Kisah Penghuni Asrama di Tanah Rantau Bertahan Menghadapi Pandemi COVID-19

oleh Alfi Yuda diperbarui 30 Nov 2020, 20:40 WIB
Asrama Merapi Singgalan dan Bundo Kanduang. (Bola.com/Alfi Yuda)

Bola.com, Jakarta - Pandemi virus corona COVID-19 mengubah banyak perilaku di berbagai aspek kehidupan masyarakat. Meski begitu, pandemi COVID-19 bukan menjadi alasan untuk tidak bisa melakukan berbagai kegiatan.

Hal itu dapat terlihat di Asrama Mahasiswa Merapi Singgalang dan Bundo Kanduang Sumatra Barat, Yogyakarta.  

Advertisement

Seperti diketahui, pemerintah menerapkan imbauan pada warga untuk mengurangi aktivitas di luar rumah. Bekerja, belajar, dan beribadah dari rumah saja untuk memutus mata rantai penularan virus SARS-CoV-2 yang menyebabkan COVID-19.

Di masa awal pandemi masuk ke Indonesia, sekitar awal Maret 2020, banyak penghuni kedua asmara tersebut memilih meninggalkan Yogyakarta dan kembali ke daerah asal. Namun, ada pula yang memutuskan bertahan di asmara, dengan berbagai pertimbangan.

Sebagai pengenalan, Asrama Mahasiswa Merapi Singgalang atau Mersi merupakan tempat bernaung putra daerah Minang (Sumatra Barat). Sedangkan, Asrama Mahasiswa Bundo Kanduang (BK) juga tempat bernaung putri, dari daerah yang sama.

Selain berfungsi sebagai tempat tinggal, asrama berfungsi sebagai tempat pembentukan karakter agar para penghuni bisa menjadi pribadi yang lebih baik.

Saat Bola.com menyambangi kedua asrama tersebut belum lama ini, kondisi kedua asrama terlihat sepi.

Kondisi Asrama Merapi Singgalang. Bola.com/Alfi Yuda)

Asrama Mersi yang berlokasi di Karangwaru, Tegalrejo, Kota Yogyakarta, mampu menampung sekitar 40 mahasiswa. Sedangkan asrama BK, yang berlokasi di Jalan Bintaran Tengah, Wirogunan, memiliki kapasitas 30 orang.

Namun, saat ini masing-masing dari kedua asrama itu hanya berisi sekitar 50 persen saja. Di Asrama Mersi sekitar 15 penghuni dan di Asrama BK ada 10 mahasiswi.

"Dalam situasi ini banyak penghuni memilih pulang ke daerah masing-masing. Mereka yang pulang rata-rata karena ingin dekat dengan keluarga, ada pula yang ingin mengurangi pengeluaran, serta karena sistem perkuliahan yang bersifat daring," jelas Adam Tossari, pengurus sekaligus satu di antara penghuni Asrama Mersi, Sabtu (28/11/2020).

"Alhamdulillah, sebagian dari kami yang bertahan di asrama masih diberi kesehatan," tambahnya.

Menurut Adam, pandemi COVID-19 menjadi momentum meningkatkan rasa kebersamaan dan mempererat tali persaudaraan.

"Mungkin peristiwa ini menjadi satu di antara kenangan berharga dan tak bisa dilupakan. Dalam menghadapi situasi yang kacau balau, kami yang bertahan di asrama mampu menghadapinya, walau banyak rintangan yang dilewati," ungkap mahasiwa Universitas Negeri Yogyakarta itu.

Mencuci tangan di Asrama Bundo Kanduang. (Bola.com/Alfi Yuda)

Hal serupa juga dirasakan di Asrama BK. Delvira Reza, satu di antara penghuni Asrama BK mengungkapkan kendati suasana di asrama terbilang sepi, para penghuni tetap bahagia.

Kedua asrama tersebut menjelaskan tetap mengizinkan para penghuni untuk melakukan aktivitas seperti biasa, namun dengan protokol kesehatan seperti imbauan pemerintah.

Protokol yang rutin dilakukan, seperti mencuci tangan sebelum masuk asrama dan memakai masker ketika berada di luar lingkungan asrama. Secara berkala, mereka juga mendapat jatah pelayanan penyemprotan diisinfektan secara berkala.

"Selain membatasi aktivitas, asrama juga tidak menerima tamu dari luar," tambah Zamrathul Halim, penghuni Asrama Mersi yang menempuh kuliah di Universitas Teknologi Yogyakarta (UTY).

Jauh di tanah rantau, dalam kondisi pandemi COVID-19, memang tak mudah. Selain sudah rindu keluarga dan seluruh kebiasaan di rumah, asa untuk pulang ke rumah dalam waktu dekat masih tak pasti seiring kasus positif COVID-19 yang belum menunjukkan tanda penurunan.

Kondisi seperti ini tak lepas dari perhatian pemerintah dari level terendah, pihak kampus, hingga warga sekitar asrama. 

Pada April dan Mei lalu, Asrama Mersi dan BK memperoleh bantuan sembako dari berbagai pihak. Mereka juga mendapatkan alat kesehatan berupa thermogun, masker, hingga hand sanitizer.

"Bantuan tersebut berguna sekali. Kami tak perlu mengeluarkan banyak biaya untuk makan sehari-hari. Ada keberkahan selama pandemi COVID-19 selama kami tinggal di asrama," ujar Adam.

Bantuan tersebut didistribusikan melalui Kementerian Sosial (Kemensos), Pemprov DIY, Pemerintah Kota (Pemkot) Yogyakarta, Perantau Minang yang ada di Yogyakarta, pihak kampus, pihak aparat, dan masyarakat di lingkungan asrama.

2 dari 3 halaman

Bantuan dari Berbagai Pihak

Aktivitas berkebun di Asrama Merapi Singgalang. (Bola.com/Alfi Yuda)

Perhatian yang besar dari berbagai kalangan itu membuat para penghuni asmara merasa 'tak sendirian' di tanah rantau. Mereka bisa fokus menjaga kesehatan dan imun tubuh agar tidak rentan terpapar virus corona sambil menunggu kesempatan untuk pulang melepas kerinduan dengan keluarga di rumah.

Maklum, sudah lebih dari delapan bulan lamanya mereka bertahan di asrama.

Bicara aktivitas, lantaran banyak aktivitas yang dilakukan di dalam asrama atau di kompleks asrama, para penghuni melakukan berbagai hal untuk menghilangkan rasa jenuh.

Hal itu juga dilakukan agar penghuni terbebas dari stres yang justru bisa berdampak pada sistem imunitas.

"Di BK, untuk menghilangkan stres akibat pandemi, kami melakukan hal-hal yang bisa membuat imunitas tubuh tetap terjaga. Salah satunya, kami kerap mengadakan kegiatan masak bersama," kata Reza kepada Bola.com.

Sementara di Asrama Mersi, para penghuni yang masih tinggal di asrama mengatasi kejenuhan dengan melakukan berbagai aktivitas, seperti olahraga tenis meja, menyewa konsol gim, hingga berkebun.

3 dari 3 halaman

Protokol untuk Penghuni Asrama yang Akan Kembali

Aplikasi Kuliah Lagi. (Photo on kuliahlagi.jogjakota.go.id, Bola.com/Alfi Yuda)

Kini, seiring wacana beberapa kampus kembali menerapkan perkuliahan tatap muka mulai awal tahun 2021, beberapa penghuni asrama sudah menyiratkan tanda-tanda akan kembali.

Hanya, lantaran masih dalam situasi pandemi, pihak Asrama Mersi dan BK memberlakukan beberapa protokol kepada para penghuni asrama yang balik ke Yogyakarta.

Nantinya, para penghuni asrama ini tidak begitu saja masuk ke asrama. Mereka harus menjalankan beberapa prosedur yang telah diterapkan dalam rangka pengendalian penyebaran COVID-19.

Pihak asrama berkoordinasi dengan pihak RT/RW setempat dan pemerintah kota Yogyakarta akan mendata lagi mahasiswa yang kembali ke Yogyakarta. 

Setiap penghuni asrama wajib yang baru kembali, diharuskan mengisi data yang bisa diakses melalui situs kuliahlagi.jogjakota.go.id.

Adapun persyaratan lain, seperti melampirkan surat tes rapid atau tes swab yang dilakukan di daerah asal. Lalu, menunjukkan bukti tersebut ke kepala Asrama pada saat kembali ke Kota Yogyakarta.

Untuk info lebih detailnya, bisa akses kuliahlagi.jogjakota.go.id. 

Seluruh penghuni Asrama Mersi dan BK berharap, rekan-rekan mereka yang kembali ke Kota Gudeg mematuhi prosedur tersebut demi kenyamanan bersama.

Selama ini, para penghuni yang bertahan di asmara berupaya sekuat tenaga untuk menjauhkan virus corona dari lingkungan asrama, dan upaya itu sejauh ini terbukti berhasil.

"Harapannya, setidaknya patuh dengan protokol kesehatan, seperti harus tes swap atau rapid. Pastikan kesehatan terjaga supaya kita semua yang tinggal di asrama bisa nyaman dan bebas dari virus corona. Dan satu lagi, jangan lupa bawa oleh-oleh ya!" kata Yudri Arbi, mahasiwa Janabadra, mewakili rekan-rekannya di Asrama Mersi. 

Berita Terkait