Bola.com, Malang - Suporter sepak bola Tanah Air bakal mendapat hiburan sembari menunggu kompetisi Shopee Liga 1 2020 dilanjutkan pada Februari 2021. Hiburan ini bukan berupa pertandingan atau turnamen pramusim, melainkan film berjudul "Darah Biru Arema 2, Satu Jiwa untuk Indonesia".
Film tersebut menceritakan tentang suporter Arema FC, Aremania. Rencananya, film itu diputar serentak di bioskop Tanah Air pada 26 November 2020.
Sebenarnya film itu sudah diputar di bioskop pada 2018. Namun, saat itu pemutarannya hanya di Malang. Dua tahun berlalu, karya ini mendapat kesempatan diputar secara nasional. Jadi, fans Arema dan suporter lain di berbagai daerah bisa menikmatinya.
Saat ini bioskop juga sudah mulai beroperasi setelah tutup selama beberapa bulan akibat pandemi virus corona.
Jadi, film yang disutradarai oleh Taufan Agustyan itu sekaligus bisa jadi pelampiasan ketika suporter kini tak bisa menyaksikan pertandingan langsung di stadion.
“Ada pesan yang ingin disampaikan dalam film ini. Menurut saya, ceritanya bukan fiksi. Tapi juga ada dokumenternya,” kata media officer Arema, Sudarmaji.
Pemain muda Arema FC, Vikrian Akbar Fathoni juga meyakini film ini bakal dinantikan fans Singo Edan. “Seperti slogannya, Aremania ada di mana-mana. Film ini pasti jadi hiburan ketika kompetisi tidak berjalan,” jelas pemain jebolan Akademi Arema ini.
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini
Ada Unsur Komedi, Kesedihan, dan Cerita Keseharian
Para pemain dan ofisial Arema FC pernah menyaksikan film ini di Malang pada 2018. Ada unsur komedi, kesedihan, dan cerita keseharian Aremania di film tersebut.
Film ini juga menggambarkan kehidupan Aremania yang merantau ke Kalimantan. Sayangnya, tim Arema saat ini meliburkan pemainnya hingga akhir November, sehingga belum ada rencana melakukan nobar film ini lagi.
Namun, tim Singo Edan mengapresiasi perjuangan Aremania untuk bisa memberikan dukungan langsung di tribune stadion.
Sebenarnya film ini merupakan karya kedua dari pegiat film di Malang. Karya pertama, Darah Biru Arema diputar pada 2014. Saat itu hanya berupa film pendek dan pemutarannya di gedung kampus hingga beberapa daerah seperti layar tancap. Animo Aremania terhadap film ini sangat tinggi sehingga dibuat karya kedua.