Bola.com, Makassar - Proses pembongkaran markas PSM Makassar, Stadion Mattoangin, berjalan sesuai tahapan yang dijadwalkan Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan. Dimulai pada 21 Oktober lalu, kini mayoritas bangunan stadion bersejarah di Makassar itu sudah rata dengan tanah.
Rencananya, pada Januari 2021 akan dilakukan groundbreaking sebagai penanda pembangunan stadion yang diprediksi bakal berjalan selama 18 bulan tersebut.
Kalangan suporter PSM menghargai komitmen Gubernur Sulsel, Nurdin Abdullah, dan jajarannya dalam melaksanakan proyek pembangunan stadion yang nantinya bakal jadi markas tim Juku Eja.
Menurut Sul Daeng Kulle, Presiden Red Gank, suporter PSM berharap dalam 18 bulan ke depan, Stadion Mattoangin yang nantinya tak lagi memiliki lintasan lari itu sudah bisa dipergunakan. Artinya, PSM hanya dua musim berstatus tim musafir.
"Bagi kami Stadion Mattoangin yang baru nanti bukan hanya sekadar ikon, tapi juga mewakili harga diri Makassar yang pernah melahirkan puluhan pemain andal yang berkiprah di tim nasional Indonesia," ujar Sul Daeng Kulle kepada Bola.com, Kamis (3/12/2020) pagi.
Sul Daeng Kulle menegaskan suporter PSM tak ingin pembangunan Stadion Mattoangin mengalami nasib sama dengan Stadion Barombong yang saat ini terhenti pengerjaannya. Itulah mengapa, Red Gank sengaja membentuk tim khusus untuk mengawal proses pembangunan Stadion Mattoangin.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Aktif di Media Sosial
Setiap pekan, tim tersebut ditugaskan mengambil gambar untuk dokumentasi sekaligus disebarkan lewat media sosial seperti Instagram, Facebook, Twitter, dan YouTube.
"Sejauh ini cara yang kami lakukan terbukti efektif. Di mana proses pembangunan berjalan sesuai jadwal. Tentu, hal ini tak lepas dari komitmen tinggi dari Pemprov Sulsel," papar Sul Daeng Kulle.
Hal senada dikatakan Andi Coklat, mantan Jenderal Lapangan The Macz Man. Menurut Coklat, kalangan suporter PSM sangat antusias mengikuti perkembangan pembangunan Stadion Mattoangin. Apalagi mereka telah disuguhi gambar dan video maket stadion yang terbilang mewah dengan kapasitas 40.000 kursi.
"Sudah waktunya PSM memiliki markas yang tak kalah dengan tim besar lainnya. Pembongkaran stadion yang sesuai jadwal menumbuhkan rasa optimistis suporter bahwa tak lama lagi Makassar memiliki stadion dengan standar internasional," ungkap Coklat.
Memaklumi Kegagalan PSM Meraih Lisensi AFC
Stadion berstandar internasional memang sangat dibutuhkan PSM yang berstatus tim musafir pada Liga Super Indonesia 2014, karena Stadion Mattoangin tak memenuhi kriteria kelayakan.
Ketika itu, Tim Juku Eja memilih Stadion Gelora Bung Tomo Surabaya sebagai markas sementara. Alhasil, tak hanya dana yang terkuras untuk operasional, penampilan tim juga menukik tajam, karena tidak mendapat dukungan optimal dari suporter fanatiknya.
Di era Liga 1, PT Liga Indonesia Baru memberi toleransi kepada PSM untuk menggunakan Stadion Mattoangin. Tetapi di level AFC Cup, PSM terpaksa menjamu lawan di Stadion Pakansari Bogor dan Stadion Madya.
Dalam satu partai home, manajemen harus mengeluarkan dana minimal Rp500 juta untuk tiket pesawat, hotel, sewa stadion, izin keramaian dan lain-lain.
Itulah mengapa Coklat memaklumi kegagalan PSM lolos club lisensing AFC sehingga kehilangan kesempatan mewakili Indonesia di Piala AFC 2021. Dimata Coklat, ditengah situasi sulit akibat kompetisi terhenti dan pandemi COVID-19, langkah manajemen yang terkesan setengah hati mengikuti club lisensing AFC adalah hal yang normal.
Apalagi CEO PSM, Munafri Arifuddin tengah fokus mengikuti Pilkada 2020 sebagai calon Walikota Makassar. "Bersaing di Pilkada kan tentu butuh biaya yang besar," pungkas Coklat.