Bola.com, Sragen - Perkembangan bisnis apparel atau penyedia jersey di Indonesia cukup menggeliat dalam beberapa tahun terakhir. Bahkan apparel dalam negeri seperti menjadi sebuah fenomena karena pertumbuhannya yang semakin pesat.
Bermunculan brand apparel lokal Indonesia yang mampu bersaing dengan merek ternama dunia khususnya dari Amerika dan Eropa. Nyatanya banyak klub di Indonesia yang lebih memilih menggunakan apparel dalam negeri, yang secara kualitas memang tidak kalah.
Seperti yang ditunjukkan oleh apparel lokal asal Kabupaten Sragen, DJ Sport yang mampu membuktikan diri bersaing selama bertahun-tahun. Sosok Dimas Yustisia, putra daerah Kabupaten Sragen berhasil mengharumkan nama Sragen bersinar di kancah produk apparel sepak bola.
DJ Sport dibangun sejak tujuh tahun lalu. Dengan melewati perjalanan panjang hingga jatuh bangun, ia membesarkan DJ Sport yang mempu bersaing di dunia apparel Indonesia. Bahkan menjadi penyuplai jersey untuk banyak klub besar.
Dengan awalnya hanya memiliki empat orang karyawan, kini DJ Sport memiliki 48 pegawai. Hingga berhasil membangun sebuah pabrik sendiri yang sekaligus menjadi workshop mereka di kawasan Karangmalang, Kabupaten Sragen.
Bola.com ikut berkesempatan mengunjungi workhshop atau pabrik baru milik perusahaan apparel asal Sragen tersebut, Sabtu (22/8/2020). Sebuah bangunan dua lantai, dengan proses produksi di lantai dasar dan kantor sekaligus showroom di lantai dua.
Para karyawan dengan tugasnya masing-masing memproduksi berbagai jersey pesanan. Mulai dari proses desain dari kertas, pencetakan pola, pemotongan kain, penjahitan, hingga proses kerapian jersey yang sudah jadi. Stok kain dengan berbagai jenis disimpan di pabrik ini.
"Setelah berpindah-pindah dengan menyewa kontrakan. Akhirnya kami punya workshop sendiri. Butuh perjuangan yang panjang hingga kami bisa mencapai titik seperti sekarang ini," terang owner DJ Sport, Dimas Yustisia saat ditemui Bola.com, Sabtu (22/8/2020).
Tercatat, DJ Sport pernah menjadi apparel penyedia jersey untuk tim-tim seperti Persela Lamongan, PSMS Medan, tim junior PSS Sleman, tim futsal Blacksteel Manokwari, hingga Timnas Futsal Indonesia. Sementara pada musim ini, DJ Sport menyuplai kostum untuk Persis Solo di Liga 2 dan Persikabo di Liga 1 2020.
Video
Berawal dari Mimpi
Jauh sebelum Dimas Yustisia mendirikan pabrik jersey klub sepak bola, keinginannya adalah menjadi atlet si kulit bundar. Sejak kecil ia sudah berkeinginan menjadi pemain sepak bola dengan ikut tim untuk mewakili sekolahnya.
Sayangnya, ia mengalami cedera lutut pada usia 18 tahun yang membuatnya harus mengubur impian menjadi pemain sepak bola. Hingga akhirnya dunia apparel sepak bola digelutinya hingga menjadi ladang usahanya yang begitu besar.
Ia mulai merintis DJ Sport sebagai produsen alat olahraga, terutama kebutuhan seragam tim, ketika ia masih kuliah semester empat di Universitas Negeri Sebelas Maret Surakarta (UNS).
"Dulu saya ingin jadi pemain sepak bola atau futsal. Namun, setelah cedera sampai tidak bisa lari, saya menyalurkan hobi membuat jersey sampai sekarang," tutur Dimas.
Ia menceritakan perjalanan panjang dari mulai merintis hingga memjual DJ Sport berkembang seperti sekarang ini. Dari awal hanya punya empat karyawan hingga berjumlah puluhan. Serta dari yang awalnya hanya memproduksi 400 jersey, kini dapat mencapai 4.000 buah jersey dalam waktu sebulan.
Angka penjualan tertinggi produksi DJ Sport adalah membuat 4.000 jersey saat bekerjasama dengan Persela Lamongan. Menurutnya, jumlah tersebut dapat dibilang kecil jika dibandingkan Bali United, Persebaya Surabaya, Persib Bandung, atau Persija Jakarta. Namun, ada kebanggaan tersendiri bagi DJ Sport.
"Tapi saat itu merupakan angka yang lumayan tinggi. DJ Sport adalah apparel berstatus UKM pertama yang masuk ke klub profesional. Jadi kebanggaan bagi kami, karena setelah itu rekan-rekan dari apparel lain bermunculan menembus pasar klub profesional," lanjutnya.
Mengharumkan Nama Sragen
Bagi dunia sepak bola di Indonesia, nama Sragen jelas kalah mentereng dari wilayah lain yang punya klub hebat. Klub setempat, PSISra Sragen hanya mampu berkutat di level terbawah sepak bola Indonesia.
PSISra jelas kalah mentereng dibanding Persis Solo yang menjadi klub utama di wilayah Karesidenan Surakarta. Bahkan penikmat sepak bola di Sragen lebih banyak memilih menjadi pendukung Persis Solo.
Namun, kehadiran DJ Sport membawa pengaruh besar untuk Sragen. Dimas Yustisia mengaku tidak akan melupakan Sragen dengan sejarah panjangnya bagi DJ Sport mampu bertahan. Bahkan setiap jersey yang diproduksi, selalu tertempel slogan "Made in Sragen".
Melalui usaha yang dirintisnya, Dimas berharap bisa memberi kontribusi terhadap sepak bola nasional. Terutama menggairahkan apparel lokal untuk terus berkembang dan bisa berdaya saing. DJ Sport juga memiliki enam cabang yang tersebar di Medan, Solo, Yogyakarta, Semarang, dan Wonogiri.
"Sebagai putra Sragen, saya juga ingin mengangkat nama wilayah Kabupaten ini melalui jersey yang kami buat. Awalnya memang banyak yang bertanya di mana itu Sragen, sampai akhirnya itu yang membuat DJ Sport masih eksis," jelas Dimas Yustisia menutup perbincangan.