Kurniawan Dwi Yulianto Buka-bukaan tentang Pengalaman Berharga Melatih Sabah FA

oleh Vincentius Atmaja diperbarui 11 Des 2020, 23:09 WIB
Kurniawan Dwi Yulianto, pelatih Sabah FA. (Bola.com/Aditya Wany)

Bola.com, Jakarta - Kurniawan Dwi Yulianto dikenal sebagai satu di antara pemain yang meraih kesuksesan, baik bersama klub maupun Timnas Indonesia. Setelah gantung sepatu, dirinya mulai menapaki tantangan baru belum berbuah kesuksesan.

Ia meniti karier sebagai pelatih, seperti menjadi asisten pelatih di Timnas Indonesia di SEA Games 2019. Belum lama ini ia juga membesut klub Liga Malaysia, Sabah FA. Dia hanya bertahan satu musim pada 2020, lantaran gagal membawa timnya ke posisi yang diharapkan.

Advertisement

Sabah FA melalui keterangan resminya mengonfirmasi penghentian kerja sama dengan pelatih Kurniawan Dwi Yulianto pada 30 November 2020. Kurniawan Dwi Yulianto kehilangan jabatannya di Sabah FA karena dianggap tidak memenuhi target yang dibebankan kepadanya.

Di bawah naungannya, Sabah FA finis di peringkat ke-10 dalam klasemen akhir Malaysia Super League 2020 atau satu garis di atas zona merah. Pria yang akrab disapa Si Kurus hanya mampu memberikan sembilan poin, hasil dari dua kali menang, tiga kali imbang, dan enam kali kalah.

Kurniawan mengaku banyak mendapat pengalaman dalam mengembangkan kemampuan melatihnya. Meski gagal memberikan prestasi menawan bagi Sabah FA, kiprahnya selama satu musim di Malaysia cukup mengasah keterampilan menangani tim.

Pengalaman berharga itu ia ceritakan dalam sebuah tayangan YouTube Sportsmagz TV yang diunggah, Rabu (9/12/2020). Ia membeberkan pengalaman yang ia dapatkan setelah untuk pertama kalinya berkarier sebagai seorang pelatih di Malaysia.

"Satu musim bersama Sabah FA kemarin adalah pengalaman yang luar biasa. Apalagi di Malaysia banyak orang bilang liga yang membosankan. Tapi setiap laga, seorang pelatih harus sering mengubah taktik," terang Kurniawan Dwi Yulianto.

"Biasa kalau ada kesalahan dan perlu melakukan pembenahan setiap saat. Apa yang jadi filosofi itu tidak selalu bisa diterapkan, tergantung tim lawan dan potensi yang ada di dalam tim sendiri," kata pria kelahiran Magelang itu.

 

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini

2 dari 2 halaman

Tidak Bisa Instan

Pelatih Sabah FA, Kurniawan Dwi Yulianto. (Bola.com/Iwan Setiawan)

Kurniawan menegaskan pelatih sama seperti layaknya pemain dalam meniti karir, harus dimulai dari bawah sejak usia dini untuk bisa bermain sepak bola secara matang. Begitu juga dengan profesi pelatih yang tidak bisa instan.

Ia menilai pelatih seharusnya memulai kariernya dengan melatih tim junior atau tingkat sekolah sepak bola (SSB). Sesuai dengan pengalaman yang ia dapatkan saat mengikuti kursus kepelatihan.

"Saya ingat betul dengan instruktur kepelatihan, bahwa tidak bisa secara instan, dimulai dari bawah sekolah sepak bola, mengatur pemain muda yang ngeyel. Beda dengan tim senior yang sudah tahu tanggung jawabnya. Harus ekstra sabar," beber Kurniawan.

"Saya masih terus belajar, tapi alangkah baiknya para pelatih sekarang memang harus dari level junior dulu. Harus bisa meng-handle pemain dengan karakter berbeda, misalnya pemain yang sulit diatur," jelas eks bomber Timnas Indonesia. 

Berita Terkait