Bola.com, Makassar - FIFA sudah memutuskan menunda perhelatan Piala Dunia U-20 yang seharusnya berlangsung di Indonesia pada 2021 menjadi 2023. Itu artinya mengacu aturan usia, mayoritas pemain Tim Nasional Indonesia U-19 yang ada saat ini sudah tak lagi bisa memperkuat skuad Garuda Muda tahun 2023.
Dengan kata lain, PSSI harus membentuk tim baru yang bisa bersaing di Piala Dunia U-20 2023. Terkait hal ini, eks pelatih PSM Makassar, Syamsuddin Umar menyarankan PSSI mengoptimalkan peran Shin Tae-yong untuk membuat program berkesinambungan buat Timnas Indonesia.
Misalnya, pemain Timnas Indonesia U-19 saat ini lebih baik diproyeksikan untuk menghadapi SEA Games, Piala AFF U-22 dan Asian Games. "Sejauh ini, saya melihat apa yang ditunjukkan Shin Tae-yong sangat positif untuk mengembangkan kemampuan dan kualitas Timnas U-19. Jangan sampai tugas Shin Tae-yong sesuai kontrak dalam kondisi stagnan," ujar Syamsuddin Umar kepada Bola.com, Jumat (24/12/2020).
Dalam membuat program, Syamsuddin berharap PSSI membuat semacam forum diskusi yang melibatkan mantan pemain, pelatih, pengamat dan jurnalis sepak bola untuk memberikan masukan kepada Shin Tae-yong.
"Karena yang lebih mengetahui kondisi persepakbolaan Indonesia adalah mereka," terang Syamsuddin yang membawa PSM juara Piala Perserikatan 1992 dan Liga Indonesia 1999-2000 ini.
Untuk mendukung program yang dibuat nanti, lanjut Syamsuddin, sudah saatnya PSSI melakukan kerja sama dengan pemerintah memperhatikan sarana yang dibutuhkan untuk pengembangan sepak bola modern. Tujuannya, agar tim nasional tidak harus keluar negeri sekadar untuk berlatih karena minimnya sarana pendukung.
"Terus terang saya agak bingung dengan keputusan PSSI menggelar pelatnas Timnas U-19 di Spanyol ditengah cuaca ekstrem di sana. Apalagi kompetisi usia muda di Spanyol juga sedang libur Hari Natal dan Tahun Baru," tegas Syamsuddin.
Saksikan Video Pilihan Kami
Berani Gelar Kompetisi
Selain soal Piala Dunia U-20 dan Timnas Indonesia U-19, Syamsuddin turut meminta PSSI berani menggelar kompetisi untuk mencari bibit pemain atau menjaga potensi yang ada. Syamsuddin merujuk sejumlah negara tetangga yang tetap mengelar kompetisi meski sama-sama mengalami pandemi COVID-19.
"Tentunya dengan aturan protokol kesehatan yang ketat. PSSI juga sebaiknya melakukan komunikasi dan kordinasi baik dengan pihak kepolisian terkait izin kompetisi," ungkap Syamsuddin.
Syamsuddin merasa prihatin dengan terhentinya kompetisi di Indonesia sejak Maret lalu. Situasi yang membuat pesepak bola Indonesia bisa kehilangan sentuhan dan atmosfer pertandingan yang berdampak pada kemampuan pemain.
"Yang miris, mayoritas klub Liga 2 tak sempat tampil sebelum kompetisi terhenti. Begitu juga Liga 3. Padahal di kedua liga ini, banyak pemain muda yang berharap mendapatkan kesempatan tampil dalam kompetisi. Artinya, mereka sudah terhitung setahun tak berkompetisi," papar Syamsuddin.