Bola.com, Jakarta - Gelandang Persebaya, Mahmoud Eid, menjadi satu di antara pemain asing yang menjalani musim debut di Indonesia. Ada sejumlah alasan yang membuatnya tertarik merumput di Tanah Air meski sebetulnya peluang bermain di negara lain terbuka lebar, namun feeling akhirnya membawanya terbang dari Swedia menuju Surabaya.
Sebelumnya, Mahmoud Eid menghabiskan kariernya di negara asalnya, Swedia. Setidaknya terdapat enam klub Swedia yang sudah dibelanya, yakni Hammarby Talang, Vasalunds IF, Nykopings BIS, Atvidabergs FF, Kalmar FF, dan GAIS. Lalu, ada satu klub klub Norwegia yang pernah menggunakan jasanya, yaitu Mjondalen.
Saat pertama tiba pada Januari 2020, pemain kelahiran 26 Juni 1993 itu menggantungkan banyak harapan bersama Persebaya. Maklum, klub berjulukan Bajul Ijo itu sedang berambisi untuk meraih gelar juara Shopee Liga 1 2020.
Mahmoud Eid juga langsung menarik perhatian publik, terutama suporter Persebaya, dengan penampilan fisiknya. Banyak yang menilai pemain bernama lengkap Mahmoud Khair Mohammed Dahadha itu memiliki kemiripan dengan Zlatan Ibrahimovic, striker AC Milan.
Meski lahir dan besar di Swedia, Mahmoud memutuskan membela Timnas Palestina mengikuti tanah kelahiran orang tuanya. Total, dia telah membukukan 18 penampilan dan menyumbang satu gol untuk timnas asal Asia Barat itu.
Dia sempat masuk skuat di Piala Asia 2015 yang digelar di Australia. Sayang, Palestina tidak bisa berbuat banyak dengan hanya menjadi juru kunci Grup D. Mereka menelan tiga kekalahan melawan Jepang, Irak, dan Yordania.
Pemain berpostur 180 cm itu juga sempat menciptakan kontroversi saat melakoni laga final Piala Gubernur Jatim 2020 melawan Persija Jakarta. Dia melakukan selebrasi provokasi usai mencetak gol yang menyulut emosi pemain dan ofisial Macan Kemayoran.
Persebaya pada akhirnya berhasil memenangi pertandingan dengan skor 4-1 pada 20 Februari 2020. Hasil itu sekaligus membawa Bajul Ijo meraih trofi turnamen pramusim tersebut. Mahmoud Eid langsung menyumbang gelar hanya sebulan sejak bergabung Persebaya.
Sayangnya, impian Mahmoud Eid untuk membawa Persebaya menjuarai Shopee Liga 1 2020 terpaksa kandas tertunda. Sebabnya, kompetisi kasta teratas itu ditangguhkan sejak pertengahan Maret 2020 akibat pandemi COVID-19.
Sempat muncul rencana Liga 1 2020 dilanjutkan pada 1 Oktober 2020, namun ditunda lagi akibat tidak mengantongi izin dari Polri. Sampai sekarang, belum ada kepastian kompetisi kasta teratas itu bakal digelar kembali.
Di sisi lain, dua pemain asing Persebaya lainnya, David da Silva dan Makan Konate, telah memutuskan hengkang akibat situasi ini. Ada kemungkinan Mahmoud Eid juga mengikuti dua rekannya itu karena mendapat tawaran dari beberapa klub.
Terlepas dari itu, Mahmoud Eid membeberkan alasannya memilih berkarier di Persebaya dengan meninggalkan Swedia. Dia juga bercerita soal pengalaman membela Timnas Palestina dalam wawancara bersama Bola.com. Simak petikan wawancara berikut ini:
Video
Antara Feeling, Petualangan, dan Pengalaman
Sebelum ke Indonesia, Anda berkarier di Swedia dan Norwegia. Dari latar belakang itu, mengapa Anda memilih berkarier di Asia, khususnya Indonesia?
Memang ini berada di level yang berbeda jika Anda membandingkan kompetisi di Eropa. Saya pikir sudah cukup dengan pengalaman saya bertahun-tahun. Saya merasa perlu melakukan sesuatu yang lain. Saya ingin pergi mendapatkan petualangan dan pengalaman sepak bola yang berbeda.
Saya bermain di Timnas Palestina dan berjumpa dengan banyak pemain Asia. Saya punya banyak teman yang bermain di Asia dan mereka membicarakan banyak hal bagus tentang sepak bola Asia. Jadi, ketika kesempatan ini datang, saya mau mengambilnya dan mencobanya.
Sejak empat atau lima tahun saya punya banyak pilihan untuk bermain di Timur Tengah atau negara Asia lain. Persebaya datang memberi tawaran sebagai tim yang besar, dan saya ingin mencoba bermain di klub yang bagus ini.
Apa tujuan utama Anda mencoba berkarier di Indonesia?
Indonesia menjadi kompetisi Asia pertama yang saya ikuti. Sebelumnya saya selalu bermain di Swedia. Saya sudah bertanding melawan banyak tim nasional di Asia. Itu membuat saya semakin ingin melakukan sesuatu yang berbeda.
Setelah melihat karier saya di belakang, saya sudah melakukan apa yang saya inginkan dan melakukan yang terbaik. Jadi, saya mencoba membangun karier saya di Indonesia.
Saya ke sini bukan untuk bersantai. Saya datang ke sini sebagai pemain profesional dari Swedia. Baik di dalam maupun luar lapangan saya mau memberikan yang terbaik dan prestasi untuk klub.
Ada alasan khusus memilih Persebaya?
Beberapa teman saya sudah bermain di Cina, Malaysia, Thailand, sampai Indonesia. Saya memiliki opsi bermain di negara-negara itu.
Seperti di Malaysia, mereka mungkin memiliki liga, klub, gaji, dan segalanya lebih baik. Semua terasa terbaik di sana. Tapi, sekarang saya ingin mengikuti perasaan saya. Perasaan saya membuat saya datang ke Persebaya dan menyebutkan bahwa Persebaya adalah pilihan yang tepat.
Nyaman Saat Beribadah
Apakah Anda sudah banyak tahu soal Persebaya saat masih berkarier di Swedia?
Jujur saja, saya tidak tahu banyak soal Persebaya sebelumnya, bahkan soal Indonesia juga.
Tapi, saya punya teman baik yang bermain di Bali United, Brwa Nouri. Dia berpaspor Irak, tapi juga berasal dari Swedia, sama seperti saya. Saya cukup mengikuti perkembangan karier Nouri.
Kemudian ada juga Jonathan (Cantillana) yang sekarang bermain untuk PSIS Semarang. Dia teman saya di Timnas Palestina.
Saya suka menonton pertandingan mereka. Makanya saat tawaran (klub Indonesia) datang, saya ingin ikut berkompetisi bersama dua teman saya itu.
Jadi, keberadaan Jonathan Cantillana yang juga berstatus pemain Palestina di Indonesia cukup memengaruhi Anda? Bagaimana dengan fakta Indonesia negara mayoritas muslim terbesar di dunia?
Ya, itu alasan lain juga. Sepak bola juga menyangkut kehidupan kita. Indonesia negara muslim. Sesama pemain bisa beribadah dan pergi ke masjid bersama, dan itu sangat bagus buat saya. Saya pikir ini yang saya suka.
Saya selalu bercerita kepada keluarga saya soal Indonesia, khususnya ibu saya. Dia sangat senang mendengarnya. Dia ingin saya semakin dekat dengan agama. Dia ingin mengunjungi saya dan memastikan saya nyaman berada di Indonesia.
Mengapa Memilih Palestina
Anda memegang paspor Swedia dan Palestina sekaligus. Bisa ceritakan soal latar belakang keluarga Anda?
Ayah dan ibu saya menikah di Palestina sebelum mereka bermigrasi ke Swedia. Saya anak bungsu dari lima bersaudara dan jadi satu-satunya yang lahir di Swedia. Empat kakak saya lahir di Palestina.
Mereka menjadi imigran di Swedia dan berusaha melakukan yang terbaik untuk anak-anaknya. Kami sekeluarga punya hubungan yang sangat dekat. Semua muslim Palestina punya kedekatan juga di Swedia. Sebenarnya, semua muslim asal negara lain juga.
Jadi, latar belakang orang tua yang membuat Anda memutuskan membela Timnas Palestina?
Bahkan itu tidak penting saya lahir di Swedia atau tidak, saya tetap punya hubungan dengan Palestina. Saya tahu apa itu Palestina. Saya adalah orang yang lahir dari darah orang tua Palestina. Itulah alasan saya memilih Palestina untuk bermain di tim nasional.
Saat muda, saya punya peluang yang besar juga untuk membela Timnas Swedia. Tapi, ketika saya mendapat tawaran membela Timnas Palestina di 2014, saya pikir itu bukan pilihan yang mudah. Palestina adalah negara yang sedang berperang selama bertahun-tahun.
Anda bisa melihat banyak hal tapi Anda tidak bisa melakukan banyak hal. Saya berusaha berkontribusi untuk negara saya dan memilih Palestina. Saya melakukannya dengan bangga, saya pikir itu pengalaman yang luar biasa. Saya punya dua kewarganegaraan sampai sekarang.
Momen Pertemuan dengan Kembarannya, Zlatan Ibrahimovic
Banyak orang menilai Anda mirip dengan Zlatan Ibrahimovic. Bagaimana menurut Anda?
Saya tak punya hubungan darah dengannya. Saya sudah mendengar itu berkali-kali di Swedia. Orang-orang bertanya apakah saya saudara Zlatan karena mereka bilang kami mirip.
Saya pernah bertemu dengannya sekali, tapi saya lupa itu terjadi pada momen apa. Kami sempat berbicara beberapa menit, mungkin sekitar lima menit. Saya sudah lupa berapa tahun yang lalu, mungkin 2013 atau setelahnya.
Saat itu, saya punya agen berasal dari Belanda, dan Zlatan ternyata mengenalnya. Saya bilang saya pemain orang ini, dan dia mengajak saya berbincang. Dia orang yang baik dan ramah. Itu momen spesial buat saya. Saya adalah penggemar beratnya sejak kecil.
Saya tidak tahu mengapa. Saya anggap saya itu sebagai pujian. Mungkin secara fisik, wajah kami agak mirip. Kami juga sama-sama punya hidung yang besar.
Baca Juga
5 Wonderkid yang Mungkin Jadi Rebutan Klub-Klub Eropa pada Bursa Transfer Januari 2025, Termasuk Marselino Ferdinan?
Bintang-Bintang Lokal Timnas Indonesia yang Akan Turun di Piala AFF 2024: Modal Pengalaman di Kualifikasi Piala Dunia
Mengulas Sosok Pemain yang Paling Layak Jadi Kapten Timnas Indonesia: Jay Idzes Ada Tandingan?