 di SEA Games 2011 dengan prestasi medali perak.

Karier Yericho mulai tersendat akibat cedera lutut parah di pentas kompetisi Divisi II Belgia. Ia jarang bermain dan akhirnya dipulangkan ke Indonesia. Yericho akhirnya bergabung dengan klub yang membinanya, Arema FC pada 2013.

Di Tim Singo Edan cederanya kerap kali kambuh. Yericho jarang masuk starting eleven di Singo Edan.

Pada akhir 2014, Yericho dilepas ke klub Divisi Utama, Persekam Metro FC. Tidak berjalannya kompetisi kasta kedua musim 2015 karena perseteruan PSSI dengan Kemenpora membuat karier sang pemain mandek.

Kabar terakhir, Yericho memperkuat Sriwijaya FC pada Liga 2 musim lalu. Belum ada informasi di mana ia bermain saat ini.

4 dari 7 halaman

Yandi Sofyan

Yandi Sofyan Munawar (Bola.com/Arief Bagus)

Yandi Sofyan gagal memikul ekspektasi besar terhadapnya. Kariernya selalu berada di bawah bayang-bayang kakaknya, Zaenal Arif.

Yandi Sofyan adalah bagian dari SAD Uruguay pada 2008 dan 2009. Ia sempat membela klub Belgia, CS Vise, pada 2011-2012 dan Arema FC pada 2012-2014 sebelum hijrah ke Persib Bandung pada 2014-2016.

Dari Persib, Yandi Sofyan hengkang ke Bali United. Namun, ia tidak banyak mendapatkan kesempatan bermain hingga dilepas pada 2018.

Pada 2019, Yandi Sofyan menganggur karena tidak mendapatkan klub yang cocok untuknya. Pada awal tahun ini, penyerang berusia 28 tahun itu ditolak oleh Barito Putera.

5 dari 7 halaman

Yongki Aribowo

Yongky Aribowo dkk. bertekad mengalahkan Persita pada semifinal Liga 2 2019 di Stadion Kapten I Wayan Dipta Gianyar, Bali, Jumat (22/11/2019). Kemenangan nanti untuk menghibur Kas Hartadi yang kecopetan saat mudik ke Solo. (Bola.com/Gatot Susetyo)

Yongki Aribowo sempat menjadi sensasi di eranya. Pada usia ke-20 atau tepatnya musim 2009/2020, penyerang asal Tulungagung, Jawa Timur ini telah memperkuat Persik Kediri di Indonesia Super League (ISL).

Bakat Yongki tercium oleh Timnas Indonesia. Pemain kelahiran 23 November 1989 ini dibawa ke SEA Games 2009 oleh timnas U-22 dan Piala AFF 2010 oleh timnas senior.

Kala itu, mirip dengan Syamsir Alam, Yongki disebut-sebut sebagai penyerang masa depan Timnas Indonesia.

Namun, karier Yongki stagnan. Penyerang berusia 30 tahun ini malah hobi berpindah-pindah hingga delapan tim sejak hengkang dari Persik pada 2010.

Sebagai pemain dengan atribut wonderkid di masanya, Yongki terbilang gagal memikul status tersebut dengan nihilnya prestasi.

6 dari 7 halaman

Paulo Sitanggang

Pemain Barito Putra, Paulo Sitanggang saat melawan Bhayangkara FC pada laga Liga 1 2017 di Stadion Patriot, Bekasi, (4/7/2017). (Bola.com/Nicklas Hanoatubun)

Dulu di Timnas Indonesia U-19, Paulo Sitanggang merupakan satu di antara yang terbaik di posisinya. Bersama Evan Dimas, pemain asal Deli Serdang, Sumatra Utara itu adalah motor permainan tim.

Paulo galak dalam bertahan, namun juga agresif dalam membantu serangan. Dia menjadi pendamping yang pas bagi Evan di lini tengah.

Setelah era Timnas Indonesia U-19 selesai, Paulo diminati banyak klub. Ketika itu, Barito Putera lebih beruntung mendapatkan tanda tangan pemain berusia 24 tahun ini.

Namun, kemampuan Paulo tidak banyak mengalami perkembangan. Pada awal tahun ini, ia dilepas Barito Putera ke tim promosi, Persik Kediri.

Baru juga melakoni satu pertandingan. Persik telah menjualnya ke klub Liga 2, PSMS Medan. Paulo kini hanya berstatus pemain di kasta kedua sepak bola nasional.

7 dari 7 halaman

Irvin Museng

Irvin Museng layu sebelum berkembang. Kariernya tidak berjalan mulus sesuai perkiraan. Padahal sewaktu muda, ia disebut-sebut sebagai satu di antara talenta terbaik Indonesia.

Nama Irvin Museng mencuat setelah menjadi top scorer Piala Danone 2005 di Prancis bersama Makassar Football School.

Bakat besarnya sempat tercium akademi Ajax Amsterdam. Namun, karena masalah administrasi, pria asal Makassar itu gagal bergabung.

Kembali ke Indonesia, Irvin sempat membela Pro Duta dan Persiba Balikpapan. Namun, karena cedera dan kemampuannya tidak lagi berkembang, ia memilih pensiun pada 2014 di usia yang ke-20 tahun. Ia kini jadi pengusaha muda.

Berita Terkait