5 Olahragawan Terbaik Sepanjang 2020 Versi Bola.com, Kiprah Bersejarah Lewis Hamilton dan LeBron James

oleh Yus Mei Sawitri diperbarui 22 Des 2020, 11:10 WIB
Kilas Balik 2020 - 5 Atlet Non Bola Terbaik 2020: Lewis Hamilton, Joan Mir, Praveen/Melati, LeBron James, Sofia Kenin

Bola.com, Jakarta - Tidak ada istilah normal untuk tahun 2020. Penghuni Bumi harus beradaptasi dengan kenormalan baru, tak terkecuali di kancah olahraga

Pandemi Covid-19 berpengaruh luar biasa ke semua sendi kehidupan. Tak ada yang kebal. Semua merasakan efeknya. Denyut nadi olahraga bahkan sempat berhenti berdetak, setidaknya selama beberapa bulan. 

Advertisement

BWF masih berani berjudi menggelar turnamen prestisius All England di tengah pandemi, namun akhirnya menyerah juga. Setelah All England, praktis semua turnamen bulutangkis ditunda atau dibatalkan, termasuk Piala Thomas dan Uber. Bahkan event olahraga terbesar di dunia, Olimpiade, yang sedianya digelar di Tokyo pada tahun ini juga terpaksa diundur hingga tahun depan.  

F1 dan MotoGP juga merasakan imbas besar pandemi. Format turnamen diubah total, mulai jumlah seri yang digelar, lokasi, hingga penerapan balapan tanpa penonton. Semua harus mau berkompromi dengan segala keterbatasan dan protokol kesehatan.

Menariknya, segala perubahan ekstrem yang diterapkan malah memunculkan kejutan besar, contohnya di MotoGP. Balapan MotoGP 2020 benar-benar sulit ditebak, dan bisa dibilang paling aneh sepanjang sejarah. Mungkin, untuk pertama kali pengamat MotoGP pun kesulitan membuat prediksi juara.

Cabang lainnya juga beradaptasi, dengan berbagai cara berbeda. NBA contohnya. Kompetisi basket paling bergengsi di dunia itu menerapkan sistem gelembung, untuk memastikan pertandingan tetap bisa dan aman digelar di tengah pandemi. 

Ada yang bilang ketidakhadiran penonton di arena membuat pertandingan maupun balapan kehilangan jiwanya. Tapi, tak ada pilihan lain. Setidaknya penonton masih bisa menyimak dan terhibur melalui layar kaca. 

Di tengah segala pembatasan dan keterbatasan, tahun 2020 tetap memunculkan kisah-kisah mengesankan dari arena olahraga. Para juara mencuat dengan berbagai cerita berbeda, terasa istimewa di tengah segala keanehan dunia. 

Berikut ini lima olahragawan yang dinilai layak dinobatkan sebagai yang terbaik di sepanjang 2020 versi Bola.com, di luar cabang sepak bola yang dibikin dalam artikel berbeda. Mereka dipilih karena dinilai menorehkan sesuatu yang luar biasa dan spesial  sepanjang 2020 yang sulit dan berat.  

Pemilihan dilakukan dengan diskusi serius awak redaksi dengan mengedepankan aspek rapor, prestasi, dan perilaku dalam dan luar gelanggang. Bola.com ingin sosok olahragawan yang terpilih di jajaran terbaik adalah sosok yang mengispirasi buat banyak orang.

 

 

 

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini

2 dari 6 halaman

5. Sofia Kenin

Sofia Kenin (kanan) mencium trofi kemenangan di Australia Terbuka 2020. (AP Photo/Lee Jin-man)

Ketika Penghargaan Pemain Terbaik WTA 2020 diumumkan, ada kejutan menarik. Gelar paling prestisius di sektor tenis tunggal putri itu jatuh ke pelukan Sofia Kenin. 

Munculnya nama Sofia Kenin mengapungkan banyak pertanyaan. Kenin terpilih satu di antaranya berkat keberhasilannya meraih titel grand slam pertama di Australia Terbuka, serta menjadi finalis di Prancis Terbuka. 

Namun, mengapa pemenang Pemain Terbaik WTA tahun 2020 jatuh ke peringkat empat dunia? Mengapa pemenangnya bukan Ashleigh Barty (peringkat satu), Simona Halep (peringkat 2), atau Naomi Osaka (peringkat tiga)? 

Yang perlu diingat, ranking akhir 2020 tidak menggambarkan cerita penuh sepanjang tahun ini. ATP dan WTA telah menggunakan sistem peringkat yang direvisi sejak restart pada Agustus. Saat ini, pemain memiliki poin dari hasil pada 2019.  Misalnya, Barty masih memiliki 2.000 poin dari menjuarai Roland Garros tahun lalu, dan Halep masih memiliki 2.000 poin dari kemenangan di Wimbledon tahun lalu.

Jika hanya memandang sepanjang 2020, Kenin bersinar paling terang dibanding siapa pun di WTA Tour. Dia bukan hanya memenangi satu dari tiga grand slam yang digelar tahun ini, tapi Kenin juga menjadi satu-satunya petenis yang mencapai final pada dua dari tiga turnamen utama. Satu lagi, petenis Amerika Serikat itu juga satu-satunya yang dua kali menembus semifinal grand slam sepanjang 2020.  

Total, ia membukukan rekor 16-2 di tiga turnamen grand slam tahun ini, termasuk mencapai babak keempat di AS Terbuka. 

"Tentu saja saya memainkan beberapa pertandingan yang hebat di Grand Slam. Di Australia saya menang, di AS Terbuka saya mencapai babak keempat, menjalani laga yang berat melawan Elise Mertens. Di sini saya masuk final," kata Sofia Kenin di Roland Garros, seperti dilansir tenis.com

"Secara keseluruhan rasio saya di Grand Slam bagus. Saya merasa memainkan beberapa pertandingan tenis yang sangat bagus," imbuh dia. 

Alasan kedua, meskipun jika 2020 adalah tahun yang normal tanpa gangguan penundaan atau pembatalan beberapa turnamen akibat Covid-19, dia bukan petenis putri pertama yang finis bukan urutan pertama dan dinobatkan sebagai Petenis Terbaik WTA Tahun Inu. Bahkan, Kenin bukan petenis peringkat keempat yang pertama memenangi Pemain Terbaik WTA Tahun Ini.  

Pada 1977, meskipun peringkat satu akhir tahu diraih Chris Evert, gelar Pemain Terbaik WRA jatuh ke pelukan Virgia Wade yang menempati ranking keempat. 

Yang perlu diingat, kemenangan Sofia Kenin pada Australia Terbuka juga diiringi rekor mengesankan. Perempuan kelahiran Moskow itu menjadi juara termuda di Australia Terbuka sejak Maria Sharapova (20 tahun) mengalahkan Ana Ivanovic pada final 2008. Kenin juga menjadi petenis termuda asal Amerika Serikat yang memenangi Grand Slam sejak Serena Williamas 2002. 

Tahun 2020 tak terbantahkan menjadi periode gemilang buat Sofia Kenin. 

3 dari 6 halaman

4. Praveen Jordan / Melati Daeva Oktavianti

Pasangan Indonesia, Praveen Jordan/Melati Daeva Oktavianti melakukan selebrasi usai meraih juara All England 2020 dengan mengalahkan wakil Thailand Dechapol Puavaranukroh/Sapsiree Taerattanachai di Birmingham Arena, Minggu (15/3/2020). (AP/Rui Vieira)

Ketika Liliyana Natsir pensiun pada Januari 2019 dan disusul Tontowi Ahmad pada 18 Mei 2020, beban besar berpindah ke pundak Praveen Jordan/Melati Daeva Oktavianti. Mereka mau tak mau menjadi ujung tombak di sektor ganda campuran bulutangkis Indonesia. 

Status tersebut sungguh berat. Selama bertahun-tahun, dengan bertumpu pada pasangan Tontowi/Liliyana, sektor ganda campuran menjadi andalan Indonesia mendulang gelar demi gelar, selain sektor ganda putra. Prestasi paling bergengsi yang ditorehkan Tontowi/Liliyana adalah raihan medali emas pada Olimpiade 2016.

Itulah pencapaian tertinggi dan paling prestisius bagi setiap pebulutangkis dunia. Bagi Indonesia gelar tersebut terasa lebih berarti dan spesial. Bulutangkis selalu menjadi tumpuan harapan Indonesia menjaga tradisi emas di Olimpiade, kecuali saat gagal di London 2012. 

Praveen/Melati secara tidak langsung punya beban mempertahankan tradisi itu pada Olimpiade 2020, bersama sektor ganda putra yang menjadi andalan utama. 

Tak sedikit yang meragukan Praveen/Melati mampu mengemban harapan sebesar itu. Pasangan tersebut masih masih punya banyak catatan, terutama soal konsistensi. Grafik penampilan mereka naik turun, serta belum rutin merengkuh gelar juara di BWF World Tour.   

Ketika banyak orang yang meragukan, Praveen/Melati menjawabnya dengan memberi kejutan di All England 2020, turnamen yang dianggap paling bergengsi setelah Olimpiade dan Kejuaraan Dunia. Kali ini, turnamen digelar di tengah pandemi Covid-19 yang melanda dunia.   

Praveen Jordan/Melati Daeva Oktavianti meraih prestasi membanggakan sekaligus menerbitkan harapan menjelang Olimpiade 2020. Di luar dugaan, Praveen/Jordan merengkuh gelar di turnamen bulutangkis tertua di dunia itu. Padahal mereka bukan unggulan pertama.   

Tampil di final melawan unggulan ketiga asal Thailand, Dechapol Puavaranukroh/Sapsiree Taerattanachai, Praveen/Melati menang 21-15, 17-21, dan 21-8.

Bagi Praveen, gelar ini sangat spesial. Ia merasakan titel juara All England 2020 dengan dua pasangan berbeda. Sebelum juara bersama Melati, ia sudah merasakan podium satu All England bersama Debby Susanto pada 2016, juga di sektor ganda campuran. "Tentu perasaannya senang gelar kedua dengan partner berbeda. Saya tahu tidak gampang meraih gelar ini," kata Praveen.

"Terima kasih dukungan penonton di Birmingham itu yang membuat kami bangkit di gim ketiga," lanjutnya.   

Bertanding di turnamen level Super 1000 di tengah merebaknya wabah COVID-19 tentu bukanlah hal yang mudah. Melati mengatakan sempat ada rasa khawatir dalam dirinya.

"Khawatir itu pasti ada di tengah wabah corona begini. Tapi nggak terlalu mikirin ke situ. Lebih fokus ke pertandingan. Saya tetap jaga diri, seperti cuci tangan dan sebagainya," ujar Melati.

Gelar juara di ajang All England 2020 melanjutkan tren positif Pramel-singkatan pasangan ini. Sebelumnya Praveen/Melati juga sudah juara di turnamen Denmark Terbuka, Prancis Terbuka sampai medali emas SEA Games 2019.

Meskipun begitu, pelatih ganda campuran Indonesia, Nova Widianto, memperingatkan Praveen/Melati untuk tidak lengah. Dia mencontohkan kesuksesan Praveen ketika juara All England 2016 bersama Debby Susanto. Setelah momen itu lantaran lengah, Praveen seakan menghilang dan lama tidak merasakan titel juara.

“Saya juga berpesan, kadang-kadang habis juara ini suka lengah. Jangan lengah. Terutama Praveen, dia punya kualitas yang bagus, tidak usah diragukan lagi, tapi kadang-kadang lengah," kata Nova. 

"Dulu sempat menang All England 2016, habis itu hilang tidak juara. Tapi kalau pola pikir dia bisa seperti ini terus akan sangat bagus ke depannya," tambahnya. 

Sayangnya, Praveen/Melati tidak bisa melanjutkan tren positif itu ke turnamen-turnamen berikutnya. BWF memutuskan menunda dan membatalkan hampir semua turnamen bulutangkis pada 2020. Olimpiade juga ditunda ke 2021. 

Artinya, tugas berat menanti Praveen/Melati. Selama delapan bulan tanpa turnamen, mereka harus bisa menjaga performa sehingga benar-benar siap ketika saatnya turun ke lapangan lagi. Olimpiade sudah menanti mereka. 

4 dari 6 halaman

3. Joan Mir

Pembalap Suzuki Esctar, Joan Mir, melakukan selebrasi usai balapan MotoGP Valencia di Sirkuit Ricardo Tormo, Minggu (15/11/2020). Meski finis ketujuh, Joan Mir berhasil mengunci gelar juara dunia MotoGP 2020. (AFP/Lluis Gene)

Salah satu kejutan terbesar di arena olahraga dunia sepanjang 2020 adalah mencuatnya Joan Mir sebagai juara dunia MotoGP 2020. Mir berhasil membalikkan semua prediksi. Tanpa Marc Marquez yang cedera panjang dan melewatkan hampir semua balapan kecuali seri pertama, Mir berhasil mewujudkan impian terliar yang pernah dibayangkan siapa pun. 

Sangat sedikit, atau mungkin tidak ada, yang berani menjagokan pembalap Suzuki itu bisa merengkuh gelar juara dunia pada musim keduanya di MotoGP.  

Sejujurnya mungkin tidak ada yang berpikir Mir sebagai kandidat juara dunia MotoGP 2020. Bahkan, tak masuk lima besar. Bukti terkuat dari anggapan adalah sesi konferensi pers menjelang seri perdana MotoGP 2020 di Jerez. Setelah tertunda berbulan bulan akibat pandemi virus corona, MotoGP akhirnya bergulir pada 19 Juli di Jerez dan seluruh balapan selama 2020 digelar di Eropa. 

Pada sesi konferensi pers itu, ada enam pembalap MotoGP yang diminta menebak kandidat juara musim 2020. Keenam pembalap itu adalah Marc Marquez, Valentino Rossi, Maverick Vinales, Alex Rins, Pol Espargaro, dan Joan Mir. Mereka harus menuliskan nama-nama yang bakal finis lima besar pada akhir musim.  

Tak ada satu pun dari mereka yang menduga Mir mampu membawa motor Suzuki miliknya ke tangga juara dunia. Bahkan, rekan setimnya, Alex Rins, tak menuliskan nama Mir di daftar miliknya. Lebih tepatnya tak ada satu pun dari mereka yang menuliskan nama Mir. 

Pada akhirnya, mereka dibuat terkejut dan terkesan. Begitu juga pencinta MotoGP di seluruh dunia. Berkat penampilan yang konsisten dan ketenangan, Mir merengkuh sesuatu yang tak terbayangkan, menjadi juara dunia pada musim keduanya di MotoGP. 

Banyak fakta unik yang mengiringi pencapaian Joan Mir menuju gelar juara dunia MotoGP 2020. 

Yang pertama, Joan Mir merebut gelar juara dunia 2020 tanpa pernah merebut pole pada musim ini. Namun, fakta itu tidak menghalanginya untuk menjadi yang terbaik.  Ia mengikuti jejak Wayne Rainey yang juga menjuarai gelar juara dunia kelas premier tanpa pernah menguasai pole pada musim 1992. 

Yang kedua, Joan Mir merengkuh gelar juara dunia MotoGP 2020 meskipun hanya memenangi satu seri pada musim ini. Satu-satunya seri yang dimenanginya adalah MotoGP Eropa pada 8 November. 

Dia menjadi juara dunia kelas premier dengan jumlah kemenangan paling sedikit sepanjang sejarah. Rekor tersebut sebelumnya dipegang empat mantan pembalap, yaitu Leslie Graham (1949), Umberto Masetti (1950, 1952), dan Nicky Hayden (2006). Keempatnya memenangi gelar juara dunia dengan hanya mengoleksi dua kemenangan dalam semusim.   

Yang ketiga, Joan Mir menjadi pembalap keempat asal Spanyol yang berhasil meraih gelar MotoGP. Dia mengikuti jejak Alex Criville (1 kali) Jorge Lorenzo (3), dan Marc Marquez (6).  

Yang keempat, meskipun hanya membukukan satu kemenangan, Joan Mir juara dunia berkat konsistensinya naik podium. Dari total 13 seri musim ini, Joan Mir naik podium tujuh kali.  Catatan itu membuat Joan Mir menjadi pembalap paling konsisten pada musim ini. Dia juga menjadi pembalap pertama di Suzuki yang membukukan tujuh podium atau lebih dalam satu musim setelah Kenny Roberts Jr pada 2000. Kenny Roberts Jr ketika menjadi juara dunia 500cc pada 200 mengukir sembilan podium.   

"Sulit dipercaya, sangat sulit dipercaya. Saya tidak punya kata-kata untuk menggambarkan emosi yang saya rasakan saat ini karena membalap adalah yang saya lakukan dalam hidup saya," ujar Joan Mir.

"Anda bisa melihat kebahagiaan saya. Saat Anda mengejar mimpi Anda dan akhirnya mimpi itu terwujud, saya awalnya tak percaya. Tapi setelah ini saya bisa bersantai sejenak, saya butuh waktu untuk benar-benar memahami apa yang sedang terjadi saat ini," kata Joan Mir lagi.

Banyak yang menganggap Mir hanya beruntung merengkuh gelar juara dunia lantaran Marquez absen panjang karena cedera. Dia diyakini mustahil juara dunia jika Marc Marquez ada.  

Namun, Valentino Rossi meyakini Mir menjadi juara dunia bukan karena kebetulan. The Doctor menilai Mir punya nilai-nilai plus yang membuatnya merangsek ke tangga juara dunia.  Toh, fakta menunjukkan raihan poinnya lebih tinggi dari siapa pun, dari Franco Morbidelli, Fabio Quartararo, Maverick Vinales, hingga Andrea Dovizioso.  Koleksi poin cukup untuk mematahkan argumen apa pun.

Sang pemenang adalah sosok yang bisa menyambar peluang sekecil apa pun yang ada di depan mata. Dan itulah yang dilakukan Mir. 

"Dia sangat muda, tapi tidak membuat kesalahan. Dia selalu membuat keputusan dengan tepat pada momen krusial dan dia cepat," tutur Rossi, seperti dilansir Speedweek.  

"Saya rasa Joan Mir sangat layak menjadi juara dunia bersama Suzuki. Mereka melakukan pekerjaan yang luar biasa dan motor mereka bekerja sangat baik," imbuh Valentino Rossi.    

 

 

 

5 dari 6 halaman

2. LeBron James

Pebasket Los Angeles Lakers, LeBron James, memasukkan bola saat melawan Miami Heat Pada gim keenam final NBA di AdvenHealth Arena, Senin (12/10/2020). Lakers menang dengan skor 106-93. (AP Photo/Mark J. Terrill)

Usianya sudah 35 tahun. LeBron James belum menunjukkan tanda-tanda kehilangan ambisi. Bahkan, ia menorehkan namanya dengan tinta emas dalam sejarah NBA. LeBron James benar-benar seorang pemenang sejati. 

Pada usia yang tidak lagi muda, LeBron James menyamai rekor legenda NBA, John Salley dan Robert Horry, yang merebut tiga cincin juara bersama tiga klub berbeda. Rekor tersebut ditorehkan James setelah mengantar Los Angeles Lakers menjuarai NBA 2020, pada 12 Oktober. 

Lakers mengamankan gelar berkat kemenangan 4-2 atas Miami Heat dalam laga final dengan format best of seven. Setelah 10 tahun menunggu, Lakers akhirnya bisa kembali merengkuh gelar juara NBA. LeBron James bisa dibilang aktor utama di balik kemenagan bersejarah Lakers itu.  

Sebelum berjaya bersama Lakers, LeBron James sudah mencicipi titel NBA di Miami Heat (2012 dan 2013) dan Cleveland Cavaliers pada 2016. 

Kehebatan James bisa ditengok dari statistik ini. Baginya, final NBA bagaikan arena permainan yang rutin dikunjungi. LeBron tercatat sudah 10 kali merasakan tampil di partai puncak NBA. Sebelumnya, ia empat kali menjejaki final bersama Heat dan lima kali dengan Cavaliers. 

LeBron James juga dinobatkan sebagai pemain terbaik (MVP) final NBA. Ia membukukan rata-rata 30,2 poin; 11,4 rebound; 8,2 assist dan torehan 39,1 menit per gim.

Mengapa LeBron James layak menjadi salah satu olahragawan terbaik tahun 2020? Faktanya, pada musim ke-18 James di NBA, tak ada satu pun pemain aktif yang mampu bersaing dengan bintang Lakers itu. 

Meskipun sudah berusia 35 tahun, James tidak menunjukkan tanda-tanda penurunan performa. Statistik poin yang dicetaknya dan menit bermain menggambarkan klaim itu dengan gamblang.  

Seperti dilansir ESPN, dengan catatan 1.525 pertandingan di NBA, termasuk laga ekshibisi, James mengungguli jumlah penampilan Larry Bird (1.061), Magic Johnson' (1.096), dan Michael Jordan (1.251).

Dalam periode tersebut, LeBron menorehkan 59.364 menit bermain, jauh mengungguli angka tertinggi kedua untuk pemain aktif, yaitu Carmelo Anthony mencatat 42.979 menit.

Koleksi poin James juga tidak ada bandingannya. Dia mengemas total 41.732 poin, sedangkan pemain lain yang masih aktif tidak ada yang mengoleksi lebih dari 30.000 poin. 

Kunci James masih gemilang di usia yang tak lagi muda adalah kecerdikan beradaptasi. James mulai mengurangi durasi larinya dan menurunkan kecepatan, untuk menghemat energi. Dalam tiga musim terakhir terlihat James menunjukkan penurunan jarak total yang ditempuhnya dalam pertandingan, dari 4,1 kilometer menjadi 3,8 km, kemudian 3,7 km pada musim lalu. 

Hal serupa juga terjadi pada gaya bermainnya. Kini, James lebih mematikan ketika menembak tiga poin. Padahal dulu tembakan tiga angka bukan kunci permainannya Lebron saat masih memperkuat Cavaliers atau Heat.  

Pujian tentang kehebatan LeBron James datang dari Frank Vogel, pelatih LA Lakers. Tidak tanggung-tanggung, ia mengatakan bahwa LeBron James adalah pebasket terbaik dunia.

"Ia pemain terhebat yang pernah hadir di dunia bola basket," kata pelatih kepala Lakers, Frank Vogel, selepas pertandingan final NBA kontra Heat, seperti dilansir Reuters.

"Dan jika Anda pikir Anda memahaminya, tidak, kecuali Anda berada di dekatnya setiap hari, melatihnya, memahami jalan pikirannya, melihat bagaimana ia menyesuaikan diri dan memimpin tim ini," imbuh dia.

Hebatnya, LeBron James tidak mudah berpuas diri. Belum luntur euforia gelar NBA musim lalu, James sudah membahas ambisi kembali meraih cincin juara musim depan. 

"Kami bisa mengulanginya. Maksud saya, itu sangat simpel. Kami jelas bisa. Yang pertama, dimulai dengan kesehatan. Anda harus punya beberapa keberuntungan. Anda harus sehat. Jika kami bisa tetap sehat, kami bisa juara lagi," tutur Lebron James dengan penuh percaya diri. 

 

6 dari 6 halaman

1. Lewis Hamilton

Pembalap Mercedes Lewis Hamilton merayakan kemenangan Grand Prix Formula Satu Turki di arena pacuan kuda Istanbul Park di Istanbul, Minggu (15/11/2020). Hamilton menyamai prestasi mantan pebalap legendaris Formula 1, Michael Schumacher. (AP Photo/Kenan Asyali, Pool)

Tepat 15 November 2020 menjadi hari bersejarah bagi pembalap Mercedes, Lewis Hamilton. Pria asal Stevenage, Inggris, itu merengkuh gelar juara dunia F1 untuk kali ketujuh di GP Turki.

Itu bukan gelar biasa-biasa saja. Hamilton berhasil menyamai rekor prestisius milik legenda F1, Michael Schumacheer yang ditorehkan 16 tahun silam. Dulu pencinta F1 bahkan meyakini rekor tersebut mustahil dipatahkan.

Hamilton membuktikan tidak ada yang mustahil di dunia ini. Ia resmi menyandang sebagai driver F1 tersukses di dunia. Statistik menjadi bukti sahihnya. Ia memenangi lebih banyak balapan daripada pembalap idolanya, Michael Schumacher, dengan total 95 kemenangan. Hamilton juga mengoleksi jumlah pole terbanyak. Pembalap Inggris itu berdiri sendirian di puncak berbagai kategori di F1.

Hebatnya, rekor-rekor itu masih berpotensi bertambah tajam, karena Hamilton belum mengisyaratkan bakal gantung setir. Pada usia 35 tahun, keperkasaannya belum tertandingi. Bayangkan saja dominasi totalnya bersama Mercedes sepanjang F1 2020.

Dari 17 balapan - dia hanya tampil 16 seri karena absen sekali karena terpapar Covid-19, Hamilton merebut 10 pole dan menang 11 kali. Benar-benar superior. Hamilton bagaikan pembalap dari planet lain.

Kehebatan Hamilton tergambar pada F1 GP Turki, pada hari menyegel gelar juara dunia. Saat itu, semesta seperti tidak berpihak kepadanya. Mercedes kesulitan di trek dengan grip rendah, tidak bisa menaikkan suhu ban, dan dia hanya start di urutan keenam.

Apa yang terjadi saat balapan menjadi bantahan sempurna tentang anggapan bahwa siapa pun bisa sukses jika mengendarai mobil Mercedes miliknya. Hamilton menunjukkan kelasnya, mampu mengatasi semua kendala, sanggup bertahan sempurna dengan bannya yang aus dan meraih kemenangan luar biasa. Penampilannya sungguh mengesankan, seperti performa bersejarah Ayrton Senna di Donington pada 1993.

Musim 2020 benar-benar menjadi tahun bersejarah bagi Hamilton. Namun, dia memiliki pandangan yang berbeda tentang tahun ini. Menurutnya, 2020 adalah tahun pertumbuhan.

"Tahun ini seperti tahun pertumbuhan. Di antara kesulitan yang kita hadapi (karena pandemi virus corona), tapi saya merasa malah menemukan kompas saya," kata Hamilton, seperti dilansir The Guardian.

"Saya merasa ada banyak sekali pekerjaan yang harus dilakukan di banyak bidang. Dan ini mungkin salah satu tahun pertama saya merasa ada sesuatu yang berbeda yang mendorong saya pada intinya, mendorong keragaman dalam industri kita, menggunakan suara saya untuk sesuatu yang jauh lebih besar daripada diri sendiri," imbuh dia.

Ya, selain fokus mengejar prestasi di lintasan, Hamilton konsisten menyuarakan keberagaman, kesetaraan, antidiskriminasi, dan antirasialisme di dunia motosport dan dunia pada umumnya.

Hamilton juga serius menyuarakan tentang kesadaran atas bahaya Covid-19. Dia pernah merasakan sendiri terpapar virus yang menyebabkan nadi olahraga dunia dan sendi kehidupan lainnya terhenti sementara.

"Saya hancur, saya tidak merasa baik-baik saja. Tapi saya gembira dan bersyukur masih hidup. Saya hidup untuk berjuang menghadapi hari-hari berikutnya dan saya masih bisa finis di podium," kata Hamilton.

"Covid bukan gurauan. Saya tak pernah mengira itu. Saya tahu pada tahap tertentu jika saya terpapar maka itu akan berat, karena banyak orang yang kehilangan nyawanya karena penyakit itu. Jadi itu serius," imbuh dia.

Tahun 2020 penuh torehan sejarah untuk Hamilton. Dan sepertinya dia tidak akan berhenti sampai di sini.