Bola.com, Jakarta Pandemi COVID-19 membuat pelik kondisi persepakbolaan Indonesia, termasuk yang dialami PSS Sleman. Rencana menggulirkan kompetisi terhambat oleh wabah virus Corona yang belum reda.
Alhasil klub harus menanggung kerugian yang tidak sedikit, untuk menutup biaya operasional.
PSS Sleman memiliki cara dan kebijakan tersendiri, setidaknya dapat mengerem kerugian demi kerugian. PSS dan seluruh klub peserta Shopee Liga 1 mengklaim mengalami kerugian setelah kompetisi ditangguhkan.
Membayar gaji pemain dan biaya operasional lainnya, menjadi beban keuangan yang harus ditanggung. Di sisi lain vakumnya kompetisi berarti tidak ada pemasukan bagi klub, termasuk pendapatan dari penonton.
Direktur keuangan PSS Sleman, Andy Wardhana Putra, baru-baru ini memberikan gambaran mengenai kondisi di timnya dalam tayangan YouTube PSS TV. Ia mengatakan PSS terus berinovasi meski dalam kondisi krisis akibat pandemi COVID-19.
"Berkaca pada pengalaman sebelumnya, dengan adanya vakumnya kompetisi. Tapi di sisi lain dengan atau tidak adanya kompetisi, denyut nadinya PSS Sleman tetap hidup. Di sisi lain juga wajib berbenah membuat tim ini menjadi lebih baik," ungkap Andy Wardhana.
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini
Potensi Besar
Menurutnya, PSS tetap memiliki potensi yang cukup besar, meskipun kondisi persepakbolaan Indonesia belum jelas. Satu diantaranya adalah basis masa suporter besar yang dimiliki tim Elang Jawa (julukan PSS).
Setiap PSS melakoni laga kandang di Stadion Maguwoharjo, PSS seperti tidak kalah dukungan. Puluhan ribu fans PSS nyaris selalu memadati stadion dan menjadi keunggulan tersendiri bagi PSS.
"Lingkungan di PSS punya potensi yang bisa dikembangkan. Misalnya dari sisi suporter serta UMKM yang bekerja sama, bila bersinergi dengan baik, optimisme bakal semakin berkembang," jelas Andy Wardhana.