Kenali Gejala Baru COVID-19, Delirium

oleh Alfi Yuda diperbarui 31 Des 2020, 10:40 WIB
Ilustrasi virus Corona, COVID-19. (Photo by Martin Sanchez on Unsplash)

Bola.com, Jakarta - Tak cuma anosmia dan hipoksia, ada lagi gejala infeksi COVID-19 yang mungkin belum cukup familier, yaitu delirium. Delirium disebut menjadi satu di antara gejala baru COVID-19.

Kehadiran delirium sebagai gejala COVID-19 dipicu oleh suatu kondisi. Delirium diklaim banyak ditemukan di pasien COVID-19 berusia lanjut atau lansia.

Advertisement

Bukan sesuatu yang berdampak pada fisik seperti nyeri atau sesak, delirium sebagai gejala COVID-19 berkaitan dengan kondisi kesadaran, kognitif, dan psikis pasien.

Delirium merupakan perubahan tiba-tiba yang terjadi pada fungsi mental seseorang.

Gangguan ini membuat perubahan cara berpikir dan perilaku, serta tingkat kesadarannya. Selain itu, delirium berpengaruh terhadap kemampuan konsentrasi, berpikir, mengingat, dan pola tidur seseorang.

Kondisi delirium sifatnya dinamis alias berubah-ubah. Kita perlu waspada, terutama dalam situasi epidemiologi kayak sekarang karena seseorang yang menunjukkan tanda-tanda kebingungan mungkin merupakan indikasi infeksi COVID-19.

2 dari 3 halaman

Ciri-Ciri Delirium

  • Sulit fokus dan mudah teralihkan.
  • Suka melamun dan lambat bereaksi.
  • Daya ingat menurun.
  • Kesulitan berbicara.
  • Berhalusinasi.
  • Mudah tersinggung dan mood berubah mendadak.
  • Sering gelisah.
  • Kebiasaan tidur berubah.
3 dari 3 halaman

Penyebab Delirium pada Pasien COVID-19

Kehadiran delirium sebagai gejala COVID-19 dipicu suatu kondisi. Bila dirangkum, inilah penyebab mengapa infeksi COVID-19 bisa sampai menyebabkan delirium:

  • Virus menyerang otak.
  • Karena virus menyerang paru-paru, tubuh jadi kekurangan oksigen. Alhasil, otak jadi turut kekurangan oksigen sehingga fungsinya menjadi terganggu. Ketika fungsinya terganggu, kognitif dan mental ikut terganggu.
  • Virus corona membuat darah kental. Makin kental darah Anda, makin terganggu alirannya. Stroke pun akhirnya bisa terjadi pada pasien COVID-19.

 

Disadur dari: Klikdokter, Merdeka.com (Penulis: Dwiyana Pangesthi. Published: 21/12/2020)

Berita Terkait