Bola.com, Makassar - Aksi Anwar Liko sebagai bek tangguh PSM Makassar sempat mewarnai kompetisi sepak bola Indonesia pada periode 1990-an. Meski kariernya sebagai pemain terbilang pendek, pria kelahiran Maros, 12 Januari 1971 ini menjadi pilar utama saat Juku Eja meraih trofi juara pada Piala Perserikatan 1991/1992.
Ia melakoni peran sama semusim kemudian dengan membawa PSM Makassar menembus final sebelum takluk di tangan Persib Bandung. Di era Liga Indonesia, Anwar masuk dalam skuad PSM saat menjadi runner-up edisi 1995-1996.
Kecelakaan lalu lintas yang menimpanya pada 1997 membuatnya tak lagi tampil optimal di lapangan hijau. Ia memilih fokus pada pekerjaannya sebagai karyawan pada sebuah bank swasta nasional yang dilakoninya sejak 1995.
Membawa PSM Makassar juara Perserikatan 1992 menjadi momen paling berkesan dalam hidup Anwar. Karena bukan hanya berhasil mewujudkan impiannya sejak kecil. Tapi, juga membuat orangtua dan masyarakat Kabupaten Maros bangga dengan suksesnya itu.
"Meski sudah lama pensiun sebagai pemain, masih banyak warga Maros yang masih mengenal saya," ungkap Anwar kepada Bola.com, Rabu (9/12/2020) siang.
Anwar mengaku sudah merenda asa itu ketika pertama kali diajarkan mengolah si kulit bundar oleh Liko, ayahnya yang juga pelatih di tim amatir Hasanuddin Putra Mandai Maros. Saat itu, Anwar masih duduk di bangku kelas tiga sekolah dasar.
"Kemampuan saya berkembang secara alami sesuai standar di kampung. Dulu, ilmu kepelatihan tidak sebaik sekarang. Fisik dan stamina saya juga ditempah di luar lapangan," kenang Anwar.
Anwar sudah dihadapkan pada kehidupan yang keras sejak kecil. Setiap hari, ia wajib membagi waktunya membantu ayahnya di sawah. Setelah Salat Subuh, Anwar sudah menuju ke sawah untuk membajak dan mencangkul. Ketika tiba waktu ke sekolah, ia segera berkemas untuk menuntut ilmu. Sepulang sekolah dan makan siang, Anwar kembali ke sawah dan kemudian berlatih sepak bola pada sore hari.
"Itu yang saya lakukan setiap hari sampai akhirnya terpilih masuk Diklat PPLP di Makassar," terang Anwar.
Peruntungan Anwar di sepakbola mulai terbuka ketika ia mewakili Maros mengikuti kejuaraan antar pelajar se Sulawesi Selatan. Dari ajang itu, ia terpantau untuk mengikuti seleksi masuk Diklat PPLP yang dikelola Dispora Sulsel. "Berkat PPLP pula, saya pertama kali merasakan naik pesawat ketika mengikuti kejurnas di Semarang."
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini
Jadi Pemain PSM
Anwar tercatat tiga tahun menimba ilmu pendidikan formal sekaligus latihan berjenjang untuk meningkatkan kemampuannya sebagai pemain. Selepas dari Diklat PPLP Makassar, Anwar diajak bergabung bersama Indonesia Muda, sebuah tim amatir yang berkiprah di kompetisi internal PSM.
Ia langsung menyetujuinya. Selain lokasi latihan klub itu berada di perbatasan Maros-Makassar, Anwar harus menjadi pemain klub internal PSM bila ingin berstatus pemain Juku Eja.
Tak lama setelah berkiprah di kompetisi internal PSM, nama Anwar terpantau untuk mengikuti seleksi pemain Juku Eja. "Saya mengikuti seleksi tahap awal yang jumlahnya mencapai 400 pemain. Sementara pemain senior yang sudah membela PSM musim sebelumnya baru bergabung pada tahap akhir," tutur Anwar.
Perjuangan Anwar untuk menembus skuad PSM tak mudah. Setiap hari, ia dua kali bolak-balik Maros-Makassar yang berjarak 35 km untuk mengikuti tahapan seleksi di Lapangan Karebosi.
"Jadi setiap hari saya harus menempuh jarak ratusan kilometer demi mewujudkan mimpi menjadi pemain PSM," papar Anwar.
Selain ketatnya persaingan antarpemain, seleksi juga terbilang ketat karena prosesnya diawasi langsung oleh tim yang dihuni eks bintang PSM, pelatih dan akademisi, di antaranya Adib Rani, Nursalam dan Anwar Ramang.
Hasil seleksi awal kemudian diserahkan ke tim pelatih definitif yang dikoordinir Syamsuddin Umar. Setelah mengikuti tahapan seleksi yang berjalan satu tahun, Anwar pun terpilih masuk skuat PSM.
"Dulu kan kompetisi Perserikatan digelar dua tahun sekali. Jadi setiap tim melakukan persiapan yang lama. Termasuk di antaranya seleksi pemain hasil pantauan kompetisi internal," ungkap Anwar.
Kerja keras Anwar akhirnya membuahkan hasil. Baru pertama kali berkostum PSM senior, ia langsung membawa Juku Eja meraih trofi juara Piala Perserikatan 1991-1992 setelah mengalahkan PSMS Medan dengan skor 2-1 pada final yang berlangsung di Stadion Gelora Bung Karno Senayan.
"Pencapaian itu terbilang mengejutkan karena PSM tak diperhitungkan juara karena sempat terseok di penyisihan wilayah," pungkas Anwar.
Baca Juga
Drama Timnas Indonesia dalam Sejarah Piala AFF: Juara Tanpa Mahkota, Sang Spesialis Runner-up
5 Wonderkid yang Mungkin Jadi Rebutan Klub-Klub Eropa pada Bursa Transfer Januari 2025, Termasuk Marselino Ferdinan?
Bintang-Bintang Lokal Timnas Indonesia yang Akan Turun di Piala AFF 2024: Modal Pengalaman di Kualifikasi Piala Dunia