Bola.com, Makassar - Sebagai pemain dan pelatih, Jacksen Tiago terbilang sukses di pentas kompetisi sepak bola Indonesia. Ketika berstatus sebagai pemain, ia membawa Persebaya Surabaya meraih trofi juara Liga Indonesia 1999-1997 plus gelar individual sebagai pencetak gol terbanyak.
Bersama Persebaya pula, Jacksen Tiago untuk kali pertama mengangkat trofi juara sebagai pelatih pada musim 2004. Belakangan, Jacksen kemudian melekat sebagai figur penting di Persipura dengan raihan trofi juara pada musim 2008–2009, 2010–2011 dan 2013.
Pada Liga 1 2019 atau di periode keduanya menangani Persipura, Jacksen mampu membawa skuadnya bertengger di peringkat tiga klasemen akhir setelah sempat terseok-seok pada awal kompetisi kala ditangani Luciano Leandro.
Tapi, Jacksen Tiago menegaskan dirinya tak mau larut dengan masa lalu. Yang terpenting baginya adalah masa depan yang harus dihadapi dengan kehidupan lebih baik.
"Saya pernah mengalami kehidupan yang sangat sulit dan tak bisa dijadikan contoh. Saya tidak ingin saya dan keluarga mengalami hal yang sama. Itulah yang membuat saya terus bekerja keras untuk mendapatkan hal yang baik dan positif," kenang Jakcksen dalam channel Youtube Sportmagz TV.
Pengalaman hidup yang berwarna membuat Jacksen memiliki penilaian tersendiri dalam memaknai arti kata profesional. Di mata Jacksen, profesional bukan hanya di lapangan atau kaitannya dengan nilai kontrak. Tapi juga sikap dalam keseharian.
"Sepanjang masih ada pemain sebuah klub bermain di turnamen tarkam berarti sepak bola Indonesia masih jauh dari kata profesional," tegas Jacksen.
Saksikan Video Pilihan Kami:
Saran Buat Pemain Muda
Sebagai pelatih yang sudah 26 tahun menetap di Indonesia, Jacksen Tiago mengaku tak mudah melahirkan dan membentuk mental pemain di Tanah Air.
Apalagi di era teknologi saat ini. Ia merujuk pengalaman dirinya yang kerap terkendala saat menangani anak pertamanya, Hugo Tiago.
"Penanganan dan pendekatannya sangat berbeda. Dulu, saya tidak pernah berani membantah apalagi berargumen dengan orang tua. Anak-anak sekarang beda," ungkap Jakcsen.
Itulah mengapa Jacksen mengungkapkan dirinya tak banyak melontarkan kiat atau saran buat pemain muda. Kala dimintai sarannya, Jacksen hanya meminta para pemain muda harus menyadari mereka bukan orang biasa.
Artinya, sang pemain harus melakukan hal-hal positif secara konsisten di luar kebiasan teman-teman seusianya. Seperti istirahat yang cukup dan menjaga pola makan.
"Jadikan rutinitas di lapangan jadi bagian utama dalam kehidupan keseharian. Bukan handpone atau televisi," tegas Jacksen.
Berkah COVID-19
Selalu berpikir positif membuat Jacksen Tiago mengaku tetap enjoy menata kehidupan dirinya dan keluarga. Termasuk saat kompetisi tertunda karena pandemi COVID-19.
"Saya ambil sisi positifnya saja. Kompetisi terhenti membuat saya memiliki banyak waktu bersama keluarga. Kondisi yang jarang saya dapatkan saat kompetisi berlangsung normal," kata Jacksen.
Di tengah situasi sulit akibat pandemi COVID-19 tak menyurutkan tekad Jacksen melakukan hal yang positif sesuasi kapasitasnya sebagai pelatih. Baru-baru ini ia menggelar pelatihan singkat buat pemain muda di Malang.
"Selain teknik sepak bola, mereka juga mendapatkan bekal untuk menjadi pemain profesional," pungkas Jacksen.
Sumber: Sportsmagz TV