Bola.com, Solo - Timnas Indonesia pernah memiliki proyek mercusuar di bidang sepak bola bernama Primavera yang dipusatkan di Italia pada tahun 1993.
Di Italia, mereka bertanding di Kompetisi Primavera. Maka tim ini pun lebih dikenal dengan nama PSSI Primavera. Program tim Primavera bekerja sama dengan Sampdoria, klub elite Italia saat itu.
Lewat jalur Sampdoria, tim muda Indonesia bisa bertanding di kompetisi Primavera musim 1993-1994. Anggota tim Primavera saat itu beberapa diantaranya adalah Kurnia Sandi, Eko Purjianto, Anang Maruf, hingga Kurniawan Dwi Yulianto.
Tim PSSI Primavera selama di Italia, tidak sekadar berlatih tetapi ikut dalam kompetisi klub teratas Serie A Primavera. Tim Primavera ikut dengan bendera Sampdoria, bermain melawan pemain-pemain muda klub anggota Seri A Italia seperti klub-klub besar AC Milan, Inter Milan, Juventus.
Dua jebolan tim Primavera, Anang Maruf dan Indriyanto Nugroho membagikan kisah menarik ketika menimba pengalaman di Eropa kala itu. Ia bertemu pesepak bola yang kemudian punya nama besar di Italia di tahun-tahun tersebut, di antaranya Alessandro Del Piero dan Gianluigi Buffon.
"Saya diajak ngobrol Roberto Mancini. Dia memberi pesan ke saya, bahwa saya dianggap punya potensi dan menjadi pemain bagus setelah kembali ke Indonesia," kenang Anang Maruf saat ditemui Bola.com di Solo bulan Agustus kemarin.
"Jujur, kualitas permainan di Eropa jauh sekali. Ini yang jadi PR kita bersama. Tak perlu jauh-jauh memikirkan kualitas pemain Eropa, mulai dari Asia dulu saja, bersaing dengan Jepang dan Korea dulu," katanya.
Saksikan video pilihan berikut ini:
Kenangan Indriyanto
Senada dengan Anang Maruf, Indriyanto Nugroho juga punya kesan tersendiri saat tampil di belajar di negeri Pizza kala itu. Pria asal Sukoharjo ini memuji betapa berkualitasnya pesepakbola Eropa khususnya Italia.
"Saya masih ingat melawan tim yang diperkuat Del Piero, Buffon, kemudian ada Claudio Belluci. Memang kualitasnya sudah terlihat saat dia masih muda," beber Indriyanto Nugroho, Kamis (27/8/2020).
"Awal-awal di Italia rasanya selalu ingin pulang saja ke Indonesia. Mau bagaimana kendala makanan dan bahasa yang tidak cocok," ujarnya.
"Saya juga masih ingat Ilham Romadhona (rekannnya di Primavera) bilang misalnya itu gunung kalau Jakarta, pasti saya akan daki dan pulang. Tapi lama-lama semua itu hilang dan bisa dua tahun belajar di sana," ucap Indriyanto.