Bola.com, Jakarta Demam sepak bola biasa melanda Indonesia di kala gelaran siaran langsung Piala AFF, atau tayangan live Piala Dunia dan Euro, ramai mewarnai layar kaca Tanah Air. Efek langsungnya adalah merebaknya pesepak bola amatir dadakan yang ingin menekuni kegiatan olah si kulit bundar dan butuh sepatu sepak bola yang tidak terlalu mahal tapi berkualitas bagus. Sepatu sepak bola Ortuseight adalah salah satu alternatif merek di market yang pas untuk kebutuhan ini di tengah dominasi Adidas, Nike, Puma dan nama-nama besar lainnya.
Ya, tidak mudah menemukan sepatu sepak bola dengan rentang harga di bawah Rp 500 ribu yang memiliki warna menarik, desain modern, dan sekaligus cukup kuat untuk dipakai rutin dalam latihan mingguan atau dua kali sepekan. Sepertinya pangsa market inilah yang diincar Ortuseight, sebuah merek yang dibangun anak-anak Indonesia sejak 2018.
Nama Ortus rupanya diilhami dari fenomena "matahari terbit" yang juga bisa menjelaskan pilihan bentuk logo yang mereka ambil, sedangkan kata eight menggambarkan latar saat sebanyak delapan tim yang membidani kelahiran produk ini dua tahun silam. Meski masih sayup-sayup terdengar, bila kita mencari "Ortuseight" di situs-situs e-commerce maka dengan mudah sepatu sepak bola buatan mereka ditemukan.
Mengadopsi Teknologi Cetak dan Rekatan Modern
Hebatnya lagi, gambar-gambar sepatu yang muncul dalam proses pencarian itu pun memperlihatkan sederetan gambar desain sepatu sepak bola modern yang jauh dari kesan jadul atau terlalu berkelas lokal. Well, sentuhan etnik pola batik sempat memperlihatkan jati diri Indonesia pada seri sepatu sepak bola Ortuseight Seri Catalyst Legion FG, yang kabarnya juga dipakai oleh beberapa pilar timnas Indonesia U-19 dan sejumlah nama beken di klub-klub yang berlaga di Shopee Liga 1.
Bila diperhatikan lebih detail, pola etnis yang menjadi pola warna dasar bagian upper shoes itu adalah rajahan kata-kata nama line-up sepatu itu sendiri. Praktis hanya karakter mirip batik itu sajalah yang memperlihatkan karakter Nusantara dalam sepatu ini dan selebihnya kita tidak bisa membedakan sepatu ini dari produk-produk impor lainnya. Keren!
Pola jahitan, cetakan embos bahan kulit sintetik, pewarnaan, dan perekatan sol dengan bagian atas sepatu Ortuseight ini pun terlihat mengadopsi sejumlah teknologi canggih, yang salah satunya adalah thermal process integration dengan mengandalkan aspek perekatan menggunakan lem khusus di bawah suhu dan tekanan sangat tinggi.
Belum Teruji Secara Luas
Sejumlah sumber di pabrik sepatu ini di Tangerang menyebut alat yang dipakai mencetak sol bawah dan bahan sintetik bagian atas sepatu sebenarnya hampir identik dengan mesin-mesin modern yang dioperasikan dalam produksi sepatu sepak bola berlisensi asal AS, Jerman, dan Korea Selatan di wilayah sekitar Tangerang juga. Nah ini langsung menjelaskan bagaimana mulusnya hasil molding kulit sintetik dan sekaligus lentur-kuatnya sol sepatu lokal ini.
Dengan proses transfer teknologi yang Indonesia pelajari selama jadi tempat perakitan produk-produk asing wajarlah bila Ortuseight ditengarai dapat bersaing di tengah persaingan ketat produk alat olah raga di luar sana. Bagian atas sepatu yang merupakan kombinasi bahan polyester dan pull up yang tipis dianggap para pemain pengguna sangat bagus untuk melindungi bagian engkel agar tidak lecet sekaligus bisa "memegang" kaki dengan nyaman saat sepatu dipakai berlari dan menendang.
Secara umum, line up sepatu sepak bola Ortuseight memiliki bobot ringan dan kualitas bangun yang sama dengan Adidas, Nike, Mizuno, Puma dan merek terkenal lainnya. Bentuk pul di sol sepatu mereka pun berdesain modern layaknya sepatu impor yang tidak hanya berbentuk bulat tapi juga berbentuk bilah-bilah yang kokoh menjaga mantapnya pijakan pemain di permukaan lapangan, baik yang teksturnya lembut maupun keras.
Akan tetapi, hal yang akan menguji produk ini pada akhirnya hanyalah waktu semata. Kebanyakan produk-produk alternatif untuk kelas ekonomi menengah di Indonesia pada masa lalu mempunyai kelemahan di bahan sintetik yang menjadi upper shoes, yang mudah getas dan robek; serta juga di bagian sambungan antara sol dengan kulit sintetik sepatu yang rata-rata mudah lepas setelah sepatu beberapa kali dicuci. Belum lagi dulu sol sepatu lokal dikenal keras dan kaku, atau karena saking lenturnya malah jadi mudah patah.
Dari sisi harga, produk termurah sepatu sepak bola Ortuseight saat ini adalah seri Mirage FG (Rp 269 ribu) dan yang termahal adalah tipe Catalyst Legion FG (Rp 549 ribu), semua disajikan dengan berbagai pilihan warna modern seperti silver, lime, emerald, dan gold. Harga ini jelas sangat terjangkau dibanding produk sepatu sepak bola Adidas dan Nike, misalnya, yang rata-rata ada di rentang Rp 500 ribu hingga Rp 1,5 juta. Nah, pembaca, silakan mencoba dan menilai sendiri, produk berharga ekonomis belum tentu jelek dan sudah selayaknya kita mencintai produk buatan dalam negeri bukan?