Bola.com, Sleman - PSS Sleman memiliki sosok striker kuat dan cukup tajam asal Ukraina, Yevhen Bokhasvili. Ia menjadi mesin gol bagi tim Elang Jawa sejak Shopee Liga 1 2019 hingga sekarang.
Berpostur 186 sentimeter, Yevhen menjadi predator kotak penalti andalan PSS. Benar saja, 16 gol ia lesatkan di musim perdananya bersama PSS tahun lalu.
Yevhen Bokhasvili menjadi pemain tersubur untuk PSS musim lalu dan berhasil dipertahankan. Sayangnya kompetisi tahun 2020 ditunda setelah baru berjalan hanya tiga pekan karena pandemi COVID-19. Ia belum sempat mencetak gol di tiga pertandingan awal.
Menengok jauh ke belakang, karier Yevhen Bokhasvili di lapangan hijau ternyata tidak lepas dari peran ayahnya. Berkat arahan dan bimbingan sang ayah selama di Ukraina, Yevhen mampu membuktikan diri sebagai pemain besar.
"Saya mulai bermain sejak usia 5 tahun, bukan klub profesional, tapi tim kampung jalanan. Suatu hari ayahku pulang dari kerja dan melihatku bermain bagus saat anak-anak lain tidak serius dalam berlatih," terang Yevhen Bokhasvili dalam penuturannya di Podcast PSS Sleman.
"Ayah bilang akan membawa saya ke klub yang profesional dalam mengembangkan bakat saya. Sampai akhirnya bermain untuk tim Dnipro," ungkap pemain yang akrab disapa Baha.
Dnipro salah satu kota terbesar di Ukraina, seperti Kiev, Kharkiv, Donetsk, dan Lviv yang sekarang menjadi tempat tinggalnya. Baha menyebut Dnipro Dnipropetrovsk tim yang bersejarah di Ukraina, selain Dinamo Kiev dan Shaktar Donetsk. Klub itu menjadi jalan bagi Yevhen Boskhsvili untuk bisa berkembang, hingga pernah menembus Timnas Ukraina U-17.
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini
Animo Penggila Sepak Bola
Selain punya karier di Ukraina, Yevhen Bokhasvili pernah merantau ke sejumlah klub negara tetangga kawasan Eropa Timur. Dia bermain di Belarusia bersama Dinamo Minsk, dan Georgia bersama Torpedo Kutaisi.
"Kedua negara yang pada umumnya masih menggunakan bahasa Rusia, dan tidak terlalu sulit untuk beradaptasi. Ayah saya juga dari Georgia, jadi seperti pulang ke rumah orang tua, kebudayaan juga tidak jauh berbeda," tutur Yevhen.
Pemilik nomor punggung 10 di PSS tersebut juga menjelaskan bahwa sepak bola di negaranya tidak jauh berbeda dengan Indonesia yang menjadi rumah keduanya saat ini. Terutama tentang animo penonton yang hadir ke stadion. Namun demikian ia mengakui di Indonesia jauh lebih fanatik.
"Di negara kawasan Eropa Timur memang begitu mencintai sepak bola. Begitu pula di Indonesia yang paling membuatku berkesan. Suporter begitu mempersiapkan diri sebelum pertandingan dengan datang ke stadion," jelasnya.