Bola.com, Jakarta - Masalah ban, belum adaptasi dengan motor Ducati Desmosedici, dan performa biasa saja pada dua balapan terakhir, tapi Andrea Dovizioso masih bisa memimpin klasemen MotoGP 2020.
Semakin menarik, kini ia bahkan belum mengantongi kontrak untuk MotoGP 2021. Bisa jadi musim 2020 bakal jadi tahun terakhirnya pada kelas premier setelah memutuskan tidak melanjutkan kerja sama dengan Ducati.
"Melihat klasemen membuat saya tertawa. Karena sangat sulit bisa berada di posisi pertama dengan tampil sangat lambat. Tapi inilah yang terjadi," ucap Andrea Dovizioso usai balapan MotoGP Emilia Roomagna, Minggu (20/9/2020) lalu.
Ya, aneh memang. Andrea Dovizioso hanya finis posisi tujuh pada MotoGP Misano dan urutan delapan di MotoGP Emilia Romagna. Tapi ia kini memimpin klasemen dengan selisih hanya satu poin dari Fabio Quartararo dan Maverick Vinales.
Andrea Dovizioso seperti mengajarkan kepada lawan-lawannya yang lebih muda, bahwa untuk memimpin klasemen bukan berarti harus merasakan banyak kemenangan dan podium.
Nicky Hayden pernah membuktikan saat juara dunia MotoGP 2006. Kala itu ia bisa mengalahkan Valentino Rossi meski hanya meraih satu kemenangan dalam satu musim.
Mengingat MotoGP 2020 memang berjalan spesial. Dengan situasi persaingan yang terus berubah, apa yang dilakukan Andrea Dovizioso saat ini bisa sangat berguna.
Berikut 4 alasan Andrea Dovizioso masih dapat pimpin klasemen MotoGP 2020 meski dirinya tampil biasa saja banhkan cenderung buruk pada dua balapan terakhir:
Saksikan Video Pilihan Kami:
1. Strategi Matang
Strategi Andrea Dovizioso adalah berusaha maksimal pada trek di mana dirinya punya kans meraih kemenangan. Tapi hanya berusaha mengamankan poin saat mengaspal di sirkuit di mana dirinya begitu kesulitan.
Kesimpulannya ia enggan ngoyo mengejar sesuatu yang mustahil bila pada akhirnya pembalap asal Italia itu punya risiko terjatuh.
Inilah yang dilakukan Andrea Dovizioso pada dua balapan di Sirkuit Misano yang memang bukan trek terbaik untuk motor Ducati Desmosedici. Dia finis posisi tujuh pada MotoGP Misano dan urutan delapan di MotoGP Emilia Romagna.
Sebagai perbandingan pada trek sama musim lalu, ia hanya finis keenam. Jadi pencapaian Andrea Dovizioso di Misano pada MotoGP 2020 tidak terlalu buruk.
2. Jam Terbang Tinggi
Andrea Dovizioso dengan total 222 balapan di kelas MotoGP sepanjang kariernya, merupakan pembalap kedua setelah Valentino Rossi dengan jumlah balapan terbanyak pada kelas premier.
Tidak heran dibandingkan para pesaingnya seperti Maverick Vinales, Fabio Quartararo, atau Joan Mir, Andrea Dovizioso lebih matang dalam menghadapi situasi sesulit apapun.
Jangan lupakan juga, pada tiga musim terakhir saat Marc Marquez juara dunia, Andrea Dovizioso merupakan runner-up. Pengalaman fight dengan pembalap sehebat Marquez, tentu semakin menambah jam terbanya.
3. Konsistensi
Terlepas motor Ducati punya beberapa kelemahan, Andrea Dovizioso bisa menutupinya dengan level konsistensi tinggi. Cukup melihat klasemen untuk membuktikannya.
Kini ia satu-satunya pembalap penghuni 4 besar klasemen yang selalu finis pada tujuh balapan pertama MotoGP 2020. Artinya setidaknya ia selalu meraih poin setiap serinya.
Bandingkan dengan Quartararo dan Vinales yang sama-sama tidak finis sebanyak sekali. Joan Mir bahkan sudah dua kali gagal finis.
4. Marc Marquez Absen
Pada akhirnya, absennya Marc Marquez turut menjadi faktor berubahnya peta persaingan MotoGP 2020 hampir pada setiap putaran.
Siapa sangka kini sudah ada enam pembalap berbeda sukses meraih kemenangan. Siapa yang memprediksi Miguel Oliveira dan Brad Binder bisa merasakan kemenangan perdana di MotoGP?
Jika Marc Marquez ada di lintasan, tentu ceritanya bakal berbeda. Oleh karena itulah, MotoGP 2020 bisa jadi kesempatan emas atau bahkan bisa terakhir buat Andrea Dovizioso.
Karena kini ia dipastikan tidak lagi memperkuat Ducati pada MotoGP 2021. Sementara opsinya untuk hengkang ke tim lain hampir tidak ada. So, selama berjuang untuk Andrea Dovizioso...
Baca Juga
Erick Thohir soal Kemungkinan Emil Audero Dinaturalisasi untuk Timnas Indonesia: Jika Dia Percaya Proyek Ini, Kita Bisa Bicara Lebih Lanjut
Jamu PSBS Biak, PSS Sleman Incar Kemenangan Demi Menjauh dari Zona Merah BRI Liga 1
6 Klub Paling Boros Dalam Satu Dekade Terakhir: MU Jago Foya-Foya, tetapi Tetap Merana