Bola.com, Makassar - PSM Makassar, tim sepak bola tertua di Indonesia yang masih eksis berkompetis di kasta tertinggi sepak bola Tanah Air, bakal berusia 105 tahun pada Senin (2/11/2020). Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, di tengah situasi pandemi COVID-19 ini, perayaan hari jadi tidak dilaksanakan secara terbuka, termasuk di kalangan suporter yang selama ini dikenal militan mendukung tim kesayangannya.
Menurut Sadat Sukma, Sekjen Red Gank, satu di antara beberapa kelompok suporter PSM Makassar, hari jadi ke-105 sejatinya ingin dirayakan secara spesial, di mana sejak awal tahun ini mereka merancang sejumlah kegiatan untuk memeriahkan hari jadi tim berjulukan Juku Eja itu, seperti acara yang menghadirkan legenda PSM, pemain, manajemen, dan ofisial tim.
"Terutama mantan pemain di era 1950 dan 1960 yang masih ada. Kami ingin mendengar cerita dan perjuangan mereka bersama PSM. Penuturan langsung para legenda sangat penting untuk anggota kami yang mayoritas merupakan generasi milenial," ujar Sadat kepada Bola.com, Minggu (1/11/2020).
Namun, situasi yang tidak memungkinkan karena pandemi COVID-19 membuat acara tersebut urung digelar. "Sebagai suporter, tentu kami memiliki banyak harapan bersama PSM di masa depan," ujar Sadat.
Hal senada juga dikatakan Daeng Uki, Panglima Laskar Ayam Jantan, kelompok suporter PSM lainnya. Daeng Uki berharap PSM secepatnya kembali berkompetisi dan menghibur para suporternya.
Keputusan Exco PSSI yang merencanakan menggelar lanjutan Shopee Liga 1 2020 pada awal tahun depan disambut baik suporter PSM Makassar. "Semoga tahun depan tidak ada kendala lagi," ucap Daeng Uki.
Video
Markas PSM
Selain berharap kompetisi segera kembali bergulir, suporter PSM Makassar juga berharap renovasi Stadion Mattoangin yang saat ini dalam tahap pembongkaran bisa berjalan lancar sesuai estimasi, yakni rampung pada 2022.
"Kami berharap tidak ada lagi drama. Setelah dibongkar, pembangunan Stadion Mattoangin harus tetap berjalan sesuai tahapannya," tegas Sadat.
Konsekuensi dari renovasi Stadion Mattoangin membuat PSM dipastikan harus bermain di luar Makassar. Wacana yang muncul belakangan ini, manajemen PSM menjadikan Stadion Gelora Mandiri Pare Pare sebagai opsi utama untuk menjadi markas.
"Kami menyambut baik pemilihan Stadion Gelora Mandiri Pare Pare sebagai calon markas PSM. Apalagi letak Kota Pare Pare strategis dan mudah dijangkau dari Makassar. Kami yakin atmosfer pertandingan nanti tidak kalah dengan Makassar," tutur Sadat.
Sadat pun berharap Pemprov Sulawesi Selatan, Pemkot Pare-Pare, dan manajemen PSM bisa bersinergi dengan baik untuk memenuhi harapan suporter.
"Terutama memenuhi standar kelayakan stadion untuk menggelar pertandingan Liga 1. Saya yakin manajemen PSM sudah paham betul syarat-syaratnya," ujar Sadat.
Daeng Uki pun menimpali, bahwa andai PSM bisa bermarkas di Stadion Gelora Mandiri, bukan hanya suporter yang diuntungkan, tapi juga manajemen dan tim. "Biaya operasional bisa ditekan dan pemain bisa tampil di hadapan pendukung sendiri," ujar Daeng Uki.
PSM pernah menjadi tim musafir pada 2014. Kala itu, Juku Eja bermarkas di Stadion Gelora Bung Tomo Surabaya karena Stadion Andi Mattalatta Mattoangin tak lolos verifikasi. Situasi itu membuat manajemen PSM harus mengeluarkan dana operasional yang besar dengan pemasukan minim. Secara teknis, Juku Eja sempat berkutat di zona degradasi.