Dari Tulehu Hingga Madura, Jatuh Bangun Karier Alfin Tuasalamony

oleh Aditya Wany diperbarui 24 Okt 2020, 10:15 WIB
Bek Madura United, Alfin Tuasalamony. (Bola.com/Aditya Wany)

Bola.com, Bangkalan - Tulehu cukup dikenal luas oleh kalangan pecinta sepak bola nasional. Desa yang terletak di Kabupaten Maluku Tengah itu menghasilkan banyak pesepak bola profesional seperti Hendra Adi Bayauw, Hasyim Kipuw, Imran Nahumarury, hingga Alfin Tuasalamony.

Alfin Tuasalamony kini berseragam Madura United. Nama Alfin termasuk populer karena malang melintang di kancah sepak bola nasional. Latar belakang Tulehu, yang merupakan desa pecinta sepak bola di Maluku, sangat berpengaruh terhadapnya.

Advertisement

“Karena sudah banyak teman saya yang ikut sekolah sepak bola (SSB), akhirnya saya masuk SSB Tulehu,” kata Alfin seperti dikutip dari situs web resmi Madura United.

Bersama SSB tersebut, Alfin bermain bersama Rizky Pellu, Hendra Bayauw, Ricky Ohorella, dan sejumlah pemain lain. Pada 2005, SSB Tulehu menjuarai turnamen U-15 yang ada di Ambon, sehingga mengantarkan Alfin dan SSB Tulehu mewakili Maluku Tengah.

Kehidupan sepak bola Tulehu sendiri tertuang dalam film yang diproduseri oleh mendiang penyanyi Glen Fredly dengan judul Cahaya dari Timur: Beta Maluku yang dirilis pada 2014. Film itu menceritakan konflik yang terjadi di sana dan bagaimana anak-anak muda di sana keluar dari pusaran konflik melalui sepak bola.

Anak-anak di Tulehu sulit bersatu lantaran perbedaan latar belakang agama. Namun, seorang pelatih muda bernama Sani Tawainella menyatukan mereka hingga akhirnya berhasil menjadi juara dalam sebuah turnamen. Alfin Tuasalamony sendiri masuk dalam cerita film tersebut bersama para pemain lainnya.

Video

2 dari 3 halaman

Karier Profesional

Pemain Timnas Indonesia, Alfin Tuasalamony, beradu cepat dengan Rizky Pora saat latihan di Stadion Wibawa Mukti, Jawa Barat, Senin (10/9/2018). Latihan ini persiapan jelang laga uji coba melawan Mauritius. (Bola.com/Vitalis Trisna)

Karier profesional Alfin Tuasalamony dimulai dengan mendapat panggilan seleksi Timnas U-16 pada 2006. Dari situ, dia mendapat kesempatan ke Uruguay selama empat tahun bersama tim SAD Indonesia dan berkesempatan merumput di Eropa.

Pemain kelahiran 13 November 1992 itu bergabung dengan klub kasta kedua Belgia, CS Vise, pada 2011-2013. Itu merupakan klub profesional pertama yang dibelanya. Setelah itu, ia pulang ke Tanah Air dan bergabung dengan klub sepak bola Indonesia.

Alfin sempat membela Persebaya yang kini menjadi Bhayangkara FC, Persija Jakarta, Sriwijaya FC, hingga Arema FC. Satu pengalaman yang bakal membuatnya sulit untuk melupakan adalah saat berseragam Persija. Saat itu, ia cedera karena mengalami kecelakaan.

Itu terjadi saat Alfin keluar dari ruang ATM dan tertabrak mobil yang mengakibatkan kaki kirinya patah sehingga harus menjalani operasi. Dia tidak bisa bermain bola dalam jangka waktu cukup lama. Beruntung, dia mendapat kesempatan dan kembali merumput seperti sedia kala.

MENITIKKAN AIR MATA - Alfin Tuasalamony menitikkan air mata ketika mendapatkan suntikan semangat dari Ismed Sofyan. (Bola.com/Arief Bagus)

3 dari 3 halaman

Bakat dari Sang Ayah

Alfin Tuasalamony (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Bakat yang dimilikinya bisa dibilang turun dari sang ayah yang merupakan mantan pemain sepak bola kampung. Makanya, Alfin Tuasalamony sudah mulai bermain sepak bola sejak SD bersama teman-temannya.

Pemain berusia 27 tahun itu sempat tidak percaya saat diberitahu ayahnya pernah menjadi pemain sepak bola. Tapi dirinya mulai percaya saat melihat foto-foto ayahnya saat menjuarai sepak bola di kotanya.

“Setelah saya percaya, ayah saya membelikan sepatu pertama kali saat mau masuk SSB Tulehu,” ucapnya.

Berita Terkait