Bola.com, Jakarta - PT Liga Indonesia Baru (LIB) punya alasan khusus belum menentukan format lanjutan Shopee Liga 1 2020. Direktur Utama PT LIB, Akhmad Hadian Lukita, mengaku pihaknya berhati-hati menentukan format kompetisi karena tak ingin mengganggu Piala Dunia U-20 2021.
Shopee Liga 1 2020 dan Liga 2 rencananya bakal dilanjutkan pada Februari 2021. Namun, penyelenggaraan kompetisi sepak bola Indonesia itu berpotensi mengganggu Piala Dunia U-20 yang digelar Mei-Juni tahun depan.
PT LIB ingin melihat kepastian penyelenggaraan Piala Dunia U-20 2021 apakah sesuai jadwal awal atau tidak. Akhmad Hadian Lukita menegaskan, pada dasarnya tak ingin kompetisi mengganggu event besar tersebut.
"Format kompetisi masih dirumuskan bersama-sama tim. Masih banyak kemungkinan karena ada potensi bentrok dengan Piala Dunia U-20 2021," kata Akhmad Hadian Lukita.
"Kalau Piala Dunia U-20 2021 sesuai jadwal, kami bisa menyusul jadwal sementara liga. Ini pesta Indonesia tidak bisa diganggu liga," tegas Akhmad Hadian Lukita.
Shopee Liga 1 2020 baru memainkan empat pertandingan dan menyisakan 31 pekan. Adapun Liga 2 baru memainkan satu pertandingan sehingga masih akan menempuh jalan panjang.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini
Tak Berubah
Sementara itu, Akhmad Hadian Lukita memastikan Shopee Liga 1 2020 tak akan memberlakukan sistem degradasi. Sementara itu, pihaknya tetap tak mengubah keputusan untuk memberlakukan sistem promosi.
PT LIB masih berkomitmen memberlakukan aturan-aturan tersebut karena situasi Indonesia yang belum kondusif dari COVID-19. Keputusan ini diharapkan bisa membantu klub seandainya tertimpa badai COVID-19.
"Keputusan tanpa degradasi ini hasil dari rapat PSSI. Kami harus memaklumi kondisi saat ini yang masih belum normal," ujar Akhmad Hadian Lukita.
Keputusan untuk meniadakan degradasi telah ditetapkan sebelum Shopee Liga 1 ditunda hingga Februari 2021. PT LIB beralasan kompetisi akan berjalan di tengah pandemi COVID-19 sehingga para peserta kemungkinan tidak bermain maksimal.
"Waktu itu pertimbangannya khawatir ada klub yang pemainnya terpapar COVID-19 dan menurunkan kualitas. Kalau kondisinya begitu kompetisi jadi tidak fair," jelas Lukita.