Bola.com, Semarang - Kota Salatiga, Jawa Tengah, memang tidak memiliki klub sepak bola yang bersaing di level tertinggi kompetisi Tanah Air. Tentu berbeda dengan dua kota di sekitarnya yang memiliki klub legendaris, yaitu PSIS Semarang dan Persis Solo. Tapi, banyak pemain hebat lahir dari Diklat Salatiga yang berada di sana.
Jangan anggap remeh Salatiga. Wilayah inilah tempat lahirnya bibit-bibit unggul atlet sepak bola yang kemudian memiliki nama besar. Diklat Salatiga begitu familiar bagi pelaku maupun pecinta sepak bola nasional.
Berpusat di Lapangan Ngebul yang cukup sederhana, dibangun pada 1963, namanya baru berubah menjadi Diklat Salatiga pada 1973. Dari tempat inilah telah lahir talenta besar pemain sepak bola yang kemudian begitu tenar di negeri ini, termasuk di Timnas Indonesia.
Iswadi Idris, Anjas Asmara, Kurniawan Dwi Yulianto, Gendut Doni Christiawan, Bambang Pamungkas, Bayu Pradana, hingga generasi muda seperti Septian David Maulana, Awan Setho Raharjo, dan Fredyan Wahyu Sugiantoro, merupakan deretan pesepak bola sukses menimba ilmu di Diklat Salatiga.
Keberhasilan Diklat Salatiga melahirkan banyak talenta muda sepak bola Indonesia menginspirasi DKI Jakarta mendirikan Diklat Ragunan. Diklat Salatiga telah menorehkan prestasi sebagai tempat mencetak atlet sepak bola andal.
Bola.com merangkum sedikitnya tujuh pemain yang merupakan alumni Diklat Salatiga. Ketujuh pemain tersebut merupakan nama-nama yang telah menorehkan prestasi gemilang, baik bersama klub maupun ketika membela Timnas Indonesia.
Video
Kas Hartadi
Kas Hartadi lahir di Surakarta pada 6 Desember 1970. Sepak bola sudah digelutinya sejak masih kanak-kanak, yakni di bangku Sekolah Dasar. Lantas ia masuk Diklat Salatiga saat masuk SMA.
Ia berlatih bersama Diklat Ragunan selama 1,5 tahun hingga akhirnya diminta untuk berlatih di Diklat Ragunan Jakarta.
Setelah menempuh pendidikan di Diklat Ragunan, Kas Hartadi langsung direkrut oleh klub besar Galatama, Krama Yudha Tiga Berlian (KTB) Palembang pada 1987. Kariernya makin cemerlang dengan ikut menjadi bagian di Timnas Indonesia.
Lantas ia mengenyam berbagai gelar juara bersama klubnya, dan berkat KTB dirinya naik level hingga ke Timnas Indonesia. Pria yang selama masih aktif bermain dijuluki Si Kijang ini sangat diandalkan oleh Tim Merah-Putih.
Medali emas SEA Games Manila pada 1991 menjadi satu di antara bukti rangkaian kesuksesannya di dunia sepak bola. Tidak sampai di situ, setelah gantung sepatu nama Kas Hartadi tetap moncer dengan membawa Sriwijaya FC menjuarai Liga Indonesia sebagai pelatih.
Kurniawan Dwi Yulianto
Kurniawan Dwi Yulianto bisa dibilang sebagai satu di antara jebolan Diklat Salatiga yang paling sukses. Pemain berjulukan Si Kurus ini lahir di Magelang, 13 Juli 1976.
Kurniawan adalah aset berharga dengan segudang pengalaman. Sejak masih belia, bakatnya sudah diprediksi bakal menjadi pesepak bola besar. Kurniawan sebagai jebolan program PSSI Primavera, juga pernah belajar di klub Serie A Italia, Sampdoria.
Kemudian ia malang-melintang di dunia sepak bola Indonesia dengan bergabung bersama banyak tim besar, di antaranya Pelita Jaya, Persija Jakarta, PSM Makassar, hingga Persebaya Surabaya.
Kurniawan Dwi Yulianto cukup moncer di level Timnas Indonesia. Ia sudah menjadi andalan di SEA Games 1997 sampai Piala Tiger (AFF) 2004. Bersama Timnas Indonesia Kurniawan mencatat 59 kali penampilan dan koleksi 33 gol.
Gendut Doni Christiawan
Merupakan putra daerah asli Salatiga yang bakatnya sudah terasah bersama Diklat Salatiga. Jerih payahnya ikut berlatih di Diklat Salatiga berbuah manis.
Gendut Doni langsung merasakan gelar juara Liga Indonesia bersama PSIS Semarang pada 1999. Saat itu ia masih sangat muda dan menimba pengalaman bersama PSIS.
Dua tahun kemudian, ia berseragam Persija Jakarta. Lagi-lagi prestasi emas diraihnya dengan mengantarkan tim Macan Kemayoran juara Liga Bank Mandiri 2001.
Ketajaman Gendut Doni sebagai striker haus gol, menular bersama Timnas Indonesia. Tim Merah-Putih dibelanya dalam ajang Piala Tiger 2002 di Jakarta.
Meski sayangnya prestasi Timnas Indonesia kala itu harus puas menjadi runner-up karena kalah dari Thailand di laga final tapi hal itu menjadi bukti jebolan Diklat Salatiga ini cukup bersinar.
Bambang Pamungkas
Merupakan satu di antara striker hebat yang pernah dilahirkan Jawa Tengah. Pria asli Getas, Kabupaten Semarang, ini lahir dan tumbuh di lingkungan sepak bola Salatiga.
Ia mengawali karier di SSB Ungaran dan bakatnya terasah bersama Diklat Salatiga. Pria yang akrab disapa Bepe ini menemukan ketajaman sebagai seorang striker di Diklat Salatiga, meski postur tubuhnya kurang ideal untuk ukuran ujung tombak.
Nyatanya ia berhasil lulus dari Diklat Salatiga sebagai pemain penuh potensi. Benar saja, Bepe meroket dengan mengenyam pengalaman bermain di Liga Belanda bersama EHC Norad.
Gerbang kesuksesan diraihnya bersama Persija Jakarta dan dicap legenda oleh pendukung tim Macan Kemayoran karena pengabdiannya selama 20 tahun kariernya sebagai pemain, meski sempat hijrah ke klub lain, seperti Selangor dan Pelita Bandung Raya.
Bepe dikenal memiliki naluri mencetak gol tinggi baik dengan kedua kakinya yang sama tajam, maupun dengan kepalanya. Terutama adalah kualitas bola atas yang menjadi andalannya. Bambang Pamungkas juga berpredikat sebagai pencetak gol terbanyak Timnas Indonesia dengan 37 gol dari 85 laga.
Bayu Pradana Andriatmo
Satu lagi putra Salatiga kelahiran 19 April 1991, yang memiliki karier yang cukup gemilang. Jebolan Diklat Salatiga ini moncer bersama klub besar hingga menjadi langganan di Timnas Indonesia sejak 2016.
Persis Solo merupakan klub profesional pertamanya pada 2010. Lantas kariernya tambah meningkat dengan bergabung di tim-tim seperti Persiba Bantul, Persiba Balikpapan, hingga menjadi idola Mitra Kukar.
Saat ini Bayu Pradana menjadi pilar Barito Putera sejak direkrut pada awal musim 2019. Kepiawaian sebagai gelandang membuatnya punya peran cukup vital sebagai jenderal lapangan tengah.
Level Timnas Indonesia sudah ia sentuh sejak bergabung di tim U-23, kemudian naik tim senior sejak 2016. Sampai terakhir kali membela Timnas Indonesia di ajang Kualifikasi Piala Dunia 2022.
Septian David Maulana
Pemain asli Semarang ini memiliki bakat yang sudah terlihat sejak masih duduk di bangku Sekolah Dasar. Beberapa waktu lalu ia bercerita kepada Bola.com, bahwa sejak kelas 4 SD sudah ikut sekolah sepak bola.
Kemudian Septian David Maulana meniti karier mewakili Jawa Tengah untuk sebuah program latihan di Manchester. Septian David lolos ke Jakarta, bahkan dinobatkan sebagai pemain terbaik. Ia mendapat kesempatan mengikuti Piala AFF U-14 asuhan Mundari Karya.
Septian David Maulana kembali berhasil menembus seleksi program SAD Indonesia di Uruguay, dan belajar selama satu tahun. Sepulang dari Uruguay, Septian David ikut PPLP Jateng yang dulunya adalah Diklat Salatiga.
Ia menapaki karier profesional dengan klub pertamanya, Mitra Kukar. Tiga musim membela Mitra Kukar, Septian David Maulana akhirnya kembali ke tanah kelahirannya dan membela PSIS Semarang sampai saat ini.
Awan Setho Raharjo
Kiper potensial asal Jawa Tengah yang sudah cukup mapan bersama Bhayangkara FC dan sesekali masuk panggilan Timnas Indonesia. Ia lahir di Semarang 23 tahun lalu.
Bakatnya sudah terlihat sejak masih belia, dengan menembus skuad SAD Indonesia di Uruguay pada 2012. Beberapa klub profesional sudah dibelanya, seperti Bali United, PSIS Semarang, dan terakhir Bhayangkara FC.
Awan Setho merupakan jebolan Diklat Salatiga yang sudah berganti nama menjadi PPLP Jateng, seperti halnya Septian David Maulana. Namanya kian mencuat ketika masuk dalam tim Indra Sjafri di skuat Garuda Muda.
Kini Awan Setho Raharjo menjadi kiper Bhayangkara FC, berkolaborasi dengan penjaga gawang senior, Wahyu Tri Nugroho. Secara bergantian keduanya mendapat kesempatan tampil.
Baca Juga
3 Fakta Miring Timnas Indonesia Selama Fase Grup yang Membuat Pasukan STY Limbung Lalu Hancur di Piala AFF 2024
Deretan Hal yang Membuat Rekam Jejak Timnas Indonesia Layak Dapat Pujian Meski Gagal di Piala AFF 2024
3 Penyebab Timnas Indonesia Gagal Total di Piala AFF 2024: Tidak Ada Gol dari Pemain Depan!