Stadion Manahan: Lebih dari Sekadar Kebanggaan Publik Solo, Sebuah Barometer Sepak Bola Indonesia

oleh Vincentius Atmaja diperbarui 05 Okt 2020, 12:00 WIB
Hamparan rumput Zoysia Matrella tumbuh subur dan hijau, menjadi kebanggaan Stadion Manahan. (Bola.com/Vincentius Atmaja)

Bola.com, Jakarta - Bagi penikmat sepak bola Indonesia, nama Stadion Manahan sangat mudah diingat dan menjadi trademark bagi Kota Solo, Jawa Tengah. Stadion Manahan sudah pasti menjadi ikon sekaligus kebanggaannya bagi masyarakat di Kota Solo.

Stadion Manahan dibangun pertama kali pada tahun 1989 oleh Presiden Soeharto. Dengan tujuan awal adalah agar klub Arseto Solo memiliki stadion megah dan tidak bermain lagi di stadion Sriwedari yang merupakan kandang Persis Solo.

Advertisement

Namun sayangnya Stadion Manahan urung digunakan oleh Arseto, karena tim jebolan Galatama tersebut membubarkan diri setelah kompetisi tahun 1998 dinyatakan force majeure dan bubar. Alhasil beberapa tim seperti ketiban rezeki.

Pelita Solo, Persijatim Solo FC, dan Solo FC (kompetisi LPI) pernah singgah menggunakan Manahan sebagai rumahnya. Hingga klub asli Persis Solo yang berstatus "pemilik" Stadion Manahan sampai saat ini.

Stadion Manahan saat diresmikan pada tahun 1998, berkapasitas sekitar 30 ribu penonton. Sekaligus menjadi stadion terbesar kedua bersanding dengan Stadion Gelora Sidoarjo, untuk penyelenggaraan PON 2000.

Selain itu, stadion ini dibangun dengan model bangun olimpik, yakni adanya lintasan atletik mengelilingi lapangan utama. Dengan maksud stadion bisa menjadi multifungsi tidak hanya untuk venue sepak bola saja.

Lantas stadion ini sempat menjadi barometer sepak bola nasional dalam beberapa tahun lamanya. Oleh PSSI, Stadion Manahan hampir selalu menjadi pilihan kedua setelah Stadion Utama Gelora Bung Karno Jakarta untuk venue partai krusial.

Kompetisi sepak bola Indonesia masih pada era Divisi Utama, stadion ini selalu menjadi alternatif untuk pelaksanaan fase akhir. Seperti partai final yang mempertemukan PSIS Semarang kontra Persik Kediri di tahun 2006.

Begitu juga saat kompetisi kasta tertinggi sudah menjadi ISL. Stadion Manahan kerap digunakan untuk laga krusial tanpa penonton, seperti Persija kontra Persib. Serta partai babak akhir kasta kedua selalu dimainkan di Manahan dalam kurun waktu tahun 2009 hingga 2011.

Tidak sampai di situ, stadion yang bertaraf internasional ini pernah digunakan Persik Kediri untuk bermain di level Liga Champions Asia. Sampai dengan aksi Timnas Indonesia sangat akrab dengan stadion warisan Presiden Soeharto ini.

Menariknya, Timnas Indonesia tidak pernah kalah bahkan hampir selalu menang ketika bermain di Stadion Manahan. Motivasi para punggawa tim Merah-putih seperti menjadi berlipat ketika tampil di Solo.

 

Video

2 dari 2 halaman

Sambut Piala Dunia U-20

Kunjungan anggota Komisi X DPR RI ke Stadion Manahan Solo, Kamis (1/10/2020). (Bola.com/Vincentius Atmaja)

Stadion tersebut akhirnya direnovasi oleh pemerintah pusat, melalui Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat pada tahun 2018. Renovasi yang dilakukan adalah untuk menyulap Stadion Manahan semakin dilengkapi sarana dan prasarana modern.

Anggaran renovasi mencapai Rp300 miliar membuat Stadion Manahan kini dilengkapi single seat di seluruh tribune penonton, atap melingkar, dua papan lebar elektronik berukuran raksasa, lapangan berkualitas tinggi, penerangan hingga 1500 lux, hingga ruang ganti pemain yang begitu mewah.

Wajah baru Stadion Manahan juga telah diresmikan oleh Presiden Joko Widodo pada bulan Februari lalu. Sekaligus ditandai dengan laga uji coba antara Persis Solo melawan Persib Bandung.

Stadion Manahan semakin membuat bangga warga Kota Bengawan, setelah ditetapkan sebagai venue Piala Dunia U-20 tahun 2021. Stadion Manahan masuk diantara enam lokasi yang diajukan PSSI dan disetujui FIFA.

Stadion Manahan bersanding dengan lima venue lainnya yakni Stadion Jakabaring Palembang, Stadion Utama Gelora Bung Karno Jakarta, Stadion Si Jalak Harupat Bandung, Stadion Gelora Bung Tomo Surabaya, dan Stadion I Wayan Dipta Bali.

Baru-baru ini, anggota Komisi X DPR RI melakukan kunjungan ke Stadion Manahan, didampingi oleh Wali Kota Surakarta, FX Hadi Rudyatmo. Sekaligus ingin melihat sejauh mana kesiapan stadion kebanggaan wong Solo tersebut untuk menyambut Piala Dunia yang tinggal delapan bulan lagi.

Wakil Ketua Komisi X DPR RI, Abdul Fikri Faqih mengatakan kedatangannya ke Kota Solo selain melihat langsung kondisi Stadion Manahan dan mendengar pendapat dalam penyusunan Rancangan Undang-Undang Sistem Keolahragaan Nasional (RUU SKN).

"Secara umum, kondisi Stadion Manahan sangat siap menggelar event skala internasional seperti Piala Dunia U-20. Kami melihat sarana dan prasarana sangat memadai, rumput stadion juga sangat bagus," terangnya, Kamis (1/10/2020).

Sementara kelompok suporter fanatik Kota Solo, Pasoepati begitu gembira dengan progres persiapan Stadion Manahan. Sekaligus memiliki harapan besar bagi Timnas Indonesia saat berlaga di Piala Dunia U-20 nanti.

"Harapan kami adalah semoga Timnas bisa masuk grup yang pertandingannya dimainkan di Solo. Karena setiap Timnas datang ke Solo, dukungan penuh pasti kami berikan," beber Presiden Pasoepati, Aulia Haryo Suryo kepada Bola.com, akhir Juni lalu.

"Timnas Indonesia setiap main di Manahan tidak pernah kalah. Mungkin bisa menjadi kekuatan tersendiri bagi negara kita di Piala Dunia nanti. Tapi kami semua sepakat untuk ikut membuat Sukses event akbar nanti," jelasnya.

Berita Terkait