Manchester United Vs City: Rivalitas Panjang Setan Merah dan Si Tetangga Berisik

oleh Gregah Nurikhsani diperbarui 12 Des 2020, 08:30 WIB
Manchester United vs Manchester City. (Bola.com/Dody Iryawan)

Bola.com, Jakarta - Panjang untuk merunut sejarah rivalitas Manchester United dan Manchester City. Pertemuan kedua kesebalasan tak cuma panas di dalam lapangan. Di luar lapangan pun suporter Setan Merah dan Citizens kerap terlibat cekcok mengenai siapa tim terbaik di Kota Manchester.

Padahal, saat Manchester City masih bernama West Gorton dan Newton Heath belum bergantin nama menjadi Manchester United, hubungan klub, pemain, dan suporter berjalan harmonis.

Advertisement

Pascaserangan udara yang dilancarkan tentara Nazi dari Jerman di bawah arahan Adolf Hitler, kondisi beberapa kota di Inggris tampak mengerikan. Tumpukan debu menyelimuti jalanan dan beberapa daerah industri dipenuhi puing reruntuhan bangunan.

Old Trafford pun hancur karena dibombardir oleh pesawat Jerman. Secara tak langsung, periode inilah yang menjadi awal mula kemunculan rivalitas antara dua klub besar di Manchester, Manchester United dan Manchester City.

Ketika Old Trafford direnovasi, City mengizinkan Manchester United menggunakan Stadion Maine Road untuk menjalani pertandingan kandang. Pada 1947, laga Manchester Derby pun tercatat sebagai salah satu peristiwa bersejarah dalam dunia sepak bola Inggris ketika mencatat rekor penonton terbanyak, yakni total 83.260 suporter di dalam stadion.

Akan tetapi, perlahan gesekan mulai muncul kala uang sewa stadion serta pembagian hasil penjualan tiket penonton menjadi persoalan. David Conn dalam Richer Than God: Manchester City, Modern Football and Growing Up (2014), menyebutkan, uang sewa sebesar 5.000 pounds tidak rutin dibayar oleh pihak Manchester United.

Hal tersebut membuat suporter City geram. Pada pertengahan 1949, mereka pun "mengusir" suporter MU dari Maine Road. Selain masalah sewa dan pembagian hasil, beberapa suporter MU juga dikabarkan kerap mengejek beberapa pemain City seusai laga. Belum lagi melihat suporter City yang juga merasa berperan membantu biaya renovasi Old Trafford karena berasal dana pemerintah kota.

Alhasil, pada tahun yang sama, City meresmikan kelompok suporter resmi. Demikian halnya dengan MU yang sudah dapat kembali menggunakan Old Trafford. Setelah itu, pertandingan Manchester Derby pun berlangsung panas dan tak jarang, baik suporter dan pemain, terlibat perseteruan di dalam atau luar lapangan.

Lihat saja ketika legenda MU, George Best, mematahkan kaki Glyn Pardoe pada Manchester Derby, 12 Desember 1970. Empat tahun berselang, giliran Mike Doyle dan Lou Macari yang tetap ngeyel berada di lapangan meski sudah mendapat kartu merah dari wasit.

Pada April 1974, terdapat pula momen ikonik ketika Dennis Law, yang sudah berseragam City, mencetak gol dengan backheel ke gawang MU. Law mencoba tidak merayakan gol tersebut, namun tidak dengan ribuan suporter City di dalam stadion. Saking girangnya, suporter City turun ke lapangan dan pertandingan pun terpaksa dihentikan.

Perseteruan kedua klub berlanjut pada era 1990-an. Kali ini, giliran Roy Keane yang menjadi aktor utama ketika menamatkan karier Alf-Inge Haaland saat Manchester Derby digelar di Old Trafford pada April 2001. Bahkan, dalam autobiografi-nya, Keane mengaku sengaja melakukan tekel tersebut dan hingga saat itu tidak menyesali perbuatannya.

"Ada hal-hal yang saya sesali dalam hidup saya, dan dia (Inge Haaland) tak termasuk di dalamnya. Saya tak mencederai Haaland. Ketika Anda bermain sepak bola, Anda tahu bagaimana caranya mencederai seseorang," tulis Keane.

 

Video

2 dari 5 halaman

Si Tetangga Berisik

Striker Manchester City, Sergio Aguero (tengah), berduel dengan pemain Manchester United, Victor Lindelof (kiri) dan Fred pada laga di Old Trafford, 24 April 2019. (AFP/Oli Scarff)

Sepanjang periode 1990-an MU merajai Premier League, sementara City masih berstatus sebagai "tim papan tengah". Namun, titik balik kejayaan City bermula ketika pengusaha asal Uni Emirat Arab, Sheikh Mansour, mengambil alih pada 2008 dan menjadikan skuat The Citizens sebagai salah satu klub terkaya di dunia.

Proyek besar City dimulai dengan memecahkan rekor transfer ketika merekrut Robinho dari Real Madrid dengan banderol sebesar 32,5 juta pounds. Pada musim berikutnya, giliran Gareth Barry, Roque Santa Cruz, Kolo Toure, Emmanuel Adebayor, dan mantan striker MU, Carlos Tevez, yang berlabuh ke Etihad.

Persaingan dengan MU semakin panas ketika eks manajer MU, Sir Alex Ferguson, melontarkan sindiran "tetangga berisik" kepada suporter City. Sindiran Ferguson mengacu terhadap sikap fans City yang juga beberapa kali menyindir MU lantaran timnya berhasil merayu Tevez agar menolak perpanjangan kontrak di Old Trafford untuk bergabung dengan City.

Puncak persaingan terjadi pada musim 2011-12. MU sudah menang 1-0 atas Sunderland pada pekan ke-38 Premier League. Sementara itu, di saat bersamaan, City masih tertinggal 1-2 dari Queens Park Rangers. Jika City kalah ataupun seri, MU juara. Ferguson bahkan tampak seperti sudah mengepalkan tangannya ke atas sembari menunggu laga City vs QPR berakhir.

Namun, petaka bagi MU tiba pada masa injury time. Setelah sukses menyamakan kedudukan, Aguero kembali membobol gawang QPR hanya dalam kurun waktu dua menit untuk membalikkan keadaan sekaligus membawa City menang 3-2. Aguero bersama puluhan ribu suporter City berpesta, sementara Ferguson tertunduk lesu menahan kecewa.

Kesuksesan tersebut membuat City menjadi salah satu tim papan atas Premier League. Setelah itu, penampilan mereka cukup konsisten. Pada musim 2013-14, City pun kembali meraih gelar. Sementara itu, MU, setelah ditinggal Ferguson yang pensiun pada 2013, hingga kini masih mencari permainan terbaiknya di bawah asuhan Louis van Gaal.

Pada Minggu (25/10/2015), City dan MU bakal kembali bertemu dalam edisi ke-170 Manchester Derby di Old Trafford. Kedua tim sama-sama optimistis meraih kemenangan. Toh, sepak bola adalah harapan. Dari harapan itulah semangat juang bisa muncul dalam diri pemain atau suporter, sama seperti ketika muncul rivalitas membara antara kedua klub Manchester yang awalnya bermula dari rencana Hitler dalam Perang Dunia II.

"Saya tidak tahu apa itu sebenarnya arti pertandingan derbi di negara lain. Akan tetapi, saya tidak pernah benar-benar mengerti apa yang harus diharapkan saat kami bermain melawan Manchester City," kata Sir Alex Ferguson.

 

3 dari 5 halaman

Kekalahan 1-6

Manchester United menelan kekalahan telak 1-6 dari Manchester City dalam pertandingan yang berlangsung di Old Trafford, 23 Oktober 2011. (AFP/Andrew Yates)

Old Trafford harusnya menjadi rumah yang nyaman bagi Manchester United. Akan tetapi, apa yang terjadi pada 23 Oktober 2011 adalah anomali. United menelan kekalahan telak dari Manchester City.

Manchester United kalah dengan skor 1-6. Sebuah rekor buruk bagi Setan Merah. Lebih terasa menyakitkan karena mereka kalah dari sang rival sekota yang ketika itu membangun kekuatan besar.

Mario Balotelli membuka petaka bagi United lewat golnya pada menit ke-22. Setelah itu, laga berjalan berimbang dan babak pertama skor tetap 0-1 untuk Man City.

Babak kedua dibuka dengan kartu merah Jonny Evans pada menit ke-47. Setelah itu, segelanya berubah menjadi rumit bagi Manchester United. Mario Balotelli mencetak gol pada menit ke-60.

Lalu, ada empat gol lain yang bersarang di gawang David de Gea. Empat gol tersebut dicetak Sergio Aguero, Edin Dzeko (2 gol), dan David Silva. Manchester United hanya mendapat satu gol hiburan dari Darren Fletcher. United kalah 1-6.

Berdasarkan catatan Opta, Manchester United terakhir kali kalah kebobolan enam gol atau lebih di Old Trafford terjadi pada 1930. Ketika itu, United kalah dari Sunderland. Sebuah kekalahan yang sangat menyakitkan bagi Manchester United.

 

4 dari 5 halaman

Selebrasi Ikonik Mario Balotelli: Why Always Me

4. Mario Balotelli (Striker) – Mantan Pemain Manchester City ini merupakan salah satu pemain yang paling sering diperbincangkan netizen. Salah satu yang paling viral adalah meme aksi selebrasi bertelanjang dada dan memamerkan tubuh. (AFP/Paul Ellis)

Mario Balotelli benar-benar menjadi pusat perhatian di tengah sukses Man City mempermalukan United di Old Trafford. Bukan hanya soal dua gol yang dicetaknya, tetapi juga cara dia merayakan golnya.

Mario Balotelli melepas jersey yang dipakai untuk menunjukkan tulisan di kaos dalamnya. Pemain bengal asal Italia tersebut menunjukkan kaos dengan tulisan 'Why Always Me'. Aksi itu akan terus dikenang semua fans Manchester City.

"Mario menarik saya pagi itu dan mengatakan ia ingin mencetak sesuatu untuk kaus yang ia kenakan di laga tersebut. Saya katakan ia tidak bisa mencetak sesuatu yang kontroversial, dia tidak bisa mencetak sesuatu yang bisa menyinggung fans United atau yang lainnya," kata mantan kitman Manchester City, Les Chapman.

"Ia berpikir selama satu atau dua menit dan kemudian membuat dua atau tiga ide. Saya katakan, tidak Mario, saya kira itu tidak pantas."

"Dan kemudian, dia akhirnya, yang memiliki ide tersebut, tiba- tiba ia mengatakan bagaimana jika 'Why always me'. Begitu ia mengatakannya, saya tahu itulah kalimat yang pas."

 

5 dari 5 halaman

Statistik Manchester Derby

Cristiano Ronaldo dan Wayne Rooney saat masih bersama di Manchester United. (EPA/Magi Haroun)

Total Pertemuan: 182

Manchester United Menang: 76

Gol: 263

Imbang: 52

Manchester City Menang: 54

Gol: 249

Skor Besar:

Manchester United 1–6 Manchester City (1926)

Manchester United 0–5 Manchester City (1955)

Manchester United 5–0 Manchester City (1994)

Manchester United 1–6 Manchester City (2011)

Top Scorer:

11 - Wayne Rooney

10 - Joe Hayes (Manchester City), Francis Lee (Manchester City)

9 - Sergio Aguero (Manchester City), Bobby Charlton (Manchester United)

8 - Colin Bell (Manchester City), Eric Cantona (Mancheshter United), Brian Kidd (Manchester United dan Manchester City), Joe Spence (Manchester United)

7 - Paul Scholes (Manchester United), Dennis Viollet (Manchester United)

Berita Terkait