Bola.com, Jakarta - Dalam dunia sepeda off road, khususnya cross country, terdapat dua jenis sepeda gunung yang bisa dan biasa dipakai. Medan cross country biasanya menyajikan jalan non aspal dengan kontur tanjakan yang bervariasi dan turunan yang tak terlalu ekstrim.
Sepeda jenis pertama adalah sepeda full suspension yang biasa disingkat dengan sebutan fulsus. Sesuai dengan namanya, sepeda ini dilengkapi dengan suspensi depan dan belakang.
Pemakai sepeda ini biasanya mengincar kenyamanan saat melahap jalan yang tak rata. Sepeda yang dilengkapi dengan suspensi belakang akan membuat getaran dari ban belakang bisa diredam.
Pada kondisi jalan menurun dan off road, pemakai sepeda fulsus ini akan merasakan betul manfaat suspensi belakang. Jika dilengkapi dengan suspensi belakang yang mumpuni, bagian belakang sepeda akan terasa lebih stabil meski melewati jalanan berbatu.
Efeknya, goweser yang punya tipikal pemuja kecepatan dan adrenalin bisa menggeber sepeda dengan lebih maksimal, meski menghadapi medan tak rata dan menurun.
Namun, sepeda dengan tipe fulsus ini punya kelemahan di medan tanjakan. Jika peredam kejut belakang tak memiliki fungsi pengunci, sepeda akan terasa memantul saat digowes. Hal ini kerap disebut dengan efek bobbing.
Efek bobbing ini terjadi saat rantai menjadi mengendor dan juga mengencang karena adanya gerakan pada suspensi belakang. Hal ini akan berakibat pada kayuhan yang semakin berat dan tentunya menguras lebih banyak energi.
Adanya fitur suspensi belakang dan rancang bangun sepeda fulsus yang lebih rumit biasanya juga akan memiliki efek berat total sepeda yang makin bertambah. Hanya saja, biasanya goweser mengakali soal berat total ini dengan memakai bagian sepeda seperti setang, transmisi, rem, wheelset (ban dan velg) hingga perlengkapan lain yang memiliki berat ringan.
Saksikan Video Berikut
Sepeda Hardtail
Jenis kedua dari sepeda cross country alias XC adalah sepeda hardtail yang biasanya hanya memiliki suspensi depan. Sepeda ini sudah pasti tak dilengkapi suspensi belakang. Jika dibuat dari material yang sama, bobot total rangka sepeda hardtail pasti akan lebih ringan dari sepeda fulsus.
Faktor bobot yang lebih ringan ini menjadi kelebihan sepeda hardtail. Sepeda ini tak akan menemui masalah efek bobbing yang dialami sepeda fulsus. Faktor bobot yang lebih ringan dan tak punya masalah bobbing ini membuat sepeda hardtail lebih cocok dipakai jika medan yang akan dilalui didominasi tanjakan.
Kebalikan dengan sepeda fulsus yang nyaman jika dipakai di medan turunan berbatu atau tidak rata, sepeda hardtail akan terasa lebih sulit. Tapa suspensi belakang, pemakai sepeda hardtail pasti akan merasakan bagian belakang sepedanya terpental-pental jika melalui medan tak rata. Jenis ban yang dipilih juga menentukan pengalaman berkendara sepeda dan akan mempengaruhi harga sepeda. Cek harga ban dalam sepeda sebelum membeli.
Sebagai produsen sepeda merk lokal, Polygon menyediakan dua jenis sepeda cross country dalam line up jualan. Buat cross country fulsus, Polygon memiliki seri Siskiu D5, D7, T7, dan T8. Tiga sepeda tersebut dijual di rentang harga Rp. 9 hingga 28 jutaan.
Sementara buat jenis sepeda gunung hardtail, Polygon punya varian Premier, XTrada, dan Syncline di rentang harga Rp 4 hingga 20 jutaan. Dengan pilihan dan ketersediaan jenis, sekarang tinggal tergantung Anda, mau pilih sepeda fulsus atau hardtail?