Studi: Gejala COVID-19 Bisa Bertahan Selama 6 Minggu

oleh Faozan Tri Nugroho diperbarui 14 Des 2020, 20:40 WIB
Ilustrasi gejala umum COVID-19. Sumber: Unsplash

Bola.com, Jakarta - Pandemi virus corona penyebab COVID-19 di berbagai belahan dunia belum menunjukkan tanda-tanda akan hilang. Berbagai upaya terus dilakukan masyarakat dunia untuk memutus mata rantai penyebaran virus tersebut.

Para peneliti dan dokter terus bergerak mempelajari virus corona penyebab COVID-19. Hal itu juga dilakukan para dokter dari rumah sakit di kota Jenewa, Swiss.

Advertisement

Melansir dari Anadolu Agency, dalam studi tersebut ditemukan bahwa gejala COVID-19 bisa bertahan hingga enam minggu. Termasuk pada pasien yang tidak memiliki riwayat penyakit penyerta COVID-19.

Tim dokter dan ahli epidemiologi dari Universitas Jenewa (UNIGE), Rumah Sakit Universitas Jenewa, dan Direktorat Kesehatan Umum wilayah Jenewa melakukan penelitian terhadap hampir 700 orang yang positif SARS-COV-2 dengan rata-rata usia 43 tahun.

Perincian orang yang mengikuti penelitian tersebut ialah sebanyak 60 persen perempuan, 25 persen tenaga medis, dan 69 persen orang yang tidak memiliki riwayat penyakit penyerta COVID-19.

Adapun hasilnya, setelah enam pekan didiagnosis, 33 persen dari mereka dilaporkan masih mengalami gejala COVID-19, yakni dengan perincian kelelahan 14 persen, kehilangan penciuman 12 persen, sesak napas sembilan persen, batuk enam persen, dan sakit kepala sebanyak tiga persen.

"Selain gangguan fisik dari gejala mereka, banyak yang sangat khawatir. Berapa lama lagi gejala akan bertahan? Apakah beberapa efek jangka panjang yang tidak dapat pulih?" kata Dr Mayssam Nehme, orang yang menulis penelitian tersebut.

2 dari 2 halaman

Belum Dapat Diprediksi

Banner infografis gejala terjangkit Covid-19. (Liputan6.com/Trieyasni)

Tim dokter dan ahli epidemiologi dari Universitas Jenewa menambahkan, sejak kali pertama muncul, COVID-19 tidak dapat diprediksi berapa lama gejala yang dialami pasien.

"Sejak kemunculannya pada awal 2020, COVID-19 tidak bisa diprediksi oleh dokter berapa lama masing-masing bisa sembuh, variasi dan durasi gejalanya beragam," kata Universitas Jenewa dalam siaran pers.

"Tampaknya, virus berpotensi menyebabkan penyakit jangka panjang yang tidak biasa, yang dikenal dengan istilah 'Long COVID' yang menggambarkan infeksi pada orang yang terus melaporkan gejala beberapa minggu setelah infeksi," tambah perwakilan dari Universitas Jenewa.

 

Sumber: Anadolu Agency

Berita Terkait