Bola.com, Jakarta - Berpindah klub merupakan keniscayaan dalam kancah sepak bola profesional. Kendati demikian, ada saja yang apes karena kariernya merosot, entah itu karena salah memilih klub atau memang gaya permainannya tak cocok.
Meski ada pemain yang memilih setia sepanjang kariernya untuk bermain hanya kepada satu klub saja, sebagai pesepak bola profesional, berpindah klub merupakan sebuah hal jamak
Namun, sebagai pesepak bola, berpindah klub bukan hanya sebuah ritual. Perpindahan klub juga bisa menjadi sarana untuk naik kelas dalam karier mereka.
Karenanya, perpindahan klub harus dipikirkan matang-matang. Salah pilih klub, alih-alih kian moncer, karier mereka justru kian redup.
Tak hanya bagi para pesepak bola rata-rata, kesalahan memilih klub ini juga menimpa banyak pemain berstatus bintang.
Sejarah telah mencatat, banyak bintang lapangan hijau yang harus kehilangan pamornya akibat salah pilih klub sebagai persinggahan karier mereka. Siapa saja para bintang sepak bola yang sinarnya meredup setelah salah pilih klub?
Video
Shinji Kagawa
Shinji Kagawa merupakan aktor utama di balik sukses Borussia Dortmund pada 2010-2012. Dipinang dari Cerezo Osaka, pemain asal Jepang ini menjadi nyawa permainan Dortmund. Kemampuan Kagawa membaca permainan dan melepas umpan akurat membuatnya bak lulusan cum laude dari La Masia.
Apiknya permainan Kagawa membuat Sir Alex Ferguson mendatangkannya. Jadilah pada 5 Juni 2012 ia bergabung dengan Manchester United.
Bersama Untied, Kagawa gagal mengulang prestasi apiknya bersama Dortmund. Bersama Setan Merah ia bukan lagi menjadi pemain 'Nomor 10' yang menjadi otak permainan. United lebih sering memanfaatkan sayap-sayap mereka untuk membongkar pertahanan lawan. Lagi pula, waktu itu, satu tempat di belakang penyerang utama sudah diisi Wayne Rooney. Kian sulit bagi Kagawa mendapat kesempatan bersinar bersama Setan Merah.
Pada 31 Agustus 2014, Kagawa akhirnya meninggalkan United dan kembali ke Dortmund. Namun, kali ini semua tak sama bagi Kagawa. Ia tak lagi menjadi pilihan utama. Terlebih lagi, ia juga harus bergelut dengan cedera.
Andriy Shevchenko
Hampir semua sepakat bahwa keputusan Shevchenko meninggalkan AC Milan merupakan sebuah kesalahan. Bersama Milan, Sheva meraih banyak gelar, termasuk penghargaan Ballon d'Or.
Namun, semua berubah ketika datang tawaran dari Chelsea. Bersama The Blues, ia tak lagi menjadi pilihan utama. Sepanjang berseragam Chelsea, Shevchenko hanya tampil 77 kali dan mencetak 23 gol di semua ajang.
Usai menjalani masa mengecewakan bersama Chelsea, Sheva bergabung dengan Dynamo Kiev, klub di kampung halaman, tempat ia mengawali karier profesional.
Nuri Sahin
Nuri Sahin adalah pemain berikutnya yang kariernya ternoda akibat salah memilih klub untuk melabuhkan kariernya. Gelandang asal Turki ini mengalami masa-masa sulit ketika berseragam Real Madrid.
Sebelumnya, bersama Borussia Dortmund, Sahin merupakan sosok gelandang tangguh. Kemampuannya membuat pemain kelahiran Jerman ini menjadi salah satu pilar lini tengah Dortmund. Tiga musim bersama Dortmund, Sahin mencetak 16 gol dalam 104 penampilannya.
Kemudian, datanglah tawaran Real Madrid. Tak perlu proses berliku, Sahin pun resmi memperkuat tim asal Spanyol ini pada awal musim 2011/2012. Namun, lini tengah Madrid waktu itu sudah sesak. Kesempatan Sahin untuk bermain pun sangat sedikit. Semusim bersama Madrid, ia hanya bermain sepuluh kali di semua ajang dan mencetak 1 gol. Musim berikutnya, ia dipinjamkan ke Liverpool.
Sahin sendiri menyesali keputusannya bergabung dengan Madrid. Ia menyebut masa baktinya bersama Madrid dan Liverpool sebagai masa-masa yang tak menggembirakannya.
Kaka
Bersama AC Milan, Kaka merupakan salah satu pemain terbaik dunia. Pemain asal Brasil ini disebut sebagai playmaker modern terbaik yang pernah dikenal dunia. Sepanjang berseragam Rossoneri, Kaka bermain 270 kalo dan mencetak 95 gol di semua ajang.
Apiknya penampilan Kaka ini mengundang hasrat Madrid untuk menjadikannya bagian dari proyek Galacticos. Pada 30 Juni 2009, Kaka secara resmi diperkenalkan sebagai pemain Real Madrid.
Musim pertama Kaka berjalan baik. Ia tampil 33 kali dan mencetak sembilan gol di semua ajang.
Namun, semua berubah pada musim kedua. Ia mulai sering diteror cedera. Selain itu, Kaka juga menyebut bahwa kedatangan Jose Mourinho di Madrid membuatnya tak lagi menjadi pilihan utama.
"Saya menghabiskan tiga tahun berusaha meyakinkan Mourinho untuk memberi saya kesempatan. Namun, ini adalah pilihannya. Ini di luar kuasa saya," kata Kaka, dalam wawancara dengan SporTV.
Setelah kian tak mendapat tempat di tim inti Real Madrid, Kaka memutuskan kembali ke AC Milan pada musim 2013/2014. Semusim bersama Milan, sebelum pulang kampung ke Brasil, ia tampil 37 kali dan mencetak sembilan gol.
Fernando Torres
Berseragam Liverpool, Torres dikenal sebagai penyerang ulung. Dalam 142 pertandingan, selama empat musim berseragam The Reds, Torres mencetak 81 gol.
Penampilan apik pemain asal Spanyol ini mengundang minat Chelsea untuk meminangnya. Walhasil, pada bursa transfer musim dingin 2010/2011, ia diboyong ke Stamford Bridge. Banderolnya waktu itu 50 juta Pounds.
Setengah musim pertama di Chelsea, ia tampil 18 kali dan mencetak satu gol. Musim berikutnya, ia mendapat kesempatan tampil lebih banyak. Namun, torehan golnya tetap tak seperti yang diharapkan.
Sepanjang berseragam The Blues, ia bermain 172 kali dan 'hanya' mencetak 45 gol. Rataan golnya jauh lebih buruk dibanding ketika ia bermain di Liverpool.
Pada musim 2014/2015, Torres dipinjamkan ke AC Milan dan Atletico Madrid. Kemudian, pada 2016/2017, ia resmi pulang ke Atletico Madrid.
Disadur dari: Bola.net (Dendy Gandakusumah/Serafin Unus Pasi, published 16/11/2020)