Kisah Jatuh Bangun M. Fakhrudin, di Antaranya Gaji Tertunggak 6 Bulan di Deltras

oleh Abdi Satria diperbarui 25 Nov 2020, 15:00 WIB
Beny Wahyudi berfoto bersama Purwaka Yudi, Ponaryo Astaman, dan Fakhrudin. (Bola.com/Iwan Setiawan)

Bola.com, Makassar - Sosok M. Fakhrudin mengkilap bersama Arema Indonesia dengan raihan trofi juara Liga Super Indonesia 2009/2010. Bersamaan dengan suksesnya itu, ia pun populer dengan aksi selebrasi 'goyang gergaji' usai mencetak gol ke gawang lawan.

Di klub asal Malang itu juga, M. Fakhrudin bisa bertahan selama dua musim beruntun. Selebihnya, ia selalu berpindah klub setiap akhir musim. Sebagai pemain yang terbilang lama berkarier di sepak bola profesional yakni 17 tahun, Fakhruddin juga pernah mengalami jatuh bangun di sepak bola.

Advertisement

Kali pertama ia mengalaminya ketika meninggalkan Arema untuk bergabung di tim kota kelahirannya, Deltras Sidoarjo jelang musim 2011/2012. Ketika itu, manajemen Deltras meminta langsung ke Iwan Budianto, CEO Arema untuk memakai jasanya.

Sayang, saat bergabung di Deltras, kondisi keuangan klub goyang. Gajinya pun tertunggak selama enam bulan dan belum terbayarkan sampai sekarang.

"Tapi, sebagai pemain profesional saya tetap fokus pada penampilan di lapangan. Karena saya mencintai sepak bola dan menjadikannya bagian penting dalam hidup saya," ujar M. Fakhrudin dalam channel YouTube Omah Balbalan.

Kesabaran M. Fakhrudin berbuah hasil yang baik. Jelang musim 2012/2013, manajemen Sriwijaya FC mengajukan tawaran kontrak yang lebih besar dari apa yang didapatkan sebelumnya. "Saya pun ke Sriwijaya. Tapi, seperti sebelumnya, saya hanya bertahan satu musim di sana," terang pria kelahiran 14 April 1982.

Saksikan Video Pilihan Kami:

2 dari 2 halaman

Bisnis Kuliner

M. Fakhrudin mendapat pelukan dari rekan setimnya saat masih memperkuat Persik. (Bola.com)

Pengalaman kedua terjadi ketika M. Fakhrudin berkostum Persiku Kudus pada musim 2015. Konfrontasi antara PSSI dengan Pemerintah yang diwakili oleh Menpora Imam Nahrawi berujung pada penghentian kompetisi serta sanksi dari FIFA.

Ditengah kevakuman itu, Fakhrudin sempat menggeluti bisnis kuliner dengan menyediakan makanan siap saji berbahan kepiting dan udang. Dia menjajakan bisnis makanannya itu menggunakan mobil Honda Jazz miliknya.

"Saat itu, saya tidak pernah memikirkan penghasilan lain kecuali sepak bola. Tapi, ketika kompetisi terhenti, sebagai kepala keluarga saya harus punya penghasilan. Kebetulan di Sidoarjo banyak tambak. Saya pun berbisnis kuliner kepiting dan udang," terang M. Fakhrudin.

Menurut M. Fakhrudin, sebenarnya, bisnisnya itu cukup menjanjikan. Tapi, kecintaannya pada sepak bola membuatnya kembali ke lapangan hijau saat sanksi FIFA dicabut dan kompetisi kembali bergulir.

Terakhir, setelah memperkuat Persida Sidoarjo, M. Fakhruddin memutuskan pensiun sebagai pemain dan menekuni ilmu kepelatihan. "Saya sulit lepas dari sepak bola yang saya cintai," pungkas Fakhruddin.

 

Sumber: channel YouTube Omah Balbalan