Bola.com, Jakarta - Bagi Hanafing, Surabaya ibarat rumah keduanya selain Makassar. Kalau acuannya usia, Hanafing malah lebih banyak menghabiskan waktunya di Kota Pahlawan. Ia sudah menetap di Surabaya ketika masih berusia 18 tahun pada 1982 silam.
"Saya sudah 38 tahun menjadi warga Surabaya. Itulah mengapa, banyak orang yang tidak menyangka saya berasal dari Makassar," kenang Hanafing dalam channel YouTube Omah Balbalan.
Adalah Agustinus Wenas, pemilik Niac Mitra sebagai sosok yang paling berperan penting dalam perjalanan karier sepak bola Hanafing. Di mata Hanafing, Wenas bukan hanya bos yang royal kepada pemain. Ia juga sangat mengerti taktik sepak bola dan jeli melihat potensi pemain.
"Pak Wenas juga yang menugaskan Om Basri (Pelatih Niac Mitra) ke Makassar untuk bernegosiasi dengan manajemen Bima Kencana," ungkap Hanafing. Sebelum ke Niac Mitra pada 1982, Hanafing sempat memperkuat Bima Kencana pada musim sebelumnya.
Dalam hal taktik, Wenas kerap mengajak pemain untuk berdiskusi di rumahnya. Baik secara tim atau personal. Hanafing merujuk pengalaman pribadinya ketika dipanggil secara pribadi oleh Wenas. "Di rumahnya, Pak Wenas mengajak saya menonton video aksi Kevin Keegan, penyerang sayap timnas Ingggris. Beliau juga memberi saya petuah dan motivasi dengan harapan saya bisa bermain seperti Keegan."
Hubungan Hanafing dengan Wenas kian erat ketika Niac Mitra ditinggal sejumlah pemain pilarnya usai meraih trofi juara Galatama pada musim 1987-1988. Saat ini, Wenas secara khusus meminta Hanafing tetap bertahan meski ada tawaran menggiurkan dari Pelita Jaya.
Hanafing pula yang menjadi pemain pertama yang diberitahu Wenas sebelum membubarkan Niac Mitra pada 1990. Kala itu, Hanafing yang sedang menjalani pelatnas Sea Games 1991 di Gresik. "Saya dijemput supir pribadi Pak Wenas untuk bertemu di rumahnya. Dalam pertemuan itu, Pak Wenas menyampaikan niatnya untuk mengumumkan pembubaran Niac Mitra pada keesokan harinya."
Menurut Hanafing, sebenarnya ia sudah berusaha keras membuat Wenas membatalkan niatnya itu. Di antaranya berjanji akan setia bersama Niac Mitra dan menjelaskan kondisi yang akan dialami pemain Niac Mitra bila Wenas membubarkan tim. "Saat itu, Pak Wenas bilang kita lihat saja besok. Tapi, dari raut mukanya, saya melihat beliau menyimpan kekecewaan yang dalam. Entah kepada siapa," tutur Hanafing.
Kecintaan Hanafing kepada Niac Mitra sangat kental. Ia pun berusaha mencari investor yang bisa mendanai tim. "Usai uji coba melawan Kelantan (Malaysia) yang merupakan laga perpisahan, sebagai kapten saya secara terbuka meminta agar Niac Mitra dibantu."
Gayung bersambut, koran terbesar Jawa Pos yang sudah menjadi sponsor Niac Mitra siap mendanai operasional tim. Setelah terjadi pertemuan antara Wenas dan Dahlan Iskan selaku petinggi Jawa Pos, disepakati Niac Mitra tetap berkompetisi dengan memakai nama Mitra Surabaya.
Pemakaian nama ini sempat diadang kendala administrasi karena statusnya menjadi klub baru. "Saya pun berinsiatif menemui Pak Kardono (Ketua Umum PSSI). Alhamdulillah Mitra bisa berkompetisi," terang Hanafing.
Video
Jadi Jurnalis
Meski Mitra bisa berkompetisi di Galatama, Hanafing terpaksa absen pada musim pertama dengan nama baru. Ia harus istirahat panjang menyusul cedera lutut yang menderanya usai memperkuat timnas Indonesia di Sea Games 1991. Pada periode itu, Hanafing sempat menjalani profesi sebagai jurnalis di Jawa Pos.
"Pak Dahlan bilang kamu sangat paham sepak bola. Jadi bisa dituangkan dalam bentuk tulisan," ungkap Hanafing.
Di Jawa Pos, Hanafing dengan tekun mengikuti alur kerja redaksi. Di antaranya membuat kerangka berita yang benar dibawah arahan para jurnalis senior di Jawa Pos. "Berkat didikan sebagai jurnalis, saya akhirnya terbiasa membuat laporan secara detail. Termasuk ketika menjadi instruktur pelatih."
Setelah pulih dari cedera, Hanafing sempat memperkuat Mitra dan kemudian berkostum Persegres Gresik. Di klub terakhir, ia mendapatkan gaji Rp750 ribu per bulan. "Itulah gaji terbesar dalam karier sepak bola saya," pungkas Hanafing.
Baca Juga
Reaksi Media Vietnam terhadap Lancarnya Proses Naturalisasi Kevin Diks: Pemain Berkualitas Nih, Bek tapi Cukup Tajam
Pakai Pemain Muda di Piala AFF 2024, PSSI Masih Tunggu Daftar Nama Pemain dari Shin Tae-yong
Lewat Rapat Paripurna 9 Menit, DPR Setujui Naturalisasi Kevin Diks untuk Timnas Indonesia: Tinggal Keppres, Sumpah, Perpindahan Federasi