Bola.com, Jakarta - Sebagai pelaku sepak bola, baik sebagai pemain dan pelatih, Zinedine Zidane telah mendapatkan segalanya. Puluhan gelar bersama klub dan tim nasional Prancis telah diraihnya. Mulai dari level nasional sampai dunia.
Bila koleksi gelar jadi acuan, pria berdarah Aljazair bahkan jauh lebih mengkilap dibandingkan dua pemain terbaik dunia sepanjang masa, Pele dan Diego Armando Maradona.
Nama Zidane mulai mencuat ketika ia membawa Bordeaux (Prancis) meraih trofi Piala Intertoto 1995. Pemenang ajang ini berhak mengikuti turnamen UEFA Cuo (Liga Europa) musim berikutnya.
Kala itu ia diprediksi menjadi penerus legenda Prancis, Michel Platini. Kebetulan posisi mereka sama yakni gelandang serang sekaligus pencetak gol buat tim yang dibelanya. Itulah mengapa manajemen Juventus ngotot memburu tanda tangan Zidane pada 1996.
Klub elite Italia itu tentu berharap Zidane mengulang memori deretan gelar yang dipersembahkan Platini buat Juventus pada periode 1982-1987. Mulai gelar Serie A, Coppa Italia, Champions Cup (Liga Champions), Piala Winners, Piala Super Eropa dan Piala Interkontinental (Piala Toyota).
Zidane juga pernah meraih penghargaan individu sebagai pemain terbaik Eropa dan Dunia. Sebagai jurnalis, saya berkesempatan bertemu langsung dengan Zidane sebelum hijrah ke Juventus.
Tepatnya, ketika Tabloid GO, tempat bekerja dulu, menugaskan saya meliput second leg Piala UEFA 1995-1996 yang mempertemukan tuan rumah Bordeaux vs Bayern Munchen, 23 Mei 1996.
Mendapat kesempatan bersua dengan pemain yang digadang-gadang menjadi bintang membuat saya sangat antusias terbang ke Prancis.
Setiba di Paris, saya langsung menuju Stasiun Gare Montparnasse, membeli tiket kereta api menuju Bordeaux yang berjarak 3 jam perjalanan darat.
Saya tiba di Bordeaux pada sore. Setelah menaruh koper di hotel, saya bergegas menuju sekretariat panitia Piala UEFA untuk mengurus ID Card. Baru pada besok siang hari, saya mengunjungi kantor klub Bordeaux yang berada di area kem latihan.
Dengan penuh semangat, saya menemui petugas di kantor klub sekalian mengabarkan kedatangan saya.
Sebelumnya, saya sempat melakukan korespondensi dengan pihak Bordeuaux untuk bisa bertemu dengan Zinedine Zidane sekaligus melakukan wawancara khusus.
Tapi, jawaban yang diberikan oleh petugas membuat saya kaget bukan kepalang. Saya boleh melakukan wawancara setelah menyetor dana ribuan euro ke manajemen klub. Tapi, saya tidak kehilangan akal. Dengan alasan ingin menghubungi kantor di Jakarta, saya segera keluar dari ruangan.
Video
Mencegat Setelah Latihan
Gagal dengan rencana awal, saya melakukan usaha lain yakni langsung mencegat Zidane usai latihan timnya. Saya sungguh beruntung, di halaman kantor, saya berpapasan dengan seorang fotografer AFP, kantor berita Prancis yang sudah lupa namanya. Setelah berbasa-basi sedikit, saya mengutarakan niat saya bertemu Zinedine Zidane. Ternyata, Ia siap membantu.
"Itu gampang. Saya kenal baik denga Zizou (zidane). Nanti usai latihan, Anda akan saya pertemukan dengan Zizou," katanya.
Saya tentu senang bukan kepalang. Betul juga, usai latihan, fotografer AFP itu mengajak saya mencegat Zidane sebelum sesi jumpa pers. Saya pun segera menyiapkan jurus jitu agar Zidane mendapat kesan positif di pertemuan kami yang hanya berlangsung tak lebih dari lima menit.
Saya pun langsung menyapa Zidane yang menghentikan langkahnya setelah dipanggil sang fotografer. Saya mengucapkan Assalamualaikum dan memanggilnya dengan nama Yazid, sesuai panggilan kesehariannya di kalangan komunitas muslim Aljazair.
Zidane terlihat kaget dan kemudian tersenyum serta menjabat tangan saya dengan erat. Zidane pun terlihat senang ketika saya menyodorkan baju batik dan memberi tahu kepadanya bahwa baju tradisional Indonesia ini sangat disukai oleh Nelson Mandela, tokoh yang dikagumi orang Afrika.
Ia pun spontan menerima permintaan saya untuk foto bersama dan menjawab beberapa pertanyaan sambil menuju lokasi jumpa media. Rencana saya untuk laporan khusus terkait Zidane akhirnya terwujud.
Kesedihan terbesar saya saat ini adalah, seluruh album foto kenangan saya ketika liputan di luar negeri, hilang. Termasuk foto-foto bersama Zidane. Maklum, pada 1990-an belum era digital sehingga jika album fisik dan klise hilang, tamat sudah.
Satu-satunya foto saya yang tersisa ialah bersama Carlos Tevez di Olimpiade 2004 Athena.
Penyayang Keluarga
Seperti diketahui, Zinedine Zidane menjelma jadi bintang Juventus dengan sederet gelar prestius dari Serie A sampai Piala Interkontinental. Pada periode bersama Juventus, Zidane juga mempersembahkan gelar Piala Dunia 1998 dan Piala Eropa 2000 buat tim nasional Prancis. Sukses yang membuat menjadi pemain termahal dunia kala dipinang Real Madrid pada 2001.
Seperti diketahui, Zidane kemudian menambah koleksi gelarnya bersama Real Madrid . Baik sebagai pemain dan kemudian menjadi pelatih (lihat boks). Sederet prestasi dan pamor yang menjulang tak membuat Zidane berubah. Ia tetap dikenal sebagai sosok yang santun dan penyayang keluarga.
Pada 1994, Zidane menikahi Véronique, wanita berdarah Spanyol yang memberinya empat buah hati, Enzo Fernández, Luca Zidane, Elyaz Zidane Fernández dan Theo Zidane. Dalam kesehariannya sebagai kepala keluarga, Zidane kerap menyempatkan diri untuk mengantar dan menjemput anaknya di sekolah.
Kehidupan pribadinya bersama keluarga jauh dari ingar bingar pemberitaan media layaknya seorang bintang dunia.Citra positif inilah yang membuat Zidane terpilih sebagai Pemain Terbaik Piala Dunia 2006. Padahal diajang itu, Zidane mendapat kartu merah saat menanduk bek Italia, Marco Materazzi di bagian dada pada laga final.
Tindakan bodoh Zidane itu 'dimaafkan' dengan asumsi ia tak melakukan tindakan bodoh tanpa alasan kuat. Belakangan terungkap Zidane tersinggung mendengar ucapan Materazzi yang menghina saudara perempuannya. Legenda sepak bola Jerman dan dunia, Franz Beckenbauer termasuk sosok yang membela Zidane dan mendukung keputusan FIFA memberikan gelar tersebut.
Pada pemilihan itu, Zidane mengungguli dua bintang yang membawa Italia juara Piala Dunia 2996 yakni Fabio Cannavaro dan Andrea Pirlo. Zidane pun menutup kariernya sebagai pemain pada 2006 dengan gelar prestius itu.
Sebelumnya, di levek klub, Zidane memainkan pertandingan terakhirnya bersama Real Madrid saat menjamu Villareal pada 7 Mei 2006 di Stadion Santiago Bernabeu.
Pemain Real Madrid memakai baju kaos khusus yang bertanda "ZIDANE 2001 - 2006" tertulis di bawah logo klub. Sepanjang pertandingan yang berakhir imbang 3-3 itu, fans Madrid terus meneriakkan namanya. Pada akhir pertandingan, pendukung Real Madrid serentak memberinya tepuk tangan panjang dan membuatnya menitikkan air mata.
Koleksi Gelar Zidane
Sebagai Pemain
- Timnas Prancis
Piala Dunia: 1998
Piala Euro: 2000
- Klub
Bordeaux
UEFA Intertoto Cup: 1995
- Juventus
Serie A: 1996–97, 1997–98
Supercoppa Italiana: 1997
UEFA Super Cup: 1996
Intercontinental Cup: 1996
UEFA Intertoto Cup: 1999
- Real Madrid
La Liga: 2002–03
Supercopa de España: 2001, 2003
UEFA Champions League: 2001–02
UEFA Super Cup: 2002
Intercontinental Cup: 2002
- Penghargaan Individu
Ligue 1 Young Player of the Year – 1994
Ligue 1 Player of the Year – 1996
Serie A Foreign Footballer of the Year – 1997, 2001
FIFA World Player of the Year – Bronze award 1997, 2002[126]
ESM Team of the Year – 1997–98, 2001–02, 2002–03, 2003–04
UEFA Club gelandang of the Year – 1998
FIFA World Cup All-Star Team – 1998, 2006
FIFA World Cup Final Man of the Match – 1998
World Soccer Awards Player of the Year – 1998
French Player of the Year – 1998, 2002
Onze d'Or – 1998, 2000, 2001
Ballon d'Or – 1998
FIFA World Player of the Year – 1998, 2000, 2003
El País European Player of the Year – 1998, 2001, 2002, 2003
World Soccer 100 Greatest Players of the 20th century – 1999
UEFA Euro Player of the Tournament – 2000
UEFA Euro Team of the Tournament – 2000, 2004
Serie A Footballer of the Year – 2001
UEFA Team of the Year – 2001, 2002, 2003
UEFA Champions League Final Man of the Match – 2002
La Liga Best Foreign Player – 2002
UEFA Club Footballer of the Year – 2002
FIFA World Cup Dream Team – 2002
FIFA 100 Greatest Living Footballers – 2004
UEFA Best European Player of the Past 50 Years – 2004
FIFPro World XI All-Star Team – 2005, 2006
IFFHS World's Best Playmaker – 2006
FIFA World Cup Golden Ball – 2006
FIFA World Player of the Year – Silver award 2006[127]
UNFP Honorary Award – 2007
Marca Leyenda Award – 2008
Golden Foot Legend Award - 2008
Goal.com Team of the Decade – 2009
ESPN Team of the Decade – 2009
ESPN Player of the Decade – 2009
Sports Illustrated Player of the Decade – 2009
Laureus Lifetime Achievement Award – 2011
UEFA team of teams – 2011
UEFA Champions League Best Player of the Past 20 Years – 2011
World Soccer Greatest XI of all Time – 2013
Goal Hall of Fame – 2014
Sebagai Pelatih Real Madrid
Liga Champions UEFA: 2015–16, 2016-17, 2017-2018
La Liga: 2016-2017, 2019–20
Piala Super Spanyol: 2017, 2019-2020
UEFA Super Cup: 2016, 2017
Piala Dunia Antarklub FIFA: 2016, 2017, 2018
Penulis adalah jurnalis senior Bola.com, yang pernah bekerja di Tabloid GO dan Tabloid BOLA, mantan komentator, dan pengamat sepak bola.
Baca Juga
PSM Klarifikasi Polemik Pemain ke-12 ketika Kalahkan Barito Putera 3-2 di BRI Liga 1: Sesuai Arahan Wasit Utama dan Cadangan
Rahmad Darmawan Ceritakan Kronologi PSM Mainkan Pemain ke-12 Vs Barito Putera di BRI Liga 1: Lawan Mengakui, Wasit Tetap Play-on
Tersingkirnya Timnas Indonesia di Piala AFF 2024: Keputusan PSSI Turunkan Skuad yang Belum Matang, Risiko Tanggung Sendiri