Bola.com, Jakarta - Timnas Indonesia tidak melulu berisi pemain berkualitas. Ada pesepak bola yang secara kemampuan garang, tapi gagal memamerkan tajinya ketika membela panji-panji Garuda di dada.
Ada pula pemain yang memang tidak berkualitas, tapi dipanggil ke Timnas Indonesia karena sebuah keteledoran. Misalnya, keliru dalam menaturalisasi. Kejadian ini pernah terjadi pada era 2010-an.
Masih ingat dengan Wahyu Wijiastanto? Ya, ia adalah kapten Timnas Indonesia ketika era dualisme PSSI dan Komite Penyelamat Sepak Bola Indonesia (KPSI).
Nama Wahyu harum berkat mengantar Persiba Bantul promosi ke Indonesia Premier League (IPL) 2011/2012 sebagai juara Divisi Utama 2010/2011. Mantan bek yang kini berusia 34 tahun itu dikenal sebagai palang pintu tangguh pada eranya.
Namun, penampilan mengesankan Wahyu di Persiba tidak tertular ke Timnas Indonesia. Saat bermain untuk tim berjulukan Skuat Garuda ini, ia kerap tampil buruk.
Wahyu pernah membela Timnas Indonesia di Piala AFF 2012, Kualifikasi Piala Dunia 2014, dan Kualifikasi Piala AFC 2015. Dalam tiga turnamen itu, Skuat Garuda gugur di babak penyisihan.
Soccerway mencatat, Wahyu merangkum empat penampilan untuk Timnas Indonesia pada peruode 2012-2013. Dari jumlah tersebut, ia menerima tiga kartu kuning.
Nama Wahyu tidak pernah lagi dipanggil ketika dualisme PSSI. Dia kalah bersaing dari bek-bek Indonesia Super League (ISL) semodel Victor Igbonefo, Fachruddin Aryanto, dan Muhammad Roby.
Selain Wahyu, siapa lagi yang layak dinobatkan sebagai pemain terburuk Timnas Indonesia dalam satu dekade terakhir? Berikut empat di antaranya:
Video
Jhonny van Beukering
Aman menganggap bahwa Jhon van Beukering adalah pemain paling gagal, bahkan gagal total, di Timnas Indonesia selama sepuluh tahun terakhir. Harapan terhadap dirinya begitu besar sebelum kualitas yang sesungguhnya hanya segitu saja.
Van Beukering menjadi satu dari sekian pemain asal Belanda yang dinaturalisasi PSSI untuk Timnas Indonesia pada era 2010-an. Bermodalkan label Negeri Kincir Angin, ia nekat untuk membuktikan kemampuannya.
Dari perawakannya saja, Van Beukering sudah tidak menjanjikan. Sebagai seorang striker, tubuhnya sangat gempal, jika tidak mau dibilang gendut. Tentu karena badannya sebesar itu, kecepatannya begitu lambat.
Pelatih Timnas Indonesia, Nilmaizar, sempat mencicipi tenaganya di Piala AFF 2012. Namun, ia minim mendapatkan menit bermain. Sejak saat itu, namanya tidak pernah lagi menghiasi materi Skuat Garuda.
Tonnie Cusell
Sama seperti Van Beukering, Tonni Cussel adalah proyek naturalisasi pemain Belanda oleh PSSI. Dia hanya seumur jagung memperkuat Timnas Indonesia.
Tonnie Cusell juga dipanggil Timnas Indonesia ke Piala AFF 2012. Dalam turnamen itu, ia bermain dua kali.
Tonnie Cusell digadang-gadang akan membuat perbedaan di Timnas Indonesia. Nyatanya sebaliknya. Permainannya biasa saja, bahkan masih di bawah pemain lokal.
Pada 2014, Tonnie Cussel menyatakan gantung sepatu dari Timnas Indonesia. Sudah dinaturalisasi, ia malah kembali ke Belanda.
Diego Michiels
Diego Michiels sempat menjanjikan pada awal kedatangannya. Dia dinaturalisasi untuk kepentingan Timnas Indonesia U-23 di SEA Games 2011.
Pascaturnamen itu, Diego Michiels bergabung dengan Pelita Jaya. Namun, ia kabur ke Jakarta FC di IPL demi bisa memperkuat Timnas Indonesia.
Maklum, Pelita Jaya kala itu berkompetisi di ISL, kejuaraan yang sempat tidak diakui oleh PSSI.
Diego sempat masuk skuat seleksi Timnas Indonesia di Piala AFF 2012. Namun, ia melakukan tindakan kriminal yang berujung masuk bui. Pemain kelahiran 8 Agustus 1990 memang dikenal sebagai bad boy dan doyan terlibat keributan.
Bebas dari penjara, Diego yang kemudian dikontrak Mitra Kukar dan comeback ke Timnas Indonesia U-23 di SEA Games 2013. Dia kerap tampil sebagai starter dalam turnamen tersebut.
Perilaku urakan Diego di luar lapangan membuat pintu Timnas Indonesia tertutup untuknya. Sejak 2014, ia tak pernah lagi berbaju Merah Putih.
Soccerway mencatat, Diego baru dua kali mencatatkan caps di Timnas Indonesia. Satu di antaranya ketika kalah memilukan 0-10 dari Bahrain di Kualifikasi Piala Dunia 2014.
Irfan Bachdim
Karier Irfan Bachdim di Timnas Indonesia masih awet sejak 2010. Dia kerap dipanggil untuk turnamen penting. Namun, kontribusinya tidak sebanding dengan beban harapan masyarakat yang dipikulnya.
Bachdim diprediksi akan menjadi bomber masa depan Timnas Indonesia. Dia pernah menimba ilmu di Belanda, bahkan bermain di Eredivisie untuk FC Utrecht, sebelum berkarier di Tanah Air.
Sebagai pemain Indonesia dengan rekam jejak mentereng, Bachdim diharapkan dapat membuat perbedaan signifikan di Timnas Indonesia. Pada awal kedatangannya, ia mampu meninggalkan kesan positif. Bachdim berhasil tampil memukau di Piala AFF 2010 dengan mengukir dua gol dari enam penampilan.
Pada usia yang baru menginjak 22 tahun dan debutnya di level internasional, catatan tersebut terbilang mengesankan.
Namun, kontribusi Bachdim untuk Timnas Indonesia terus melorot. Dia sempat bermain di Piala AFF 2012, Kualifikasi Piala Dunia 2014, Kualifikasi Piala Asia 2015, dan Kualifikasi Piala Dunia 2022. Hanya saja, performanya sering melempem.
Penyerang Bali United tidak mampu menjadi sumber utama gol Timnas Indonesia. Kualitasnya ternyata tidak seindah yang dibayangkan.
Soccerway mencatat Irfan Bachdim membukukan 27 penampilan untuk Timnas Indonesia sejak 2010. Dari jumlah itu, ia menghasilkan delapan gol.