Bola.com, Jakarta - Deretan pemain muda Indonesia penuh talenta dari masa ke masa menjadi pesona tersendiri. Satu diantaranya ada pada sosok Yandi Sofyan Munawar, pemain asal Garut, Jawa Barat yang pernah berkarier di luar negeri.
Yandi Sofyan sempat digadang-gadang sebagai pemain hebat masa depan Indonesia, karena sejak masih junior sering ditempa di beberapa klub, bahkan di luar Indonesia. Hingga gerbang klub profesional mengantarkannya ke Arema, Persib Bandung, dan Bali United.
Dalam perjalanannya menuju level pemain profesional, adik dari Zaenal Arif ini cukup kenyang pengalaman di luar negeri. Yandi Sofyan pernah mengenyam pengalaman di negara Uruguay bersama program SAD, klub Belgia SC Vise, dan Brisbane Roar di Australia.
Banyak ilmu baru atau pengalaman yang ia dapatkan selama belajar di sejumlah negara. Hal itu ia ceritakan dalam channel YouTube Bobotoh TV, melalui program acara Ngoper Persib Pisan belum lama ini.
Pria 28 tahun ini mengaku cukup lama menimba ilmu bersama SAD di Uruguay. Yakni selama tiga setengah tahun. Bahkan ia pernah punya pengalaman menarik saat secara tidak sengaja bertemu pemain besar Uruguay dan striker Manchester United, Diego Forlan.
"Sebenarnya pertama di Uruguay tahun 2007 saat masih 16 tahun dan ketemu Diego Forlan. Ketemunya di money changer. Kebetulan dari hotel keluar naik sepeda mau tukar uang, ketemu Forlan. Sayangnya saya tidak bawa handphone waktu itu," kenang Yandi.
"Dari Uruguay ke Belgia, sempat main di Arema enam bulan dan ke Belgia hingga Australia setelah berunding dengan keluarga. Saya sendiri yang punya pertimbangan memilih ke Australia, karena saat di Arema saingannya banyak seperti Greg Nwokolo, Beto Goncalves, dan Christian Gonzales," ungkapnya.
Saksikan Video Pilihan Kami:
Tinggal Sendiri di Australia
Salah satu pencapaian karier Yandi Sofyan paling apik adalah pernah bermain di Liga Australia bersama Brisbane Roar di tahun 2013. Selama satu musim dirinya bermain untuk Brisbane dan ada kenangan tersendiri baginya.
Yakni di awal-awal kedatangannya, Yandi harus hidup sendiri di sebuah apartemen yang jauh dari keluarganya. Seluruh kegiatan harus ia kerjakan sendiri, termasuk aktivitas pulang pergi ke tempat latihan timnya.
"Di Brisbane Roar sempat tinggal sendirian. Bahkan pada hari-hari pertama saya telepon kakak saya. Karena apartemen sedikit kurang nyaman, disampaikan ke pengurus untuk lebih diperhatikan tempat tinggalnya," tuturnya.
"Akhirnya pindah ke tempat tinggal yang baru dan nyaman sampai karier di Brisbane selesai. Lebih luas dan nyaman".
Kendati demikian, dirinya mengaku mendapat banyak pengalaman selama berada di Australia. Terutama perbedaan yang mencolok dari kultur dan kualitas atlet sepak bola dari negaranya sendiri Indonesia.
"Perbedaan cukup jauh, fasilitas pasti, kemudian soal nutrisi, di sana diperhatikan betul oleh ahli nutrisinya. Memang tidak bohong, karena sangat berpengaruh. Tapi tidak bisa disalahkan juga, karena kultur yang ada di negara kita," jelas Yandi Sofyan.
Sumber: Channel YouTube Bobotoh TV
Baca Juga
BRI Liga 1: Mazola Junior Klaim PSS Sleman Makin Kuat di Putaran Kedua, Ini Alasannya
Stadion Nasional Dipakai Konser, Timnas Singapura Terpaksa Geser ke Jalan Besar di Semifinal Piala AFF 2024: Kapasitas Hanya 6 Ribu Penonton
Gelandang Newcastle United Bantah Punya Darah Negeri Jiran, Minta Jangan Dihubungkan Lagi dengan Timnas Malaysia