Bola.com, Jakarta - Penyerang muda Indonesia, Bagus Kahfi, untuk sementara harus mengubur impiannya merajut karier di Eropa. Bagus urung bergabung dengan FC Utrecht, karena tak mendapat izin dari Barito Putera.
Sebelumnya, Utrecht telah memberikan tenggat waktu hingga Jumat (27/11/2020) kepada Barito Putera untuk melepas Bagus Kahfi. Namun, tim asal Banjarmasin itu tidak memberikan respons lanjutan hingga Jumat malam WIB.
Perwakilan Mola TV selaku penggagas Garuda Select, program tempat Bagus Kahfi menimba ilmu selama dua tahun terakhir, Mirwan Suwarso mengatakan bahwa Utrecht telah menarik ketertarikannya terhadap sang pemain.
"Utrecht baru saja menarik penawaran mereka karena tidak ada respons dari Barito Putera," kata Mirwan ketika dihubungi Bola.com, Jumat (27/11/2020).
Dengan begitu, Bagus Kahfi kemungkinan bakal kembali ke Barito Putera. Bomber berusia 18 tahun itu masih terikat kontrak hingga akhir tahun depan.
Gagal bergabung dengan FC Utrecht membuat Bagus Kahfi merasa sangat kecewa. Striker Timnas Indonesia U-19 itu pun menumpahkan kekesalannya lewat akun Instagram pribadinya @baguskahfiii.
"Karena hal yang saya tidak mengerti, mimpi saya harus terhenti. Janji, janji, janji. Sayang kali ini tidak berarti," tulis Bagus Kahfi.
Keputusan Barito Putera untuk tak mengizinkan Bagus Kahfi bergabung ke FC Utrecht menuai kecaman, satu di antaranya datang dari Direktur Teknik Garuda Select, Dennis Wise.
"Barito Putera, Anda telah mengecewakan Bagus Kahfi karena menghentikannya untuk mewujudkan mimpinya di sepak bola Eropa," tulis eks gelandang Chelsea itu.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Gabungan dari 3 Klub Berbeda
FC Utrecht merupakan satu di antara klub termuda di Belanda dan Eropa. Klub yang bermarkas di Stadion Galgenwaard tersebut resmi terbentuk pada 1 Juli 1970 atau 50 tahun silam.
FC Utrecht bermula dari usulan pemerintah kota Utrecht untuk menggabungkan VV DOS, Velox, dan USV Elinkwijk pada akhir 1960an. Hal tersebut bertujuan agar kota Utrecht memiliki klub yang kuat dan terus berlaga di level teratas Liga Belanda.
Dari ketiga klub tersebut VV DOS adalah yang terbesar dan memiliki prestasi. Bahkan, DOS berhasil menjuarai Eredivisie musim 1957/1958. Namun akibat salah urus, VV DOS mengalami kemunduran dan nyaris bangkrut.
Adapun Velox dan USV Elinkwijk lebih sering berlaga di kasta terbawah. Meski sempat mendapat penolakan dari Velox dan USV Elinkwijk, merger ketiga klub pun akhirnya terjadi, dan FC Utrecht resmi terbentuk pada 1 Juli 1970.
Bert Jacobs yang masih berusia 29 tahun ditunjuk sebagai pelatih pertama FC Utrecht. Jacobs didampingi asisten pelatih Fritz Korbach yang masih berusia 24 tahun.
Sejak saat itu, FC Utrecht selalu berlaga di Eredivisie dan tak pernah terlempar ke kasta kedua. Meski begitu, mereka belum mampu merengkuh titel juara Liga Belanda sejak pertama kali didirikan.
Berdasarkan data dari Transfermarkt, prestasi terbaik FC Utrecht di Eredivisie adalah peringkat ketiga pada musim 1980/1981 dan 2000/2001. Kendati belum pernah menjuarai liga, FC Utrecht sukses merengkuh tiga trofi KNVB Cup, yakni pada musim 1984/1985, 2002/2003, dan 2003/2004.
Batu Lonjatan
FC Utrecht tak seperti tim-tim elite Belanda lainnya, yakni Ajax Amsterdam, Feyenoord, ataupun PSV Eindhoven yang kerap melahirkan pemain-pemain top dunia. Meski begitu, Utrecht beberapa kali menjadi batu lanjutan bagi pesepak bola menuju kesuksesan, satu di antaranya adalah Dirk Kuyt.
Kuyt mengawali karier profesionalnya bersama FC Utrecht ketika berusia 18 tahun. Penyerang asal Belanda itu digaet Utrecht dari klub amatir Quick Boys pada 1998. Sejak saat itu, Dirk Kuyt menjadi sosok penting di lini serang FC Utrecht.
Pria yang kini berusia 40 tahun tersebut sukses mendulang 56 gol dan 24 assist dari 174 penampilan di seluruh ajang bersama Utrecht. Dia juga turut membantu Utrecht menjuarai KNVB Cup 2002/2003.
Penampilan gemilang Dirk Kuyt membuatnya diincar Feyenoord. Sang pemain pun akhirnya bergabung dengan Feyenoord pada musim panas 2003. Selain Feyenoord, Kuyt juga pernah membela Liverpool, Fenerbahce, dan tentu saja Timnas Belanda.
Nama pesepak bola top lainnya yang juga merintis kariernya bersama FC Utrecht adalah Dries Mertnes. Striker asal Belgia itu membela Utrecht dari 2009 sampai 2011.
Selama dua musim berseragam klub berjulukan Domstedelingen itu, Mertens berhasil mendulang 21 gol dari 86 penampilan di seluruh ajang. Pasca-hengkang dari FC Utrecht pada Juni 2011, Dries Mertnes bergabung ke PSV Eindhoven dan kini membela Napoli.
Dua Pemain Timnas Indonesia
FC Utrecht juga ternyata punya kedekatan dengan pemain Indonesia. Irfan Bachdim dan Stefano Lilipaly tercatat pernah menimba ilmu di akademi FC Utrecht dan menjadi bagian dari tim senior.
Irfan Bachdim lebih dulu mengawali karier junior bersama FC Utrecht pada 2003-2007. Kemudian Irfan mendapatkan kesempatan tampil bersama tim senior sampai 2009.
Sayangnya, Irfan hanya mencatatkan satu penampilan di FC Utrecht. Kemudian, sang pemain dicampakkan begitu saja hingga hengkang ke klub lain.
"Sewaktu di Belanda, saya bermain sepak bola dan masuk FC Utrecht dan bermain satu pertandingan di Eredivisie. Habis musim itu, pelatih diganti dan pelatih baru tidak suka sehingga saya turun ke liga 2 di sana," kenang Irfan Bachdim.
Setelah Irfan Bachdim, giliran Stefano Lilipaly yang bergabung dengan FC Utrecht pada 2001. Selama sembilan tahun Stefano menempa ilmu sepak bola di akademi klub Belanda itu.
Pada 2010, Stefano berhasil menembus skuat senior FC Utrecht. Namun, kariernya hanya berlangsung sesaat dan Stefano Lilipaly mencatatkan lima penampilan dan mencetak satu gol untuk FC Utrecht.