Luka Modric dan 4 Gelandang yang Kariernya Meroket di Begitu Memasuki Usia 30 Tahun: Tua-tua Keladi, Makin Tua Makin Jadi

oleh Ario Yosia diperbarui 08 Sep 2020, 08:10 WIB
Luka Modric, Jordan Henderson dan Alejandro Dario. (Bola.com/Dody Iryawan)

Bola.com, Jakarta - Sebuah kelaziman di dunia sepak bola, sudah menjadi keyakinan yang tertanam di batu bahwa begitu seorang pemain melewati usia 30, kehebatan mereka berkurang dan selanjutnya memasuki periode penurunan dan berujung memasuki masa pensiun beberapa tahun berselang.

Lihat penurunan dramatis nilai gelandang Sevilla saat ini Ivan Rakitic. Beberapa tahun lalu ia dipuja-puja di Barcelona. Dianggap suksesor Xavi atau Andres Iniesta. Namun, dua musim terakhir ia kerap jadi sasaran kritik. Pemain asal Kroasia itu dinilai titik lemah bagi lini tengah Barca.

Advertisement

Faktor usia dianggap penyebabnya. Ivan Rakitic yang kini berusia 32 tahun ada di senjakala kariernya. Mau contoh lain? N'Golo Kante, menjelang usianya yang ke-30 sang jangkar asal Prancis dinilai mulai terlihat kehilangan tajinya. Wayne Rooney, ketajamannya melorot tajam di usia 31 tahun, padahal beberapa tahun sebelumnya ia dianggap sebagai salah satu striker hebat.

Benarkah karier pesepak bola sependek itu? Realitanya Lionel Messi dan Cristiano Ronaldo terlihat bugar dan tetap on-fire sekalipun usianya kini 33 dan 34 tahun.

Kemajuan dunia kedokteran olahraga dan kemauan pemain melakukan perawatan tubuh dan diet yang baik membuat para pemain veteran tetap bisa tampil oke. Orang pun kadang melupakan usia mereka karena kinerja di lapangan masih terlihat ciamik.

Situs Sportskeeda menempatkan lima gelandang elite yang permainannya kian menanjak ketika usianya mulai memasuki 30 tahun. Karier mereka bakal panjang jika konsistensi pernampilannya tetap bisa dijaga.

Video

2 dari 6 halaman

Luka Modric (34 Tahun)

Gelandang Real Madrid, Luka Modric, melakukan selebrasi usai membobol gawang Valencia pada laga Piala Super Spanyol di Stadion King Abdullah Sport City, Arab Saudi, Rabu (8/1/2020). Real Madrid menang 3-1 atas Valencia. (AP/Amr Nabil)

Luka Modric satu-satunya pesepak bola yang telah mematahkan duopoli Ballon 'D'Or dari Ronaldo dan Messi dalam 12 tahun terakhir. Gelandang Real Madrid ini memenangkan penghargaan bergengsi pada tahun 2018 lalu dengan mempertontonkan kehebatan di lini tengah Real Madrid dan juga Timnas Kroasia.

Playmaker berusia 34 tahun itu memenangkan Liga Champions untuk ketiga kalinya musim itu dan, yang lebih penting, menjadi kapten negaranya, Kroasia, ke final Piala Dunia impian sebelum akhirnya dikandaskan Prancis.

Kematangan, visi, dan kepemimpinan Modric membuatnya juga dianugerahi penghargaan Bola Emas (Pemain Terbaik) di Rusia.

Modric telah memenangkan semua gelar bergengsi sebagai pemain Los Blancos dan sihirnya di lini kedua dipuji sebagai salah satu alasan di balik kesuksesan luar biasa Real Madrid di pentas Eropa.

Meskipun ada kecurigaan bahwa kemampuannya telah menurun pasca musim sensasional 2017-2018, gelandang tersebut terus membuktikan kritikan itu salah. Sampai dengan musim ini ia masih jadi andalan lini tengah Real Madrid. Ia memenangkan penghargaan Pemain Terbaik La Liga usai klubnya menjadi jawara kompetisi.

 

3 dari 6 halaman

Santi Cazorla (35 Tahun)

Selebrasi dari Santi Cazorla udai membobol gawang Real Madrid pada laga lanjutan LaLiga yang berlangsung di Stadion DeLa Ceramica, Spanyol, Jumat (4/12). Real Madrid ditahan imbang Villareal 2-2. (AFP/Jose Jordan)

Di usia 35, Santi Cazorla menghibur dunia sepak bola lewat aksi individunya yang menawan di lini kedua. Pada musim 2012-13, gelandang Spanyol itu pindah ke Arsenal untuk menjadi bagian penting dari tim Arsene Wenger.

Dia memenangkan dua Piala FA selama waktunya di Arsenal di mana dia membuat dirinya disayangi oleh pendukung The Gunners. Apesnya, di dua musim terakhirnya kariernya dirusak oleh cedera.

Gelandang serba bisa itu pindah ke Villareal dan sekali lagi membuktikan usia hanyalah angka, mencetak 15 gol dan 11 assist buat Yellow Submarines sebelum pindah ke Qatar.

Cazorla telah menunjukkan kualitasnya di mana pun dia bermain, yang terpenting menjadi bagian dari skuat Timnas Spanyol saat menjadi kampiun Piala Eropa di saat merek memiliki deretan gelandang terbaik di dunia dan permainan tiki-taka tengah menyihir dunia.

 

4 dari 6 halaman

Jordan Henderson (30 Tahun)

Gelandang Liverpool, Jordan Henderson meraih penghargaan terbaik versi FWA. (Dok. Twitter/The FWA Official)

Jordan Henderson pesepak bola bermental baja. Gelandang itu memiliki musim terbaik sebagai kapten Liverpool dengan memenangi gelar Premier League usai puasa panjang selama 30 tahun. Ia dinobatkan sebagai Pemain Terbaik PFA untuk permainan inspiratifnya di jantung lini tengah Liverpool.

Musim sebelumnya ia juga mengantar Liverpool juara Liga Champions.

Bicara statistik mencetak gol dan menyumbang assist Henderson kalah jauh dibanding Kevin De Bruyne, gelandang Manchester City, dan para pengkritiknya percaya bahwa gelandang The Reds berusia 30 tahun itu hanya menang karena klubnya adalah tim terbaik di Inggris.

Harus dipahami bahwa Henderson memainkan peran yang sangat berbeda dari De Bruyne sebagai gelandang. Sering diterjunkan sebagai kehadiran box-to-box atau defensif atau sebagai sisi kanan nomor 8, tugas utama Henderson adalah menjaga bola tetap bergerak di lini tengah dan mengubah penguasaan bola sebagai permainan defensif.

Dia mungkin tidak memiliki visi artistik atau kreatif layaknya seorang Modric, tetapi pemain berusia 30 tahun itu tahu pekerjaannya sebagai gelandang dan kapten tim bintang dan melakukannya dengan sempurna.

Padahal beberapa tahun silam namanya tak pernah dihitung. Saat menggantikan Steven Gerrard sebagai kapten Liverpool, ia dianggap tak layak karena permainannya biasa-biasa saja. Siapa sangka di tangan Jurgen Klopp, Henderson menjelma menjadi gelandang unik kelas dunia.

 

 

 

5 dari 6 halaman

Papu Gomez (32 Tahun)

Pemain Inter Milan, Nicolo Barella, berebut bola dengan pemain Atalanta, Papu Gomez, pada laga Serie A di Stadion Gewiss, Sabtu (1/7/2020). Inter Milan menang 2-0 atas Atalanta. (Giuseppe Zanardelli/LaPresse via AP)

Pemain Argentina, Papu Gomez, adalah salah satu kisah sukses klasik di daftar ini, meskipun dia adalah seorang gelandang Atalanta dan bermain secara reguler untuk klub tersebut sejak musim 2014-2015.

Kemampuannya mulai dilirik ketika Atalanta mencuat jadi kekuatan baru Serie A. Klubnya, musim lalu secara mengejutkan lolos ke perempat final Liga Champions dengan berbekal banyak pemain tidak terkenal. Gomez kini dinilai sebagai salah satu gelandang terbaik di Eropa.

 Gomez telah menjadi bagian dari revolusi Atalanta, mengantar klubnya ke posisi ketiga yang bersejarah di Serie A dan ke perempat final Liga Champions musim lalu.

Gomez, seorang gelandang yang terampil dan mencetak gol adalah penggerak utama Atalanta yang permainannya agresif. Ia bermain amat dinamis, sanggup bermain dalam tempo tinggi, dan selalu hadir untuk membantu serangan.

Gelandang berusia 32 tahun itu mencetak delapan gol dan membantu 18 gol lainnya di semua kompetisi untuk klub asal Bergamo tersebut.

6 dari 6 halaman

Toni Kroos (30 Tahun)

Toni Kroos adalah motor permainan Timnas Jerman yang sangat disukai Joachim Low. Tampil gemilang di Piala Dunia 2014 membuat Real Madrid tak segan mengeluarkan dana gemuk untuk meminang Kroos. (AFP/Javier Soriano)

Baru-baru ini, pelatih Real Madrid Zinedine Zidane mengatakan merupakan suatu kehormatan baginya untuk melatih Toni Kroos. Zidane adalah gelandang serang kharismatik saat aktif bermain. Pujiannya sebuah kebanggaan bagi Kroos.

Gelandang asal Jerman itu sangat pantas mendapat pujian. Ia kini salah satu gelandang terbaik di dunia, memasuki usia 30 tahun permainan terlihat kian matang.

Kroos mungkin adalah gelandang paling lengkap dalam daftar ini, dengan jangkauan operan spektakuler, visi, tembakan jarak jauh, kemampuan mencetak gol, dan kemampuan bermain di berbagai peran di lini tengah. Kroos melakukan semuanya dengan indah, estetis, dan dengan kepala dingin khas Jerman. Ketenangan yang pasti akan menimbulkan rasa iri.

Saat pindah ke Real Madrid, banyak yang meragukan Kroos bakal lebih hebat dari seniornya, Mesut Ozil, yang dinilai berbakat namun berkarier singkat di Los Blancos. Nyatanya prediksi itu salah. Ia sekarang adalah penggerak mesin permainan Real Madrid yang selalu terpilih jadi pemain utama siapapun pelatih El Real.

Sumber: Sportskeeda

Berita Terkait